Anda di halaman 1dari 7

Manajemen Laba

Studi Kasus PT. Kimia Farma


Oleh:

Marietta Sylvie Bolang


Octaviana Tuegeh
Johanes H. Tene
Brammy Pandey

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI (MAKSI)


Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado
Tahun 2010
Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan
kepada pihak-pihak di luar korporasi dimana melalui laporan keuangan
tersebut dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditur
untuk mengambil keputusan berkaitan dengan investasi dana mereka

Dasar Akrual
Karena lebih lebih rasional dan adil
dalam mencerminkan kondisi
keuangan perusahaan secara riil.

Di sisi lain, dapat memberikan keluasan kepada pihak manajemen dalam


memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari SAK yang
berlaku

Metode akuntansi yang sengaja di pilih oleh manajemen


untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan
MANAJEMEN LABA atau EARNING MANAJEMEN
Latar Belakang
Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang
baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal
bagi perusahaan

Dalam kondisi dimana pihak manajemen ternyata


tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan,
maka pihak manajemen akan memanfaatkan
fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar
akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk
memodifikasi laba yang dilaporkan.
Kasus PT. Kimia Farma
Kimia Farma merupakan salah satu produsen obat-obatan milik
pemerintah Indonesia

Permasalahan
Pelaporan laba bersih oleh manajemen Kimia Farma pada audit
31 Desember 2001 dinilai mengandung rekayasa oleh
Kementrian BUMN dan BAPEPAM, dan karenanya harus diaudit
ulang tanggal 3 Oktober 2002.

Hasil audit ulang menemukan bahwa keuntungan yang


disajikan hanya Rp. 99,56 miliar atau lebih rendah sebesar
32,6 miliar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan yakni
132 miliar.

Terdapat overstated penjualan pada dua unit yaitu industri


bahan baku (Rp. 2,7 miliar) dan unit pedagang Besar Farmasi
(Rp. 10,7 miliar). Demikian juga terdapat overstated persediaan
pada unit pedagang besar farmasi (Rp. 8.1 miliar) dan unit
logistik sentral (Rp. 23,9 miliar).
• Overstated tersebut tersebut terdapat pada unit-unit sebagai
berikut:
• Unit Industri Bahan Baku, berupa overstated pada penjualan
sebesar Rp 2,7 miliar. 2
• Unit Logistik Sentral, berupa overstated pada persediaan
barang sebesar Rp 23,9 miliar
• Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF), berupa overstated pada
persediaan barang sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated pada
penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
• Dalam penyajian laporan keuangan PT. Kimia Farma terdapat
overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 1
31 Desember 2001 sebesar Rp 32,6 miliar yang merupakan
2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma
Tbk.
Indikasi Manajemen Laba (Earning Management)
• Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada
unit PBF dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda 4
tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh Akuntan.
• Pihak manajemen PT Kimia Farma, membuat 2 (dua)
daftar harga persedian (master prices) yang berbeda
masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Pebruari
2002 dan 3 Pebruari 2002, dimana keduanya
merupakan master prices yang telah diotorisasi oleh 3
pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT Kimia
Farma. Master prices per 3 Pebruari 2002 merupakan
master prices yang telah disesuaikan nilainya
(penggelembungan) dan dijadikan dasar sebagai
penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT Kimia
Farma per 31 Desember 2001.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai