Ahmad Sabar (3161131003) Jonas J Lumbantobing (3163131016) Lana Khairani (3163131020) Winarti (3162131007)
Ahmad Sabar (3161131003) Jonas J Lumbantobing (3163131016) Lana Khairani (3163131020) Winarti (3162131007)
Konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari
terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar falsafah negara bagi negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut
ternyata dapat diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas
oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan "Rancangan Mukadimah
Hukum Dasar" pada tanggal 22 Juni 1945. yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin
disarankan diberi nama Jakarta Charter, atau Piagam Jakarta, yang didalamnya terdapat
Pancasila pada Alinea ke IV. Piagam Jakarta selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia menjadi Pembukaan UUD dengan mengalami beberapa perubahan,
bersamaan dengan itu pula Pancasila disahkan menjadi dasar negara.
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d) Peraturan Pemerintah
e) Peraturan Presiden
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Alasan Mengapa Diperlukan Pancasila Sebagai Dasar
Negara
Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-nilainya bersifat
nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai tersebut merupakan perwujudan
dari aspirasi (citacita hidup bangsa) (Muzayin, 1992: 16). Dengan Pancasila, perpecahan
bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup
yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang
ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman
yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992: 16).
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara menaungi
dan memberikan gambaran yang jelas tentang peraturan tersebut berlaku untuk semua tanpa
ada perlakuan diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena itulah, Pancasila memberikan arah
tentang hukum dimana pancasila harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dengan demikian, diharapkan warga negara dapat memahami dan melaksanakan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari kegiatankegiatan sederhana yang menggambarkan
hadirnya nilai-nilai Pancasila tersebut dalam masyarakat. Misalnya saja, masyarakat selalu
bahu-membahu dalam ikut berpartisipasi membersihkan lingkungan, saling menolong, dan
menjaga satu sama lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai-nilai Pancasila telah
terinternalisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara
Republik Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia.
Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar
dalam praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat
meredam konflik yang tidak produktif.
Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak
mental dan nilai moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa
dan negara Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu waspada
dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi bangsa Indonesia tidak
tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam
menjawab tantangan-tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan
bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus
paham-paham yang bersandar pada otoritas materi, seperti
liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan
hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter
nilai-nilai Pancasila.
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Esensi yang berasal dari kata essence yang menurut kamus Longman berarti the most
basic and important quality of something, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) esensi adalah kata benda yang artinya hakikat; inti; hal yang pokok.
Contoh penggunaannya adalah: Esensi pertikaian atara kedua tokoh itu ialah
pertentangan ideologi. Jadi segala sesuatu yang merupakan Hakikat, dasar, inti, sari, hal
yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi
tergantung dalam konteks dan penggunaannya.
Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :
Sila pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, artinya sesuai dengan agama dan keyakinan yang sejalan
dengan asas kemanusiaan yang adil dan beradap. Contohnya rakyat Indonesia
memiliki hak untuk memilih agama yang akan ia anut dan jalani tanpa ada unsur
paksaan
Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinyasetiap warga negara telah mengakui
persamaan derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas kebersamaan
bangsa Indonesia, dan hak. Contoh penerapannya, majikan tidak sewenang-
wenangnya bertindak kepembantunya yang tidak berperikemanusiaan
Sila ketiga
Persatuan Indonesia artinya setiap warga negara mengutamakan persatuan,
kepentingan, kesatuan, dan juga keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi golonganyang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan
diupayakan secara terus-menerus. Contoh penerapannya, tidak terlalu menonjolkan
kebudayaan masing-masing daerah untuk melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari
dan ikut melestarikan dengan serta meyakinkan bahwa perbedaan itu baik.
Sila keempat
Menambah pendapat :
Hadizah rambe
Andrian Lozi
Rio Nainggolan