(HIV)
Pendahuluan
Human immunodeficiency virus (HIV)
Each of these "groups" is thought to be the result of a separate chimpanzee-
to-human transmission event, with intra-group diversification into the
"subtype" clades resulting in the human population after each transfer
event.
HIV-2
In 1986, a second HIV virus, HIV-2, was isolated from patients with AIDS
in West Africa.
The HIV-2 virus is similar to the HIV-1 virus in its morphology, cell
tropism, interaction with the CD4 cellular receptor, in vitro cytopathic
effect on CD4 cells, overall genomic structure, transmission route, and its
ability to cause AIDS.
However, HIV-2 is LESS PATHOGENIC than HIV-1, and HIV-2
infections have a longer latency period with slower progression to disease,
lower viral titers, and lower rates of vertical and horizontal transmission.
HIV-2 is endemic to West Africa but HIV-2 infections, at a low frequency
compared to HIV-1, have been identified in the USA, Europe, Asia, and
other regions of Africa.
HIV-2 is classified into 7 genetic subtypes A-G with most infections
caused by subtypes A and B.
Clinical implications of genetic
diversity of HIV
The genetic diversity has major impact on the diagnostic and therapy of
HIV:
diagnostic tests have to identify all strains, subtypes and CRFs of HIV to ensure safe
diagnostic.
Also antiviral drugs need to be equally effective for the different HIV strains.
The genetic variability of HIV is one reason vaccine development has been such a
scientific challenge.
However, as well as variation between populations, HIV is constantly
mutating within individuals, and this has important clinical and public
health implications.
Since 1995/96, when antiretrovirals were widely introduced, an increase in
resistance mutations in newly infected people has been reported in the
Americas and Europe. New multidrug-resistant strains are now beeing
documented.
Reseptor
Molekul CD4
Jadi HIV menginfeksi semua sel yang
memiliki molekul CD4 di permukaannya
sel Th, monosit, makrofag, sel Langerhans, sel
dendritik folikular dan mikroglia.
Replikasi Virus
Infeksi HIV dimulai dengan adsorpsi virion dimana virus bebas dan
yang terinfeksi dengan HIV masuk ke tubuh.
Envelope virus gp120 menempel pada CD4 receptors, dengan
bantuan coreceptor, CCR-5 atau CXCR4 virus menembus sel,
isinya masuk ke sel
Envelope berfusi dengan membran sel plasma nti yang bagian
dalam dipindahkan, membebaskan retroviral RNA
terjadi reverse transcriptase, partikel subviral dalam sel yang
terinfeksi dan produk double-stranded DNA ditransportasikan ke
dalam nukleus
terjadi integrasi dengan DNA kromososm sel host
terjadi transkripsi yaitu sel yang terinfeksi terpisah, DNA virus
membaca dan memulai pembentukan mRNA yang ditranslasi
menjadi protein virus dalam sitoplasma dan sel yang terinfeksi
assembly yauti terjadi rangkaian ikatan protein virus
partikel virus mulai budding dari sel dan lepas sebagai partikel
imatur
virus imatur bebas dan menginfeksi sel
Patogenesis
Perjalanan Infeksi HIV
Stadium-stadium yang terjadi antara lain :
infeksi primer
penyebaran virus ke organ-organ limfoid
masa laten klinis
peningkatan ekspresi HIV
timbul gejala klinis
kematian
Lama waktu antara infeksi primer dan perkembangan
penyakit klinik rata-rata sekitar 10 tahun
Kematian biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah mulai
timbul gejala klinik.
Patogenesis
Setelah infeksi primer infeksi mukosal sampai
mulainya viremia (4 – 11 hari) viremia terdeteksi
selama sekitar 8-12 minggu
Virus tersebar secara luas di seluruh tubuh selama
waktu ini, termasuk organ limfoid.
Sindroma seperti mononukleosis akut dapat terjadi
pada banyak pasien (50-75%) dalam waktu 3-6
minggu setelah infeksi primer
Terjadi penurunan jumlah sel T CD4 sirkulasi yang
cukup bermakna pada waktu awal ini.
Patogenesis
Respons imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai
3 bulan setelah infeksi (antibody-dependent cellular
cytotoxicity activity and HIV-specific cytotoxic T-
lymphocytes become detectable sooner than do
neutralizing antibodies) penurunan viremia plasma
jumlah sel CD4 kembali naik
Namun demikian, respons imun tidak dapat
mengatasi infeksi secara keseluruhan, dan sel yang
terinfeksi HIV menetap dalam kelenjar getah bening.
Patogenesis
Masa laten klinik dapat berlangsung selama 10 tahun.
Masa laten replikasi virus dalam jumlah besar 10 milyar
partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan tiap harinya
sistem mun mengalami kerusakan secara berlahan-lahan
peningkatan jumlah virus dan penurunan sel CD4 dalam
sirkulasi.
Terjadi pula gangguan sistem imun hipersensitifitas tipe
lambat kulit hilang, aktivitas sel natural killer dan sel T
sitotoksik menurun, dan gangguan aktivasi poliklonal oleh sel
B.
Akhirnya gejala klinis (infeksi oportunistik atau
neoplasma).
Patogenesis
Mekanisme infeksi HIV imunosupresi masih
belum jelas:
Sel Th dihancurkan langsung oleh virus
Th diinduksi untuk bunuh diri (apoptosis, programmed cell
death) oleh HIV
Th dibuat rentan terhadap serangan imunitas oleh sel Tc
Kerusakan kelenjar limfoid, timus dan stem cell
Infeksi sel dendritik gangguan antigen presentation
Molekul imunosupresif yang dikode oleh virus
Patogenesis
Monosit dan makrofag otak dapat pula
terinfeksi disertai dengan:
Pelepasan sitokin toksik terhadap sel neuron
Pelepasan chemotactic factor infiltrasi sel otak
oleh sel-sel inflamatori
Ensefalopati HIV, neuropati perifer dan kompleks
demensia AIDS
Patogenesis
Gambar. Perjalanan infeksi HIV yang khas.
Selama masa awal setelah infeksi primer, terjadi penyebaran virus yang luas
dan penurunan tajam jumlah sel T CD4 di darah tepi. Respons imun terhadap
HIV, dengan penurunan viremia yang dapat terdeteksi, akan diikuti dengan
masa laten klinik yang panjang. Hitung sel T CD4 terus menurun selama
tahun-tahun selanjutnya sampai tercapai kadar kritis di bawah kadar di mana
terdapat resiko substansial terhadap penyakit oportunistik.
Gejala Klinis
Gejala infeksi akut:
Mononukleosis ringan
Gejala tidak khas
demam, mual, sakit kepala, malaise, limfadenopati,
maculopapular rash dan keringat malam.
AIDS ditandai dengan supresi hebat sistem
imun dan timbulnya berbagai infeksi
opotunistik berat dan neoplasma yang tidak
lazim (sarkoma Kaposi).
Gejala Klinis
Pada dewasa gejala yang lebih serius sering kali
didahului oleh gejala prodormal:
fatigue
malaise
penurunan berat badan
demam
napas pendek
diare kronik
bercak putih pada lidah (leukoplakia berambut, kandidiasis oral)
Limfadenopati
Gejala penyakit pada saluran pencernaan mulai dari
esofagus sampai kolon merupakan penyebab utama
dari debility
Gejala Klinis
Gangguan neurologis:
Sering terjadi
40 – 90% menunjukkan gejala neurologis
Ensefalitis suakut, vakuolar mielopati, meningitis aseptik dan neuropati
perifer
Demensia AIDS kompleks 25 – 65% pada manifestasi akhir AIDS
memori jelek, susah konsentrasi, apati, retardasi psikomotor dan
perubahan perilaku. Angka tahan hidup rata-rata setelah demensia berat
< 6 bulan.
Infeksi oportunis yang merangsang sistem saraf toxoplasma,
cryptococcus.
Gejala Klinis
Infeksi oportunistik:
Morbiditas dan mortalitas pada pasien AIDS
infeksi opportunistik karena rendahnya sistem
imun humoral dan seluler dari pasien.
Infeksi bukan karena infeksi baru tapi oleh karena
reaktivasi mikroorganisme yang selama ini
dormant didalam tubuh host selama bertahun-
tahun.
Terjadi bila: CD4 turun menjadi < 200 sel/l
Infeksi oportunistik
1. Bacterial dan Mycobacterial : 4. nfeksi Virus
Mycobacterium Avium Complex Cytomegalovirus (CMV)
(MAC, MAI) Hepatitis
Salmonellosis Herpes Simplex (HSV, genital herpes)
Syphilis and Neuroshyphilis Herpes Zoster (HZV, shingles)
Turberculosis (TB) Human Papiloma Virus (HPV, genital
Bacillary angiomatosis (cat scratch warts, cervical cancer)
disease) Molluscum Contagiosum
2. Infeksi Fungi Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
Aspergillosis Progressive Multifocal
Candidiasis (thrush, yeast infection) Leukoencephalopathy (PML)
Coccidioidomycosis
Cryptococcal Meningitis
Histoplasmosis
Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP)
3. Infeksi Protozoal
Cryptosporidiosis
Isosporiasis
Microsporidiosis
Toxoplasmosis
Gejala klinis
Hubungan immunodeficiency keganasan banyak
ditemukan.
30-40% pasien dengan HIV akan menderita kanker selama
sakit.
Tahun 1987, (direvisi tahun 1993) CDC keganasan yang
berhubungan dengan AIDS menjadi :
Kaposi’s sarcoma (KS)