DAN KIPI
1
Campak/Measles/ Robeola
2
Manifestasi Klinis
1.Stadium prodromal, berlangsung 4 – 5 hari
yang menunjukkan gejala pilek dan batuk yang
meningkat dengan ditemukan exanthem pada
mukosa pipi (bercak koplik), faring dan mukosa
konjungtiva meradang dan koriza
3
2)Stadium erupsi, keluarnya ruam dimulai dari
belakang telinga menyebar ke muka, badan,
lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan
suhu badan meningkat, selanjutnya ruam
menjadi menghitam dan mengelupas.
4
Rash di muka penderita
5
Diagnosis infeksi morbili dilihat dari tanda klinis,
kultur virus dan pemeriksaan serologi. Meskipun
ada pemeriksaan laboratorium, diagnosis dapat
ditentukan dengan tanda klinis dan gejala
patognomonik penyakit morbili sendiri
6
Rubella
7
Perhatian di masyrakat menyebabkan abortus,
Efek teratogenik pada kematian janin atau sindrom
wanita hamil trimester rubella kongenital (Congenital
pertama. Rubella Syndrome/CRS) pada
bayi yang dilahirkan
8
Gejala dan tanda rubella
Demam ringan (37,2°C)
Bercak merah/rash makulopapuler
Pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang
dan sub occipital.
Konfirmasi laboratorium:
• pemeriksaan serologis atau virologis.
• IgM rubella -> 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu
akan menurun dan tidak terdeteksi lagi
• IgG -> 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4
minggu kemudian menetap seumur hdup
9
10
Komplikasi Campak dan Rubella
Komplikasi campak dan rubella yaitu pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
bawaan.
11
Eliminasi campak dan pengendalian
rubella/Congenital
13
• Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis
0,5 ml.
• Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang
disediakan dari produsen yang sama.
• Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan
paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
• Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan
suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM).
Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan
kondisi VVM A atau B.
14
15
Kontraindikasi
• Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid,
imunosupresan dan radioterapi
• Wanita hamil
• Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
• Kelainan fungsi ginjal berat
• Decompensatio cordis
• Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
• Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
Ditunda apabila : Demam , batuk pilek, diare
16
CARA PEMBERIAN VAKSIN MR
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan <15
tahun tanpa melihat status imunisasi dan riwayat penyakit campak
atau rubella sebelumnya
Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai
(autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Tarik torak perlahan-lahan agar
larutan vaksin masuk ke dalam sampai pada skala 0,5 cc, kemudian
cabut jarum dari vial.
18
Teknik penyuntikan dan penetesan vaksin
Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella
Intradermal
BCG
Oral
e.g. polio
19
20
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
• KIPI merupakan kejadian medik yang diduga
berhubungan dengan imunisasi. Kejadian ini
dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan
prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
21
MEKANISME PEMANTAUAN DAN
PENANGGULANGAN KIPI
22
• Kejadian ikutan pasca imunisasi yang meresahkan
dan menimbulkan perhatian berlebihan
masyarakat, harus segera direspons, diinvestigasi
dan laporannya segera dikirim langsung kepada
Kementerian Kesehatan cq.
• Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI atau
melalui WA grup Komda KIPI – Focal Point, email:
komnasppkipi@gmail.com dan data_
imunisasi@yahoo.com ; website:
www.keamananvaksin.com
23
Langkah-Langkah dalam Pelacakan KIPI
24
25
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Reaksi Onset interval Frekuensi kejadian Persentase reaksi
(per jumlah dosis)
26
Reaksi Anafilaktik
Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas
generalisata atau sistemik yang terjadi dengan cepat
(umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan
mengancam jiwa. Jika reaksi tersebut cukup hebat
dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok
anafilaktik. Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan
cepat dan tepat.
27
28
Langkah-Langkah Awal Penanganan
Syok Anafilaktik
• Airway : membebaskan jalan nafas
• Breathing : berikan oksigen 2 – 4 l/m melalui nasal kanu
• Circulation : Nilai frekuensi denyut jantung dan frekuensi
pernafasan. Kemudian mulai lakukan resusitasi
kardiopulmonal sesuai keadaan.
• Drug : Berikan epinefrin 1:1000 (0,2 ml untuk anak
usia < 6 tahun) secara intramuskular pada paha yang
berlawanan dengan lokasi penyuntikan. Epinefrin
dapat diulangi 5-15 menit.
• Pasang infus dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % berikan dosis
pemeliharaan (maintenance) sebanyak 80 - 100 ml/kg BB/24 jam,
maksimal cairan yang diberikan 1.500 ml/hari
29
• Jangan meninggalkan pasien sendirian.
• Lihat respon bayi atau anak. Jika ada perbaikan
maka bayi atau anak akan kembali sadar, aktif,
menangis dan denyut nadi teraba kuat.
• Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi
denyut jantung, frekuensi pernafasan, denyut
nadi)
• Tandai catatan imunisasi dengan jelas, sehingga
anak tersebut tidak boleh lagi mendapatkan jenis
vaksin tersebut
30
31
Setelah keadaan Stabil:
1.Difenhidramin dapat diberikan IV/IM
dosis : 1-2 mg/KgBB/kali
Hati-hati efek hipotensi
2.Injeksi methilprednisolon secara IV, dosis 1-2
mg/KgBB/kali. Methilprednisolon untuk mencegah
anafilaksis bifasik
32
10 PESAN PENTING TENTANG IMUNINSASI DARI
IDAI
1. Semua negara di dunia sampai sekarang melakukan imunisasi rutin bayi
dan anaknya, karena adanya bukti yang tidak terbantahkan bahwa
imunisasi mencegah: wabah, sakit berat, cacat, dan kematian.
2. Kajian ilmiah oleh berbagai profesi di lembaga nasional/internasional
dapat dipercaya oleh karena berbasis bukti dan dengan data yang valid
berbeda dengan pendapat pribadi seseorang.
3. Isu-isu mengenai bahwa vaksin itu berbahaya yang beredar sejak tahun
2003, bersumber dari berita tahun 1950-1960an yang dikutip
dari beberapa buku dari luar negeri. Teknologi vaksin tahun 1950-
1960an sangat berbeda dengan vaksin generasi sekarang.
33
10 PESAN PENTING TENTANG IMUNINSASI DARI
IDAI
4. Nama dan komentar yang dikutip dari buku tersebut ketika ditelusuri lebih
lanjut ternyata hanya pendapat pribadi, tidak disertai metodologi dan
rincian hasil penelitian, jabatan atau profesinya tidak sesuai dengan
kutipan, kutipan tidak lengkap atau tidak sesuai dengan berita aslinya,
dan sebagian sumber aselinya tidak dapat ditemukan.
5. Akibat penyebaran isu yang tidak benar tersebut maka banyak anak
Indonesia tidak diimunisasi sehingga tahun 2005-2006 terjadi wabah
polio di beberapa propinsi, tahun 2007-2013 terjadi wabah difteria di
Indonesia dan tahun 2010-2014 terjadi 1.008 kali wabah campak dan
menyerang 83.391 bayi dan anak Indonesia. Akibatnya 352 anak
Indonesia lumpuh, cacat, menjadi beban keluarga seumur hidup, 2.869
anak dirawat karena difteri di RS dan 131 anak meninggal dunia dan
makin banyak anak yang sakit berat atau meninggal akibat campak.
34
10 PESAN PENTING TENTANG IMUNINSASI DARI
IDAI
6. Di Indonesia dan beberapa negara lain, penyakit rubella semakin menjadi
masalah. Sejak tahun 2010-2015 di Indonesia berdasarkan pemeriksaan
laboratorium terbukti 6.309 anak terserang rubella, 77 % berumur
kurang dari 15 tahun. Virus rubella dapat menyerang janin di dalam
kandungan ibu, sehingga pada tahun 2015-2016 ada 556 bayi cacat
dengan kelainan jantung (79,5%), buta karena katarak (67,6%),
keterbelakangan mental (50%), otak tidak berkembang (48,6%), tuli
(31,3%), dan radang otak (9,5%).
7. Berdasarkan kajian oleh WHO yang kemudian diikuti dengan adanya
Kampanye Global MR, maka berbagai profesi kesehatan bersama
Kementerian Kesehatan mengkaji: bahaya penyakit, kemungkinan
menyebar ke/dari negara lain, manfaat vaksin, ketersediaan vaksin,
anggaran dll. Maka diputuskan imunisasi rutin perlu ditambah dengan
imunisasi Rubella (R) yang digabung dengan imunisasi campak (measles
= M).
35
10 PESAN PENTING TENTANG IMUNINSASI DARI
IDAI
8. Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 31 Juli 2017 telah mengeluarkan
rekomendasi No. U-13/MUI/KF/VII/2017 yang isinya memberikan
dukungan pelaksanaan program imunisasi termasuk imunisasi Measles
dan Rubella (MR).
9. Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang anggotanya terdiri dari pakar
profesi kesehatan dari berbagai negara di dunia mendukung program
imunisasi MR karena penyakit ini selain menjadi masalah Indonesia juga
masalah internasional.
10. Kami menghimbau untuk lanjutkan imunisasi rutin ditambah imunisasi
MR untuk mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan
anak kita. Sampai saat ini semua profesi di lembaga penelitian resmi
nasional dan internasional menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman
dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.
36
37
38