Anda di halaman 1dari 37

ATMOSFER BUMI

Pendahuluan
• Atmosfer berasal dari kata Greek : atmos artinya uap
dan sphaira artinya bulatan atau lapisan. Atmosfer :
lapisan gas yang menyelubungi bumi.
• Gas yang membentuk atmosfer disebut udara. Udara
natural terdiri dari udara kering, uap air dan aerosol.
• Udara bersifat mobile, compressible, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak mempunyai rasa dan tidak bisa
dirasakan kecuali udara bergerak (angin).
• Fenomena atmosfer yang mudah diamati, dari cuaca
cerah yang menyenangkan sampai cuaca buruk yang
menegangkan : shower, lightning – thunder, tornado.
• Atmosfer menyebabkan gesekan bagi benda langit
(meteorid) yang bergerak melaluinya sehingga terbakar.
Komposisi Atmosfer
• 4 gas utama udara kering yaitu Nitrogen (78,08%),
Oksigen (20,95%), Argon (0,93%), dan Karbon dioksida
(325 ppm), meliputi hampir seratus persen (99,9925%)
dari volume udara.
Tabel 1. Komposisi atmosfer di bawah 100 km (Wallace, 1977).
Unsur Gas Berat Kadar
Molekuler (fraksi molekul total)
Nitrogen (N2) 28,02 0,7808 (75,51% dari massa)
Oksigen (O2) 32,00 0,2095 (23,14% dari massa)
Argon (A) 39,94 0,0093 (1,28% dari massa)
Uap air (H2O) 18,02 0 – 0,04
Karbon dioksida (CO2) 44,01 325 ppm
Neon (Ne) 20,18 18 ppm
Kripton (Kr) 83,70 5 ppm
Hidrogen (H) 2,02 0,5 ppm
Ozon (O3) 48,00 0 – 12 ppm
Struktur Vertikal Atmosfer

Gambar 1. Lapisan atmosfer berdasarkan profil temperatur


vertikal. Garis titik-titik menunjukkan puncak dari
masing-masing lapisan.
Lapisan atmosfer berdasarkan profil temperatur :

Troposfer : - tropo (berubah) + sphaira (lapisan/bulatan)


- terjadi susust temperatur
Stratosfer : - strata (lapisan) + sphaira
- terjadi inversi temperatur
Mesosfer : - Meso (tengah) + sphaira
- terjadi susut temperatur
Termosfer : - Termo (panas) + sphaira
- terjadi inversi temperatur
Termopause : batas atas termosfer dari 300 m sampai
rumbai-rumbai bumi : Temperatur konstan
terhadap ketinggian tapi bervariasi terhadap
aktivitas matahari.
Lapisan atmosfer berdasarkan komposisi udara
• Homosfer : ketinggian 85 – 100 km dpl.,
terdapat percampuran turbulen,
massa molekuler udara konstan = 28,97g.
• Heterosfer : ketinggian 100 – 1000 km dpl.,
terdapat difusi molekuler,
penurunan massa molekuler terhadap
ketinggian
• Batas antara Homosfer dan Heterosfer disebut
turbopause (100 km dpl.).
• Puncak heterosfer disebut eksosfer dikenal sebagai
daerah menghilang, karena ada kebocoran atom-atom
yang lebih ringan ke ruang angkasa.
Gambar 2. Lapisan homosfer dan heterosfer.
Lapisan atmosfer berdasarkan sifat radioelektrik
• Netrosfer : ketinggian < 60 km dpl.,
dilapisan ini tidak terjadi fotoionisasi.
• Ionosfer : ketinggian 60 km – rumbai-rumbai bumi
(~ 1000 km), molekuler udara terionisasi oleh
radiasi matahari uv.
• Daerah D : 60 – 80 km, memantulkan radiasi gelombang
kilometrik  > 1 km, konsentrasi elektron
103 – 104 elektron/cm3.
• Daerah E : ketinggian > 160 km, memantulkan radiasi
gelombang hektometrik, konsentrasi elektron
105 pada siang sampai 103 elektron/cm3
pada malam hari.
• Daerah F : ketinggian > 160 km, memantulkan radiasi
gelombang metrik, konsentrasi mencapai
2 x 106 elektron/cm3 pada ketinggian 400 km,
terdiri dari dua lapisan yaitu F1 : 160 – 210 km
dan F2 : diatas 210 km.
Gambar 3. Lapisan atmosfer berdasarkan sifat radioelektrik.
Gambar 4. Daerah ionosfer siang dan malam hari.
Unsur Cuaca dan Iklim
• Cuaca : proses fisis atmosfer, iklim : hasil proses fisis
atmosfer. Cuaca dikaji dalam meteorologi, iklim dalam
klimatologi.
• Unsur cuaca = iklim : temperatur dan kelembapan
udara, curah hujan, tekanan udara dan angin, dll.

KENDALI IKLIM

Radiasi matahari UNSUR IKLIM


Darat dan air Bekerja Meng-
Sel tekanan tinggi pada Temperatur hasilkan JENIS
dan rendah Endapan CUACA
Massa udara Kelembapan DAN IKLIM
Pegunungan Tekanan udara
Arus laut Angin
Badai siklonik

Gambar 5. Hubungan antara unsur dan kendali iklim.


es(T) naik/turun jika T naik/turun.

Jadi RH turun jika T naik atau RH naik jika T turun

Gambar 6. Termogram (atas) dan higrogram (bawah),


Kampus ITB, Bandung.
Tekanan Atmosfer
• Tekanan atmosfer pada tinggi z adalah berat seluruh
kolom atmosfer di atas z per satuan luas.

Gambar 7. Ekspresi tekanan atmosfer. Kiri : tekanan


atmosfer pada ketinggian z, dan kanan :
tekanan atmosfer permukaan.
Angin
• Angin adalah gerak udara yang sejajar permukaan
bumi.
• Angin diberi nama dari mana angin datang : angin
timur angin datang dari timur, angin laut datang dari
laut, dsb.
• Gaya yang bekerja pada angin adalah gaya gradien
tekanan : Fp = – 1/ . p/n
Tanda negatif menunjukkan arah gaya gradien
tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

L 900 mb
Fp

H 1000 mb
Gambar 8. Gaya gradien tekanan Fp
• Karena bumi berotasi maka muncul gaya Coriolis :
Fc = 2 sin . v
• Jika Fp diimbangi oleh Fc maka terjadi angin
geostrofik, terdapat pada ketinggian di sekitar 1500 m
dimana efek gesekan permukaan bumi dapat
diabaikan.

Gambar 9. Angin geostrofik sejajar isobar.


Angin ageostrofik
• Angin permukaan menderita gaya gesekan yang
memperlambat kecepatan angin, sehingga gaya
Coriolis menjadi kecil sedangkan gaya gradien
tekanan tetap. Jadi angin memotong isobar tekanan
rendah.

Gambar 10. Gaya gesekan berlawanan dengan arah angin.


Angin gradien
• Angin yang bertiup pada isobar lengkung (lingkaran), ada
tiga gaya yaitu Fp, Fc, dan Fs : gaya sentrifugal
• Ada 2 angin gradien :
i. angin siklon jika pusat isobar adalah tekanan rendah
ii. angin antisiklon jika pusat isobar adalah tekanan tinggi

Gambar 11. Keseimbangan gaya dalam angin gradien :


a. siklonik, b. antisiklonik, di BBU..
Arah dan kecepatan angin
• Agin adalah besaran vektor yang mempunyai arah dan
kecepatan.
• Arah angin dinyatakan dalam derajat. Secara
klimatologis diamati 8 penjuru tapi dalam
penerbangan, 16 penjuru. Angin antara = 3600, angin
tenang = 00, angin timur = 900, angin tenggara = 1350,
dan seterusnya.
• Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan meter per
sekon, kilometer per jam, atau knot (1 knot ~ 0,5 m/s).
• Vektor angin : panjang vektor adalah
kecepatan angin, dan anak panah adalah arah angin.
Awan dan Hujan
• Awan adalah kumpulan butiran air dan/atau kristal es
yang berjejari ~ 10 m dengan konsentrasi berorde
100/cm3.
• Awan panas, t > – 10 0C mengandung tetes air dan
awan dingin t < – 10 0C mengandung tetes air kelewat
dingin dan kristal es.
• Presipitasi didefinisikan sebagai air cair (hujan)
dan/atau air padat (salju, batu es) yang jatuh dari
dasar awan sampai permukaan tanah, jika partikel-
partikel ini tidak mencapai permukaan tanah (misalnya
menguap) disebut virga atau stalaktit.
• Partikel presipitasi akan tumbuh jika populasi awan
menjadi labil. Untuk awan panas kelabilan disebabkan
oleh beda ukuran tetes atau kecepatan jatuh terminal,
sedangkan untuk awan dingin kelabilan disebabkan
oleh beda tekanan uap di atas air kelewat dingin (es)
yang lebih besar dibandingkan tekanan uap di atas es
(ei)

Klasifikasi awan
• Menurut metode pembentukan :
Stratiform dan Cumuliform
• Menurut tinggi dasar awan (h) :
awan rendah, h < 2 km; Ns, Sc dan St
awan menengah, h = 2 – 6 km; Ac dan As
awan tinggi, h > 6 km, Cs, Cc, dan Ci.
Gambar 12. Foto genus awan : atas : Cirrus, dan Cirrocumulus,
tengah : Altocumulus, dan Altostratus, bawah :
Cumulus dan cumulonimbus (Susilo, 1996).
Persamaan pertumbuhan butiran awan (cloud droplet) :
r
dr
 , dengan   S  1 1 dan 1 
1
dt Fk  Fd
dimana :
s : rasio jenuh = e/es
e, es : tekanan uap dan tekanan uap jenuh
r : jari-jari butiran,
t : waktu
Fk, Fd : suku termodinamika yang berkaitan dengan
konduksi panas dan difusi uap.
1 : parameter pertumbuhan kondensasi

Jika diintegrasi menghasilkan :


r r

 dr
r0
  t,
0
r  r0 pada t  0 dan r  r pada t  t

atau rt   r02  2t


Gambar 13. Penyajian skematik mikrostruktur awan campuran. O : tetes
awan, X : kristal es,  : tetes kelewat dingin

Gambar 14. Pertumbuhan butiran awan dengan kondensasi dalam


lingkungan konstan. r0 : jejari awal dan t : waktu.
Pertumbuhan tetes hujan
• Pertambahan massa tetes awan secara empiris
diekspresikan :
dm/dt = E M  (R + r)2 (u(R) – u(r))
dimana :
E : nilai rata-rata efektif efisiensi koleksi (faktor
koreksi) populasi butiran (droplet) =
E1 (efisiensi tumbukan) X E2 (efisiensi
tangkapan). Untuk R dan r yang besar, nilai
E ~ 1, sehingga tetes (drop) tumbuh cepat.
M : kadar air awan per satuan volume
R, r : jejari tetes dan butiran awan
u(R), u(r) : kecepatan terminal tetes dan butiran awan
u(R) – u(r) : kecepatan relatif tetes terhadap butiran
• Jika massa tetes m dinyatakan dengan radius R, maka :
dR/dt = EM/4L (1 + r/R)2 (u(R) – u(r))
untuk r << R, maka u(r) << u(R), sehingga persamaan
pertumbuhan jejari tetes dapat disederhanakan menjadi :
dR/dt = EM u(R)/4L, karena
m = L x vol. = 4/3  R3 . L

Gambar 15. Pertumbuhan tetes dengan tumbukan dan tangkapan


a. tanpa efek aerodinamik, b. dengan efek aerodinamik.
Pertumbuhan partikel es dalam awan dingin :
i. Melalui fasa uap air, oleh deposisi uap air menjadi
partikel es.
ii. Melalui pembekuan tetes, partikel es tumbuh oleh
pembekuan tetes kelewat dingin ketika terjadi
tumbukan diantara partikel es dan tetes.
iii. Melalui penggabungan, partikel es bertumbukan
satu sama lain kemudian bergabung. Pelekatan
kedua partikel es terjadi terutama pada temperatur
es > – 5 0C ketika permukaan es menjadi sangat
lengket.
Curah hujan
• Bentuk presipitasi adalah hujan, gerimis, salju dan
batu es. Di Indonesia pada umumnya presipitasi
berbentuk tetes hujan, tetapi akhir-akhir ini sering
terjadi batu es hujan dari awan Cb.

Gambar 16. Foto penampang batu es. Sumber Rogers and Yau, 1989
Ada 4 jenis hujan :
a. Hujan konvektif
b. Hujan orografik
c. Hujan konvergensi
d. Hujan frontal
(b)
Lihat : gambar 17 : (a) dan (b)
gambar 18 : (c) dan (d)
Gambar 17

Gambar 18
Pola curah hujan utama di Indonesia :
a. Jenis monsunal, dipengaruhi oleh monsun, distribusi
curah hujan bulanan berbentuk V atau U.
b. Jenis ekuatorial, dipengaruhi oleh ekinoks, distribusi
curah hujan bulanan menunjukkan maksima ganda.
c. Jenis ekuatorial, dipengaruhi oleh kondisi lokal,
distribusi curah hujan bulanan kebalikan jenis
monsunal.

Gambar 19. Pola curah hujan tipe monsunal (Semarang), tipe


ekuatorial (Pontianak) dan tipe lokal (Ambon)
Radiasi Matahari
• Matahari sebagai sumber energi dan kendali iklim
utama
• Energi matahari terjadi karena reaksi nuklir (inti) :
41H1  2He4 + 2e+ + energi
dimana 1H1 : inti hidrogen atau proton, 2He4 : inti helium
dan e+ : positron yaitu elektron yang membawa
muatan positif.
• Ternyata massa 2He4 < 41H1, massa yang hilang ini
diubah menjadi energi menurut Einstein :
E = mc2, c = 3 x 108 ms-1 : kecepatan cahaya
• Fluks radiasi sebelum diatenuasi oleh atmosfer pada
jarak rata-rata matahari – bumi (~ 150 juta km) disebut
konstanta matahari
56 x 1026 kal . mnt 1
  2,0 kal . cm 2 mnt 1

4 1,5 x 10 cm
13
2
Hukum radiasi
• Hukum Stefan – Boltzmann :

F =   T4

F : fluks radiasi,  : emisivitas, T : temperatur mutlak


dan  : tetapan Stefan – Boltzmann = 8,14 x 10-11
ly mnt-1 K-4, 1 ly = 1 langley = 1 kalori cm-2
Untuk benda hitam  = 1 dan F =  T4

• Hukum pergeseran Wien :

maks = a/T

maks : panjang gelombang intensitas radiasi


maksimum, a : konstanta yang mempunyai nilai 2897
jika  dalam mikron.
Gambar 20. Variasi intensitas radiasi benda hitam dengan
panjang gelombang.
(a) T = 6000 K (b) T = 200 K, 250 K dan 300 K.
Efek atmosfer terhadap radiasi
• Hamburan, terjadi jika Dp << rad, prosesnya selektif
artinya  lebih pendek, lebih banyak dihamburkan
(H ~ 1/ 4). Jadi, ketika cerah, langit berwarna biru
(spektrum radiasi tampak terpendek).
• Pemantulan difus ( baur), terjadi jika Dp >> rad,
prosesnya nonselektif artinya semua panjang
gelombang radiasi tampak dipantulkan sama
efektifnya. Jadi, matahari tampak putih jika dilihat
melalui awan stratiform.
• Cahaya baur (diffuse) dapat mengatasi gelap mutlak di
dalam ruangan dimana matahari tertutup awan. Energi
radiasi baur kira-kira seperempat energi radiasi
matahari langsung.
Radiasi bumi
• Albedo bumi 35% : 2% dipantulkan permukaan bumi,
6% dipantulkan/dihamburkan atmosfer dan 27%
dipantulkan awan. Diserap atmosfer 14% dan sisanya
(100 – 35 – 14) = 51% diserap bumi.
• Radiasi 51% yang diserap bumi, terdiri atas 34%
radiasi matahari langsung dan 17% radiasi baur
(radiasi langit)
• Radiasi matahari yang datang 65% = (100 – 35) harus
dipancarkan kembali ke angkasa dalam bentuk radiasi
gelombang panjang yaitu : 17% diradiasikan dari bumi
ke angkasa dan 48% dipancarkan oleh atmosfer.
Gambar 21. Keseimbangan panas bumi. Efek dari atmosfer,
permukaan bumi dan awan terhadap radiasi
matahari dan radiasi bumi.
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
• Faktor penyebab perubahan iklim
i. Faktor eksternal : perubahan orbit bumi, jumlah
noda matahari
ii. Faktor internal : perubahan sifat lima komponen
sistem iklim
iii. Faktor aktivitas manusia : pencemaran udara,
urbanisasi dan deforestasi

• Teori perubahan iklim


i. Teori astronomi : orbit elip bumi, dan noda
matahari
ii. Teori geologi : Letusan gunung api, hanyutan
benua (the continental drift)
iii. Teori karbon dioksida : CO2 sebagai gas rumah kaca
Pemanasan Global
• Aktivitas manusia : Emisi CO2 (karbon dioksida), CH4
(metan), CFC (chlorofluorocarbon)
• Deforestasi : kerusakan hutan secara alamiah
(kebakaran) dan buatan. Hutan, penyerap karbon
terbesar 1 pohon menyerap 5 – 15 ton karbon per tahun
h
n CO2 + n H2O  (CH2 O)n + n O2

h : energi foton,  : frekuensi radiasi matahari,


h : 6,625 x 10-34 Js disebut konstanta Planck

• Alih fungsi hutan, menjadi pemukiman, persawahan,


perkebunan, pertambangan, industri – Angin kencang,
radiasi masuk ke permukaan.
• CO2 : sejak era preindustri naik sekitar 30%
akibat pembakaran bbf
• CH4 : selama periode 300 tahun (1700 – 2000)
naik sekitar 145%.

Gambar 22. Konsentrasi (ppm) CO2 dan CH4 selama 300 tahun yang
lalu menunjukkan kenaikan cepat sejak dimulainya
industrialisasi (Houghton, 2001).

Anda mungkin juga menyukai