Yang artinya Yadnya adalah pusat terciptanya alam semesta. Penciptaan adalah
karya spiritual dari Yang Maha Esa dan sebagai kridanya memperlihatkan
kemulianNya. KABUATE
N
KABUPATE
N
Weda sebagai kitab suci agama Hindu diyakini
WEDA kebenarannya dan menjadi pedoman hidup Umat
Hindu
Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya Weda mengandung ajaran yang
dan yang menurunkannya adalah Ida Sang memberikan keselamatan di dunia dan
setelah itu. Weda menuntun tindakan
Hyang Widhi Wasa itu sendiri. Weda mengalir umat manusia sejak ada dalam
dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab kandungan sampai selanjutnya. Weda
Hindu pada masa berikutnya. tidak terbatas pada tuntunan hidup
individu, masyarakat, kelompok
manusia, tetapi ia menuntun seluruh
hidup dan kehidupan seluruh makhluk
hidup.
PERAN BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI
PENGAMALAN AJARAN AGAMA HINDU
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang
selaras/erat antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.
Karenanya tidak jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan
setempat. Penyesuaian ini dapat dibenarkan dan dapat memperkuat budaya
setempat, sehingga menjadikan kesesuaian “adat-agama” ataupun’budaya-
agama’, artinya penyelenggaraan agama yang disesuaikan dengan budaya
setempat.
Perbedaan pelaksanaan agama Hindu pada suatu daerah tertentu terlihat berbeda
dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah berarti agamanya yang
berbeda. Agama Hindu di India adalah sama dengan agama Hindu yang ada di
Indonesia, namun kulitnya yang akan tampak berbeda.
Budaya agama adalah suatu penghayatan terhadap keberadaan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dalam bentuk kegiatan budaya. Sejak munculnya agama Hindu, usaha
memvisualisasikan ajaran agama Hindu kepada umat manusia telah berlangsung
dengan baik. Para rohaniawan Hindu, para pandita, orang-orang suci
mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Weda kedalam berbagai
bentuk simbol budaya. Usaha ini telah terlaksana dari zaman ke zaman. Ajaran yang
sangat luhur ini diwujudkan dan disesuaikan dengan desa, kala, dan patra pada
waktu itu
AJARAN
WAKTU
AGAMA
Kalau dilihat dari fakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke zaman
mengalami perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang konsisten.
Artinya, prinsip-prinsip ajaran agama itu tidak pernah berubah yakni bertujuan
menghayati Ida Sang Hyang Widi Wasa. Kepercayaan terhadap Ida Sang Hyang
Widi Wasa, menjadi sumber utama untuk tumbuh dan berkembangnya budaya
agama dan ini pula yang melahirkan variasi bentuk budaya agama. Variasi
bentuk itu disesuaikan dengan kemampuan daya nalar dan daya penghayatan
umat pada waktu itu. Budaya agama yang dilahirkan dapat muncul seperti
“upacara agama”.
Upacara agama tidak semata-mata berdimensi agama
UPACARA
saja, tetapi juga sosial, seni budaya, ekonomi,
AGAMA
manajemen dan yang lainnya. Melalui upacara agama,
dapat dibina kerukunan antar sesama manusia, keluarga,
banjar yang satu dengan banjar yang lain. Upacara
agama melatih umat untuk bisa berorganisasi dan
merupakan latihan manajemen dalam mengatur jalannya
upacara. Keseluruhan budaya agama dalam bentuk
upacara agama tersebut merupakan usaha manusia
mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widi wasa
untuk mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan yang
abadi.
BUDAYA
AGAMA Seperti halnya manusia, tubuh merupakan
hasil budaya agama itu sendiri, sedangkan
agama Hindu merupakan jiwa atau rohnya
agama tersebut. Satu contoh misalnya,
budaya agama Hindu pada masyarakat
Hindu di Bali dan budaya-budaya Hindu di
AGAMA daerah yang lainnya yang ada di Indonesia.
HINDU
Kita mengetahui bahwa pada zaman dahulu dan mungkin pada saat
sekarang di tanah jawa, bagaimana kitab sastra Hindu seperti Ramayana
dan Mahabharata telah disadur ke dalam bahasa Jawa kuno oleh para
Empu atau Rsi pada masa itu. Bagaimana umumnya orang-orang Jawa
banyak yang tidak tahu, bahwa kitab tersebut, sesungguhnya, adalah
kitab-kitab agama Hindu, tetapi umumnya mereka mengenal bahwa, kitab
tersebut atau cerita tersebut adalah cerita “pewayangan” milik orang Jawa.
Dari kitab suci Weda oleh para Rsi, Pandita atau orang-orang suci
Hindu di Indonesia dengan mengambil jiwa atau idealisme yang
dikandungnya kemudian dikodifikasi sehingga lahirlah kitab-kitab
sastra yang pada hakikatnya adalah ajaran Hindu yang terdapat dalam
kitab suci Weda.
Satu contoh tentang
keyakinan akan
gunung sebagai DALAM KITAB SUCI WEDA SMERTI
(MANAWADHARMA SASTRA BAB II, 81)
tempat suci,
berstananya para
Dewa dan para roh “Swadiyayanarcaret samsimnhomair dewa nya thawidhi,
suci leluhur atau Pitrcm craddhaicca nrrnan naibhutani balikarmana”
orang-orang suci. Artinya:
Dalam konsep “Hendaklah ia sembahyang yang sesuai menurut
keyakinan umat peraturan kepada Rsi dengan pengucapan Weda, kepada
Hindu, terdapat Dewa dengan haturan yang dibakar, kepada para leluhur
keyakinan atau ajaran dengan Sraddha, kepada manusia dengan pemberian
tentang makanan, dan kepada para Bhuta dengan upacara
penghormatan kepada kurban”.
roh suci leluhur.
SEPERTI JUGA Demikianlah umat Hindu di India
DISEBUTKAN DALAM memuja dan menghormati maha Rsi
KITAB UPANISAD Vyasa, Agastya, Parasara, Sangkara Carya,
Sri Rama Krama, Swami Wiwekananda
Seorang Rsi adalah seorang Acarya, dan lain-lain. Hal inilah yang
yang patut dihormati seperti dewa. melatarbelakangi timbulnya pemujaan
“Acarya Dewa Bhawa” (Tatirya leluhur dan pemujaan kepada Ida Sang
Upanisad I, 11.1). Atas dasar sraddha Hyang Widhi Wasa terdapat pada suatu
inilah umat Hindu menghormati para tempat suci atau pura di Indonesia.
Rsi, orang-orang suci, baik ketika ia
masih hidup maupun setelah
meninggal nanti.
KITAB
RAMAYANA Kitab Rg Weda VIII.6.28