ABORSI
ABORSI
Selanjutnya dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal 15 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Tindakan tersebut dilakukan dengan empat syarat,
yaitu:
Berdasarkan pasal dan ayat diatas, sebagaimana disebutkan dalam KUHP diancam 1-15
tahun hukuman penjara dan UU no. 23 tahun 1992 (yang mengancam hukum penjara 15
tahun dan denda Rp. 500.000.000)
5. Hukum Aborsi
5.1. Hukum Aborsi Menurut Ulama Klasik
1. Golongan yang mengharamkan pengguguran pada setiap
tahap pertumbuhan janin sebelum diberi nyawa (Nuthfah,
‘alaqah dan mudhghah. Alasannya antara lain, hadist Nabi
yang menyatakan:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW pernah menceritakan kepada kami,
beliau seorang yang benar serta dapat dipercaya (beliau
bersabda) bahwa kejadian kalian dikumpulkan didalam
perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian ia
menjadi alaqah selama empat puluh hari dan kemudian
menjadi mudghah selama empat puluh hari, kemudian
Allah SWT. Mengutus malaikat untuk meniupkan
roh...”(HR. Al-Bukhari)
2. Golongan yang membolehkan pengguguran pada salah satu
tahap dan melarang pada tahap yang lain. Atau melarang pada
satu tahap dan membolehkan pada tahap yang lain.
• Makruh pada tahap nuthfah dan haram pada ‘alaqah dan
mudlghah. Ini adalah pendapat Ulama Malikiyah dan
Ulama al-Syafi’iyyah menyebutnya sebagai makruh tanzih
dengan syarat pengguguran itu dilakukan seizin suami
• Dibolehkan pada tahap nuthfah dan haram pada tahap
‘alaqah dan mudlghah
• Boleh pada tahap nuthfah dan a’laqah dan haram pada
tahap mudlghah
Ada juga ulama yang membagi hukum abortus berdasarkan usia
kehamilan yang tidak termasuk dalam kategori darurat syar’iyyah usia
kehamilan, yaitu sebagai berikut:
• Abortus pada usia kehamilan 40 hari. Hukum abortus pada tahap ini
ada dua pendapat:
Hukumnya haram, tidak boleh dilakukan.
Diperbolehkan
• Abortus pasca usia kandungan 40 hari , sebelum 120 hari. Hukum
abortus pada fase ini terdapat beberapa pendapat:
Haram mutlak.
Hukumnya boleh
• Pasca peniupan ruh
a. Diyat
Empat mazhab sepakat bahwa setiap serangan yang
ditujukan kepada janin digolongkan sebagai setengah
sengaja bila penyerang sengaja melakukannya, dan
merupakan kekhilafan jika ia tidak sengaja. Pembayar
diyat kamilah dapat dilakukan terhadap keluarga korban
dalam bentuk 100 ekor unta, atau 1000 dina, atau 12.000
dirham. Jika pihak wanita hamil sendiri yang menjadi
penyeranag, maka dia bertanggungjawab untuk membayar
uang tebusan lengkap kepada ahli waris janin, dan dia
sendiri tidak berhak mendapatkannya, ia telah kehilangan
hak waris karena membunuh.
b. Ghurrah
• Ulama sepakat bahwa melakukan pemukulan terhadap
wanita hamil yang mengakibatkan keguguran, kejahatan
seperti itu dipandang sebagai kejahatan terhadap janin,
maka al-Ghurrah disini sama dengan diyat al-qathil
(pembunuh). Artinya, ghurrah menjadi hak janin yang
harus dibagikan kepada ahli warisnya. Jika yang
melakukan aborsi adalah si perempuan itu sendiri maka
ia diwajibkan membayar Ghurrah.
• Jika pengguguran dilakukan setelah janin bernyawa,
para ulama empat mazhab sepakat mewajibkan denda
(diyat) sempurna. Dengan catatan jika kehidupan janin
pada waktu digugurkan dapat dipastikan hidupnya.
c. Al-Kaffarah