Anda di halaman 1dari 2

UPDATE TAHUN 2005

Dalam Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-1015/PJ.343/2005 tentang Pengenaan PPN yang
terdapat Tax Treaty Indonesia – Korea Selatan tanggal 24 November 2005, menegaskan bahwa:

a. Sepanjang jasa-jasa kepelabuhanan yang diserahkan pihak Indonesia – Korea Selatan dimaksud
terkait dengan international traffic dan penerima jasa betul-betul merupakan kapal-kapal yang
dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan Korea Selatan, maka secara timbal balik dibebaskan
dari pengenaan PPN;
b. Untuk menganntisipasi bahwa fasilitas P3B tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang
tidak berhak, maka diharapkan dapat meneliti lebih lanjut apakah kapal-kapal mengauk atau
berbendera Korea Selatan tersebut betul-betul dimiliki dan manajemennya dioperasikan oleh
perusahaan yang merupakan residen Korea Selatan.

Ditjen Pajak Mengadakan Pertemuan dengan Dubes dan Pengusaha Korea Selatan

“Pertemuan ini dilaksanakan untuk memperkuat kerjasama dan meningkatkan kepatuhan perpajakan
perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang berinvestasi di Indonesia,” –Mekar Satria Utama, Direktur
Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat DJP

Siaran PERS

Dirjen Pajak menyampaikan apresiasi atas kontribusi perusahaan asing dalam membangun Indonesia.
Pada tahun 2013 nilai investasi Korea Selatan di Indonesia merupakan ketiga terbesar setelah Singapura
dan Jepang.

Untuk mengatasi praktek penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan PMA, Ditjen Pajak
memiliki beberapa program diantaranya pengembangan Pusat Analisis Pajak atau Center for Tax
Analysis (CTA) yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari sumber terpercaya yang
akan digunakan untuk intensifikasi dan pengukuran kepatuhan Wajib Pajak.

Ditjen Pajak juga aktif terlibata dalam pertukaran informasi dengan negara dan yurisdikasi mitra melalui
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B), perjanjian pertukaran informasi, atau konvensi dan
pertukaran informasi keuangan menggunakan standar internasional.

CONTOH KASUS
Pada tanggal 3 Juli 2014, PT HANA membayar royalti kepada TAEGUK CO. Atas penggunaan merek
dagang senilai USD250.000, TAEGUK CO. Berdomisili di Korea Selatan dan merupakan induk perusahaan
dari SUJU CO. Nilai wajar dari pembayaran royalti tersebut adalah USD200.000. TAEGUK CO. Sudah
menyerahkan SKD bertanggal 1 Oktober 2013 kepada PT HANA.

Atas royalti yang dibayarkan PT HANA kepada TAEGUK CO. dapat dipajaki di Indonesia dengan
berdasarkan pada pasal 12 ayat (2) P3B Indonesia – Korea Selatan sebesar 15% (sepanjang TAEGUK CO
merupaka beneficial owner atas royalti tersebut). Karena dalam hal ini syarat administrasi telah
terpenuhi (CoD tertanggal 1 Oktober 2013, berakhir Oktober 2014), maka perusahaan dapat menerima
manfaat atas P3B Indonesia – Korea Selatan ini. Oleh karena itu, perhitungan atas pajak yang dikenalkan
terhadap pembayaran royalti yang dimaksud adalah sebagai berikut:

15% * USD 250.000 * KMK IDR 11.159 * 50% * 100% = IDR209.062.500

KESIMPULAN

P3B RI-KOREA SELATAN

– Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang


perpajakan antar kedua Negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat
perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar keduaa negara dan
dilaksanakan oleh penduduk antar kedua Negara yang terlinat dalam perjanjian tersebut.
– Pada prinsipnya, kehadiran Tax Treaty adalah untuk mencegah terjadinya juridical double
taxation, yaitu dimana atas penghasilan yang sama dikenakan pajak di dua Negara yang
berbeda. Oleh karenna itum dengan adanya Tax Treaty maka Negara sumber membagi hak
pemajakan kepada source country dalam hal terbentuknya Permanent Estabilishment di Source
Country.
– Perjanjian penghindaran pajak berganda tidak hanya mengatur pajak penghasilan akan tetapi
perjanjian penghindaran pajak berganda juga mengatur mengenai Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) seperti antara Indonesia – Korea Selatan

Anda mungkin juga menyukai