Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga

dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Bakteri ini pertama kali ditemukan

oleh Robert Koch pada tahun 1882 (Depkes, 2015).

Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 196.310

kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2012 yang

sebesar 202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan

jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru

BTA+ di tiga provinsi tersebut hampir sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di

Indonesia (Menkes, 2014).

Penemuan kasus TB di Puskesmas Genuk pada tahun 2014 sebanyak 28 penderita

dengan BTA +, pada tahun 2015 triwulan I dari Januari sampai maret 2015 sebanyak 14

penderita, triwulan II dari april sampai juni 2015 sebanyak 9 penderita, triwulan III dari juli

2015 sampai sekarang sebanyak 14 penderita. Oleh karena itu angka kejadian TB digenuk

masih tinggi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai TB,

baik itu gejala, cara penularan dan cara pengobatannya. Hal ini seiring dengan tingginya

angka pencapaian CDR (Case Detection Rate) di puskesmas genuk yang mencapai 93%

pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan strategi penemuan di puskesmas Genuk sesuai

dengan target nasional yakni > 70 %.


Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung

Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal

sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan telah terbukti

sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective).

Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga

mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB). Fokus utama

DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien

menular. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya

pencegahan penularan TB (Menkes, 2014).

Berdasarkan data rekapitulasi kasus TB Paru, maka penulis tertarik untuk lebih

mendalami Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif terhadap Pasien dengan TB Paru.
Rumusan Masalah

Bagaimana diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif terhadap Pasien dengan TB Paru?

Tujuan

Tujuan umum

Mengetahui diagnosis Holistik dan Terapi Komprehensif terhadap Pasien dengan TB

Paru.

Tujuan khusus

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap TB Paru.

Untuk memperoleh solusi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap TB Paru.

Manfaat

Bagi Masyarakat

Masyarakat mengetahui mengenai TB Paru

Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat

Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan

Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di

lapangan.
Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu

kesehatan masyarakat.

Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu kesehatan

masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai