Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

JULI 2018

MENINGIOMA
Pendahuluan
O Meningioma adalah tumor pada meningens,
yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis
O neoplasma intrakranial nomor 2 dengan
angka kejadian 4-5 dari 100,000 penduduk
O Lebih sering terjadi pada wanita daripada
laki-laki 2:1
O Antara umur 60 – 70 tahun
Pembahasan
DEFINISI
OMeningioma adalah tumor pada menings, yang
merupakan selaput pelindung yang melindungi otak
dan medulla spinalis.
OTumbuhnva meningioma kebanyakan di tempat
ditemukan banyak villi arachnoid
OMeningioma dapat timbul pada tempat manapun di
bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya
terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.
OTumor ini mempunyai sifat yang khas yaitu tumbuh
lambat dan mempunyai kecendrungan meningkatnya
vaskularisasi tulang yang berdekatan, hyperostosis
tengkorak serta menekan jaringan sekitarnya.
KLASIFIKASI :

O Grade I : Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor


tidak menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat
baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor
semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat
menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat
direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi
dengan tindakan bedah dan observasi lanjut.
O Grade II : Meningioma grade II disebut juga meningioma
atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan
grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi
juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi
setelah pembedahan.
O Grade III : Meningioma berkembang dengan sangat agresif
dan disebut meningioma malignant atau meningioma
anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 %
dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah
penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuti dengan
terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan
kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari tumor
:
O Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah
selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital
meningioma terdapat di sekitar falx.
O Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan
atas otak.
O Meningioma Sphenoid (20%). Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah
belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.
O Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.
O Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah
bagian belakang otak.
O Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah
kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.
O Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,
gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
O Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di
sekitar mata cavum orbita.
O Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di
seluruh bagian otak.
Etiologi :

O radioterapi merupakan faktor resiko utama


terjadinya meningioma
O Rangsangan endogen dan eksogen via hormonal
(Estrogen dan progesteron)
O Beberapa faktor pertumbuhan : epidermal growth
factor, PDGF, insulin-like growth factors,
transforming growth factor I2 dan somatostatin
diekspresikan secara berlebih dan dapat
merangsang pertumbuhan meningioma
Histologi :
O Meningioma meningotelial secara histologis tersusun oleh sel
tumor uniform yang membentuk lobulus dikelilingi oleh septa
kolagen tipis. Di dalam lobulus, sel tumor epiteloid memiliki
dinding sel yang menyerupai sinsitium. Pada inti sel terdapat
ruangan kosong seperti tidak terisi karyoplasma dan protrusi
eosinofil sitoplasma, yang disebut juga pseudoinklusi.
O Meningioma fibroblastik terutama disusun oleh sel berbentuk
jarum yang menyerupai fibroblas dan membentuk fasikula saling
berpotongan yang tertanam dalam matriks yang kaya kolagen
dan retikulin.
O Meningioma transisional memiliki ciri-ciri gabungan dari kedua
meningioma sebelumnya dan biasanya muncul dengan gambaran
seperti ulir, dimana sel tumor saling membungkus satu sama lain
membentuk lapisan konsentrik.
O memiliki kecenderungan untuk berhialinisasi dan berkalsifikasi
membentuk kalsifikasi konsentrik yang disebut badan
psammoma (artinya seperti pasir berdasarkan bentuk mereka
yang seperti pasir dan kotor). Tumor yang memiliki banyak
gambaran badan psammoma disebut juga meningioma
psammomatosa.3
GEJALA KLINIS :
O Gejala umum yang sering muncul meliputi kejang, nyeri kepala hebat,
perubahan kepribadian dan gangguan ingatan, mual dan muntah, serta
penglihatan kabur.
O Meningioma falx dan parasagital, sering melibatkan sinus sagitalis
superior. Gejala yang timbul biasanya berupa kelemahan pada tungkai
bawah.5
O Meningioma konveksitas, terjadi pada permukaan atas otak. Gejala
meliputi kejang, nyeri kepala hebat, defisit neurologis fokal, dan
perubahan kepribadian serta gangguan ingatan. Defisit neurologis fokal
merupakan gangguan pada fungsi saraf yang mempengaruhi lokasi
tertentu, misalnya wajah sebelah kiri, tangan kiri, kaki kiri, atau area
kecil lain seperti lidah. Selain itu dapat juga terjadi gangguan fungsi
spesifik, misalnya gangguan berbicara, kesulitan bergerak, dan
kehilangan sensasi rasa.5
O Meningioma sphenoid, berlokasi pada daerah belakang mata dan paling
sering menyerang wanita. Gejala dapat berupa kehilangan sensasi atau
rasa baal pada wajah, serta gangguan penglihatan. Gangguan
penglihatan disini dapat berupa penyempitan lapangan pandang,
penglihatan ganda, sampai kebutaan.5 Dapat juga terjadi kelumpuhan
pada nervus III.1
O Meningioma olfaktorius, terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung. Gejala dapat berupa
kehilangan kemampuan menghidu dan gangguan penglihatan.5
O Meningioma fossa posterior, berkembang di permukaan bawah
bagian belakang otak terutama pada sudut serebelopontin.
Merupakan tumor kedua tersering di fossa posterior setelah
neuroma akustik.1 Gejala yang timbul meliputi nyeri hebat pada
wajah, rasa baal atau kesemutan pada wajah, dan kekakuan
otot-otot wajah. Selain itu dapat terjadi gangguan pendengaran,
kesulitan menelan, dan kesulitan berjalan.5
O Meningioma suprasellar, terjadi di atas sella tursica, sebuah
kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
Gejala yang dominan berupa gangguan penglihatan akibat
terjadi pembengkakan pada diskus optikus.5 Dapat juga terjadi
anosmia, sakit kepala dan gejala hipopituari.1
O Meningioma tentorial. Gejala yang timbul berupa sakit kepala
dan tanda-tanda serebelum.1
O Meningioma foramen magnus, seringkali menempel dengan
nervus kranialis. Gejala yang timbul berupa nyeri, kesulitan
berjalan, dan kelemahan otot-otot tangan.1
O Meningioma spinal, paling sering menyerang daerah dada. Gejala
yang timbul merupakan akibat langsung dari penekanan terhadap
medula spinalis dan korda spinalis, paling sering berupa nyeri
radikular pada anggota gerak, paraparesis, perubahan refleks
tendon, disfungsi sfingter, dan nyeri pada dada. Paraparesis dan
paraplegia timbul pada 80% pasien, namun sekitar 67% pasien
masih dapat berjalan.1
O Meningioma intraorbital. Gejala yang dominan terutama pada
mata berupa pembengkakan bola mata, dan kehilangan
penglihatan.5
O Meningioma intraventrikular, timbul dari sel araknoid pada
pleksus koroidales dan terhitung sekitar 1% dari keseluruhan
kasus meningioma.1 Gejala meliputi gangguan kepribadian dan
gangguan ingatan, sakit kepala hebat, pusing seperti berputar.5
Selain itu dapat juga terjadi hidrosefalus komunikans sekunder
akibat peningkatan protein cairan otak.1
Pemeriksaan Penunjang
Computed Tomography (CT-Scan)
O Tampak gambaran isodense hingga hiperdense
pada foto sebelum kontras,
O gambaran peningkatan densitas yang homogen
pada foto kontras.
O Tumor juga memberikan gambaran komponen
kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus.
Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas.
Perdarahan dan cairan intratumoral sampai
akumulasi cairan dapat terlihat.
O Invasi sepanjang dura serebri sering muncul
akibat provokasi dari respon osteoblas, yang
menyebabkan hyperostosis.
Pemeriksaan Penunjang
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

O MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan


untuk mengevaluasi meningioma.
O MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala
tergantung pada lokasi tumor berada.
O MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor,
pembesaran arteri, dan invasi sinus venos, dan
hubungan antara tumor dengan dengan sekeliilingnya.
O Kelebihan lain dapat melihat area juxtasellar dan fossa
posterior dan kadang dapat menunjukkan hubungan
penyebaran penyakit melalui CSF.
O Kemampuan multiplanar adalah kemampuan untuk
memvisualisasikan kontak tumor dengan meningen,
kapsul tumor, dan kontras pada meningeal dapat
memperjelas tumor.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)

O Ultrasonografi dapat memberikan gambaran


lokasi dari intratumoral hemorrhage,
perubahan kista yang terdapat di bagian
dalam dan luar massa tumor, kalsifikasi,
invasi parenkim oleh meningioma malignan,
dan massa lobus atau multi lobules yang
hanya dapat digambarkan dengan
ultrasonografi.
Angiografi

O Angiografi secara khusus mampu menunjukan massa


hipervaskular, menilai aliran darah sinus dan vena.
Angiografi dilakukan hanya jika direncakan dilakukan
embolisasi preoperasi untuk mengurangi resiko perdarahan
intraoperatif.1
O Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan
dapat menimbulkan gambaran “spoke wheel appearance”.
Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran
vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan
mother and law phenomenon.15
O Magnetic resonance angiography (MRA and MRV)
merupakan pemeriksaan penunjang yang berkembang dari
ilmu angiografi klasik, yang belakangan ini merupakan alat
diagnostik yang kuat untuk mengetahui embolisasi dan
perencanaan untuk operasi. Agiografi masih bisa digunakan
jika terjadi embolisasi akibat tumor. 15
Penatalaksanaan :

Rekomendasi WHO untuk Meningioma Grade I :


O Pembedahan adalah pengobatan utama untuk pasien yang bukan
kandidat untuk elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan
tingginya tingkat harapan hidup bebas penyakit.
O Radioterapi dapat dipertimbangkan dalam kasus lokasi tumor tidak
mungkin untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma),
tumor yang tidak dapat direseksi, gejala penyakit sisa, atau tumor
berulang. Diagnosis radiologi mungkin cukup dalam kasus ini.

Rekomendasi WHO untuk Meningioma Grade II dan III :


O Pengobatan standar operasi ditambah radioterapi. Radioterapi
biasanya diberikan dengan dosis 54-60 Gy, dalam 1,8-2,0 Gy per
fraksi.
O Pasien dengan tumor selektif mungkin menjadi kandidat untuk
radiosurgery stereotactic.
O Terapi sistemik lainnya dapat dipertimbangkan untuk tumor yang
tidak dapat direseksi atau berulang dalam sebuah uji klinis.
Penatalaksanaan
Pembedahan
O Tujuan utamanya adalah mengangkat jaringan
tumor sebanyak-banyaknya tanpa kehilangan
fungsi otak.
O Eksisi komplit dapat menyembuhkan
kebanyakan meningioma.
O Faktor-faktor yang berperan dalam pembedahan
meliputi lokasi dari tumor, defisit nervus
kranialis preoperasi, vaskularitas, invasi dari
sinus venosus, dan keterlibatan arteri
Radioterapi
O Indikasi dilakukannya terapi radiasi adalah
tumor residual / sisa setelah tindakan
pembedahan, tumor berulang, dan riwayat
atipikal atau malignan.
O Radioterapi digunakan sebagai terapi primer jika
tumor tidak dapat dicapai melalui pembedahan
atau ada kontraindikasi untuk dilakukan
pembedahan.

Radiasi stereotaktik
O Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini
dapat mengurangi komplikasi, terutama pada
lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm.
Steiner dan koleganya menganalisa pasien
meningioma yang diterapi dengan gamma knife
dan diobservasi selama 5 tahun
Kemoterapi
O Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk
rekuren meningioma atipikal atau jinak
(baik intravena atau intraarterial cis-
platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun
regimen tersebut efektifitasnya sangat baik
pada tumor jaringan lunak.
O pemberian terapi kombinasi menggunakan
cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka
harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3
tahun.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah
baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan
yang permanen. Pada orang dewasa survivalnya
relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-
anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah
75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan
menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat
menjadi sangat besar. Pada penyelidikan
pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi.
KESIMPULAN
O Meningioma adalah tumor pada meningens, yang
merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan
medulla spinalis.
O Merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan
frekuensi yakni mencapai angka 30% dari keseluruhan
tumor intrakranial, dengan angka kejadian 4-5 dari 100,000
penduduk.
O Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang
meningen dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang
terganggu dan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
O Diagnosis dari meningioma dapat ditegakan berdasarkan
manifestasi klinis pasien dan gambaran radiologis

Anda mungkin juga menyukai