Anda di halaman 1dari 16

Pelatihan TB DOTS untuk FKRTL

Tujuan dan target


Tujuan:
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi
kesakitan, kematian dan kecacatan;

Target:
Target Program Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi
global adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun
2050. Eliminasi TB adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 jutapenduduk.
Definisi kasus
1. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis
Adalah pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan
contoh uji biologinya (sputum dan jaringan)

2. Pasien TB terdiagnosis secara klinis


adalah pasien yang tidak memebuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter
Klasifikasi pasien TB
Berdasarkan anatomi:
1. TB Paru
2. TB ekstra paru

Berdasarkan riwayat pengobatan:


1. Pasien baru
2. Pasien yang pernah diobati:
• Pasien kambuh
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Berdasarkan hasil uji kepekaan obat
1. Mono resistan (TB MR) : resistan salah satu OAT lini 1
2. Poli resistan (TB PR) : resistan >1 jenis OAT lini 1 selain (H) dan (R)
secara bersamaan
3. Multi drug resistan (TB MDR) : resistan (H) dan (R) secara
bersamaan
4. Extensive drug resistan (TB XDR) : resistan 1 atau lebih OAT gol.
Kuinolon dan minimal 1 dari OAT lini 2
5. Resistan rifampisin (TB RR)

Berdasarkan status HIV


1. HIV (-)
2. HIV (+)
Jenis pemeriksaan
• Pemeriksaan bakteriologis
1. Pemeriksaan dahak
2. TCM
3. Biakan
• Pemeriksaan penunjang lain
1. Foto rontgen
2. Histopatologi
• Pemeriksaan uji kepekaan obat
• Pemeriksaan serologis
Alur diagnosis TB
• PMK 67 tentang penanggulangan TB hal. 63
PRINSIP PENEGAKAN DIAGNOSIS TB
1. Diagnosis tb paru orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu
dengan pemeriksaan bakteriologis (sputum BTA, TCM, dan biakan)
2. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB,
sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan
dengan pemeriksaan mikroskopis
3. Tidak dibenarkan mendiagnosis tb hanya berdasarkan foto rontgen
saja.
4. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis
OAT lini 1
Jenis Sifat Efek samping Jenis Sifat Efek samping

Neuropati perifer (Gangguan saraf Nyeri ditempat suntikan, gangguan


Isoniazid
Bakterisidal tepi), psikosis toksik, gangguan fungsi keseimbangan dan pendengaran,
(H) Streptomisin (S) Bakterisidal
hati, renjatan anafilaktik, anemia,
kejang. agranulositosis,
Flu syndrome(gejala trombositopeni.

influenza berat), gangguan


gastrointestinal, urine berwarna Gangguan penglihatan, buta warna,
Rifampisin (R) bakterisidal Etambutol (E) bakteriostatik
merah, gangguan fungsi hati, neuritis perifer
trombositopeni, demam, skin rash, (Gangguan saraf tepi).

sesak
nafas, anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Gangguan gastrointestinal,
Bakterisidal
gangguan fungsi hati, gout
arthritis.
OAT lini 2
Grup Golongan Jenis Obat
A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)

 Moksifloksasin (Mfx)

 Gatifloksasin (Gfx)*

B OAT suntik lini kedua  Kanamisin (Km)

 Amikasin (Am)*

 Kapreomisin (Cm) Streptomisin (S)**

C OAT oral lini Kedua  Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*


 Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
 Clofazimin (Cfz)

 Linezolid (Lzd)

D D1  OAT lini perta  Pirazinamid (Z)


ma
 Etambutol (E)

 Isoniazid (H) dosis tinggi

D2  OAT baru  Bedaquiline (Bdq)


 Delamanid (Dlm)*
 Pretonamid

(PA-824)*
Grup Golongan Jenis Obat
D3  OAT  Asam para
tamb aminosalisilat
ahan (PAS)
 Imipenem- silastatin
(Ipm)*
 Meropenem
(Mpm)*
 Amoksilin
clavulanat
(Amx-Clv)*
 Thioasetazon
(T)*
Panduan OAT
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia Paduan yang digunakan adalah ;

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).


2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
3) Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR.
4) Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini ke-2
yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,
Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid, Delamanid dan obat
TB baru lainnya serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.
Kesimpulan
1. Rumah sakit seharusnya hanya menerima kasus TB dengan penyulit, efek samping OAT dan rujukan dari
faskes tingkat pertama. Kasus TB baru disarankan berobat ke puskesmas (karna yang punya wilayah)
2. Rumah sakit harus mempunyai dokter spesialis paru yang sudah terkena DOTS, kalau bisa dokter spesialis
lain juga harus terkena DOTS.
3. OAT semuanya harus disimpan di apotek, tidak boleh di simpan di poli TB
4. Perawat yang menulis di pencatatan dan laporan TB harus yang sudah terlatih DOTS SITT, dan TIDAK
BOLEH sembarang orang yang menulis di pencatatan dan pelaporan TB.
5. Rumah dahak tidak boleh berjauhan dengan poli TB
6. Pasien TB tidak boleh berjalan jalan di dalam rumah sakit, untuk pengambilan dahak, pengambilan darah,
petugas laboratorium yang harus berjalan ke poli TB. (kecuali untuk foto rontgen)
7. Tahun depan dari kemenkes akan dibagikan alat TCM ke tiap rumah sakit yang sudah berkomitmen
menjalankan TB DOTS
8. Penapisan pasien TB seharusnya dimulai di loket pendaftaran pasien.
9. Poli TB harus disediakan masker biasa dan masker N95

Anda mungkin juga menyukai