Anda di halaman 1dari 22

Praktik Kerja Lapangan

Mahasiswa DIV Kesehatan Lingkungan Poltekkes


Kemenkes Yogyakarta di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1A Surabaya

Anggota :
1. Novia Lestari
2. Rieke Aulia Panduwinata
3. Serotyto Pasadhena
4. Zulfa Nur Fadhila
Tujuan
1. Melaksanakan pengawasan air bersih
2. Melaksanakan pengawasan tempat tempat umum
3. Melaksanakan pengendalian vektor
4. Melaksanakan pengawasan kesehatan dan
keselamatan kerja
5. Pengembangan wawasan dan pengalaman mahasiswa
dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian yang dimiliki
International Health Regulations (IHR) 2005
Fungsi & Peran KKP dalam Pelaksanaan IHR 2005

Tugas KKP
 Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer, dan isinya
yang datang dan pergi dari daerah terjangkit, serta menjamin
bahwa barang-barang diperlakukan dengan baik dan tidak
terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor, dan reservoar.
 Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan
reservoar terhadap alat angkut yang digunakan oleh orang yang
bepergian.
 Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan
dekontaminasi.
 Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat
angkut guna melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat
angkut atau kendaraannya.
 Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang
terkontaminasi (seperti air, makanan, dan sisa pembuangan manusia).
 Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-
sisa bahan alat angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan
penyakit.
 Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan
angkutan di wilayah kedatangan.
 Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal
yang tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).
 Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
 Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO
untuk setiap kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi
bahwa pemeriksaan keberangkatan dari daerah terinfeksi dianggap
tidak benar/tidak sah.
 Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi,
dekontaminasi, serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak
menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan, ketidaknyamana dan
kerusakan
Tugas KKP dalam IHR 2005
1. Pelabuhan bandara lintas batas
 Pasal 23 tindakan kesehatan pada kedatangan dan
keberangkatan
 Pasal 34 peti kemas dan area untuk memuat peti kemas
 Pasal 40 pembiayaan untuk tindakan penyehatan terhadap
pelaku perjalanan
 Pasal 41 biaya untuk bagasi, kargo, peti kemas, alat
angkut, barang dan paket pos
 Pasal 44 kerjasama dan bantuan
 Pasal 45 perlakuan terhadap data pribadi
 Pasal 46 pengangkutan dan penanganan zat biologis, reagen
dan bahan untuk keperluan diagnostik
2. Alat angkut
 Pasal 23 tindakan peyuluhan pada kedatangan dan keberangkatan
 Pasal 34 operator alat angkat
 Pasal 25 kapal dan pesawat yang transit
 Pasal 26 truk, kereta api, dan bus sipil transit
 Pasal 27 alat angkut yang terjangkit
 Pasal 28 kapal dan pesawat terbang pada saat berada di pintu masuk
 Pasal 29 truk, kereta api dan bus bis di pintu masuk
 Pasal 33 barang dalam transit
 Pasal 37 maritime declaration of health
 Pasal 38 health part of the aircraft general declaration
 Pasal 39 ships sanitation certificates
 Pasal 42 pelaksanaan tindakan penyehatan
 Pasl 43 tindakan penyehatan tambahan
 Pasl 46 pengangukta dan penanganan zat biologis, reagen, dan bahan
untuk keperluan diagnostik
3. Orang
 pasal 23 tindakan penyehatan pada kedatangan dan
keberangkatan
 pasal 30 pelaku perjalanan yang berhubungan dengan
masuknya pelaku perjalanan
 pasal 32 perlakuan terhadap pelaku perjalanan
 pasl 35 ketentuan umum
 pasl 36 sertifikat vaksinasi atau profilaksis lainnya
 pasal 42 pelaksanaan penyehatan tambahan
 pasl 45 perlakuan terhadap data pribadi
 Fungsi KKP
 Pelaksanaan Kekarantinaan
 Pelaksanaan Upaya Kesehatan
 Pelaksanaan Pengendalian Risiko Lingkungan
 Pelaksanaan Investigasi KLB dan Kasus kasus Tertentu
 Wewenang KKP
 Menyetujui
 Menolak
 Memeriksa
 Menyelidiki
 Menindak
Undang-undang nomor 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan
kesehatan
Di dalam UU no 16 th 2018 ini terkandung banyak point-point, salah
satunya :
 Kekarantinaan kesehatan adalah upaya mencegah & menangkal
keluar masuknya penyakit atau faktor risiko kesehatan
masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan.
 Pintu masuk adalah tempat masuk dan keluarnya alat
angkut,orang/barang baik berbentuk pelabuhan, bandar udara
maupun pos lintas batas darat negara.
 Alat angkut adalah kapal, pesawat & kendaraan darat yang
digunakan dalam melakukan perjalanan sesuai dengan peratuan
perundang-undangan.
 Barang adalah produk nyata, hewan, tumbuhan dan
jenazah/abu jenazah yang dikirim melalui perjalanan,
termasuk benda/alat yang digunakan dalam alat angkut.
 Karantina adalah pembatasan kegiatan/pemisahan
seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan,
meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau
sedang dalam masa inkubasi.
 Isolasi adalah pembatasan/pemisahan orang sakit dari
orang sehat yang dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan & perawatan.
 Zona karantina adalah area atau tempat tertentu untuk
dapat menyelenggarakan kekarantinaan kesehatan.
 Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,
yang dapat digerakkan dengan tenaga angin, mekanik dan
energi lain termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis
serta alat apung atau bengunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
 Awak kapal adalah orang yang bekerja/dipekerjakan diatas
kapal untuk melakukan tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
 Nahkoda adalah seseorang dari awak kapal yang menjadi
pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan
tanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
 Dokumen karantina kesehatan adalah surat keterangan yang
dimiliki setiap alat angkut,orang/barang yang memenuhi
persyaratan baik nasional/internasional.
Tujuannya adalah :
 Melindungi masyarakat dari penyakit/faktor risiko yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan.
 Mencegah dan menangkal penyakit/faktor risiko yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan.
 Meningkatkan ketahanan nasional dibidang kesehatan
masyarakat.
 Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dan petugas kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor2348/MENKES/PER/XI/2011

PASAL 1

Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP


adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
KKP dipimpin oleh seorang Kepala dan dalam melaksanakan
tugas secara administratif dibina oleh Sekretariat Direktorat
Jenderal dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di
lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
PASAL 4

KKP diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu :


a. KKP Kelas I;
b. KKP Kelas II;
c. KKP Kelas III; dan
d. KKP Kelas IV.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabay termasuk KKP
Kelas I. Klasifikasi KKP pada beban kerja di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
PASAL 33D
Petugas Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan
laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan dan
surveilans epidemiologi penyakit, penyakit potensial
wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali,
pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas Obat,
Makanan, Kosmetika, Alat Kesehatan, dan Bahan Adiktif
(OMKABA), jejaring kerja, dan kemitraan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
PASAL 33E

Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan


Lintas Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan
laporan, dan koordinasi pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, kesehatan
terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji,
perpindahan penduduk, penanggulangan bencana, vaksinasi
internasional, jejaring kerja, kemitraan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 431 tahun
2007
Kepmenkes no 431 tahun 2007 membahas tentang
Pedoman teknis Pengendalian Risiko Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos lintas batas dalam rangka
karantina kesehatan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan sesuai dengan


kepmenkes tersebut adalah dilakukan kegiatan desinseksi
pada kapal laut dan pesawat udara guna menghindari
penyebaran penyakit/wabah melalui serangga/vektor
Guna menjalankan kegiatan desinseksi pada kapal laut dan
pesawat udara perlu disusun petunjuk teknis desinseksi kapal
laut dan pesawat udara yang ditetapkan dengan keputusan
direktur jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan

Keputusan ini merupakan acuan bagi petugas KKP dalam


melaksanakan desinseksi pada kapal laut dan pesawat udara
 Desinseksi adalah hapus serangga yaitu pembasmian serangga yang
menjadi vektor penularan penyakit pada alat angkut dengan aplikasi
bahan kimia pestisida/insektisida pada ruang tertutup.

 Serangga/vektor adalah binatang vertebrata berkaki enam atau lebih


yang dapat menjadi perantara penularan/penyebaran penyakit.

 Sertikasi Desinseksi
- Sertifikat disinseksi kapal laut diterbitkan sejalan dengan penerbitan
Sertifikat Tindakan Sanitasi Kapan (SSCC)
- Sertikikasi disinseksi untuk pesawat udara
1. Sertifikat disinseksi residual
2. Sertifikat disinseksi non residual
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 50 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya
 PASAL 1
Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko
penyakit dan/atau gangguan kesehatan.
Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit.
Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda yang dapat
menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.

 PASAL 3
Setiap Penyelenggara wajib memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
 PASAL 5
- Untuk mencapai dan memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, setiap Penyelenggara wajib melakukan Pengendalian
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
- Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
1. pengamatan dan penyelidikan Bioekologi, penentuan status kevektoran, status resistensi, dan
efikasi, serta pemeriksaan sampel;
2. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan metode fisik, biologi, kimia, dan
pengelolaan lingkungan; dan
3. Pengendalian terpadu terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.

 PASAL 7
Dalam melakukan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, Penyelenggara berkoordinasi
dengan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau KKP.

 PASAL 13
Dalam Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dibutuhkan sumber daya
manusia berupa tenaga entomolog kesehatan dan/atau tenaga kesehatan lain yang memiliki keahlian dan
kompetensi di bidang entomologi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai