Anda di halaman 1dari 45

Kelompok 1

Gangguan
adrenal,
syndrom
cushing
1.Heru nurmansah
2.Dyah ayu rahmawati
3.Nisrina fauziah
4.Kiki nur ro’ismawati
5.Ika linda agustina
6.Tamara mawahdah A
KELENJAR ANDRENAL

kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang


terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di"
+ renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung
jawab pada respon stress pada sintesis kort
pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin,
termasuk kortisol danhormon adrenalin.
Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid, yang
paling penting adalah kortisol, aldosteron dan androgen
adrenal. Kelainan pada kelenjar adrenal menyebabkan
endokrinopati yang klasik seperti sindroma Cushi ng, penyakit
Addison, hiperaldosteronisme dan sindroma pada hiperplasia
adrenal kongenital
Definisi
SYNDROME
CHUSING
Cushing Syndrome atau sindrom
cushing adalah gangguan hormonal
yang disebabkan oleh paparan
berkepanjangan akibat hormone
kotisol yang tinggi. Gangguan ini
juga sering disebut dengan
hypercortisolism. (Sylvia, 2006).
PREVALENSI

1:10.000
di antara populasi
1:30.000
di antara populasi Pria
perempuan

Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 23-30
Kehamilan jarang terjadi pada penderita sindroma
Cushing yang tidak diterapi, karena sebanyak 70%
85% penderita yang tidak diterapi akan mengalami
amenore dan oligomenore .Hiperkortisolisme
menyebabkan gangguan ovulasi dan infertil

100
kasus kehamilan dengan
sindroma Cushing telah
dilaporkan hingga saat ini
PENYEBAB SINDROMA CUSHING PADA KEHAMILAN
adenoma adrenal adenoma pituitari
karsinoma adrenal sindroma ACTH ektopik
karsinoma sindroma ACTH
adrenal ektopik
11% 1%

adenoma adenoma
pituitari adrenal
33% 55%
Etiologi

Primer Sekunder
Penyebab cushing sindrom berasal dari Penyebabanya diluar dari kelenjar adrenal
penyakit ardenokortikai itu sendiri,seperti diakibatkan oleh hipofisis abdormal yang
tumor menyebkan ACTH meningkat dan produksi
CRH tergganggu .( kmb system endorkim)
Klasifikasi Sindrom Cushing
1. Penyakit Cushing 2. Hipersekresi ACTH Ektopik
tipe Sindroma dari seluruh

70 % Cushing yang paling


sering ditemukan
berjumlah kira-kira
dari kasus yang
15 % kasus Sindroma
Cushing
Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akigat
dilaporkan karsinomasmall cell di paru-paru, tumor ini menjadi
penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut
RASIO
RASIO

8:1 Cushing
lebih sering
pada wanita 1:3 Sindroma ACTH
ektopik lebih sering
pada laki-laki

20-40 tahun insiden tertinggi pada umur


umur saat diagnosis
biasanya 40-60 tahun
3. Tumor-tumor Adrenal Primer 4. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak

Tumor-tumor adrenal sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan

17-19 % primer menyebabkan


kasus-kasus Sindroma
dewasa jelas lebih berbeda
Karsinoma adrenal merupakan

Adenoma-adenoma adrenal yang


Cushing.

mensekresi glukokortikoid lebih sering


terjadi pada wanita. Karsinoma-
51 % penyebab yang paling sering
dijumpai

karsinoma adrenokortikal yang


menyebabkan kortisol berlebih juga
lebih sering terjadi pada wanita ;..
14 % Disebabkan karena
adenoma adrenal

tetapi bila kita menghitung Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia
semua tipe, maka insidens 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering
keseluruhan lebih tinggi pada terjadi pada populasi dewasadan berjumlah
laki-laki sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-
penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun
Usia rata-rata pada saat pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis

38
tahun
diagnosis dibuat, 75 %
kasus terjadi pada orang
dewasa
kelamin adalah sama.
Manifestasi Klinis

1. Hemodialisis
Penurunan aliran darah akan mengakibatkan
“kedinginan” pada akses vascular. Penurunan tekanan
hemodinamik menunjukkan kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan terjadi hipotensi dan takikardi.
2. Dialisis Peritoneal
Adanya keluhan nyeri dikarenakan pemasukan kateter melalui dinding
abdomen atau iritasi kateter dan penempatan kateter yang tidak tepat.
Takipnea, dispnea, nafas pendek dan nafas dangkal selama dialysis diduga
karena tekanan disfragmatik dari distensi tongga peritoneal. Penuruna area
ventilasi dapat menunjukkan adanya atelektasis. Berikut ini gejala-gejala
lainnya :
3. Peritonitis
4. Penurunan tekanan darah (hipotensi)
5. Takikardi
6. Hiponatremia atau intoksikasi air
7. Turgor kulit buruk, dll.
Patofisiologi
Dialysis peritoneal merupakan alternatif dari hemodialisis pada
penanganan gagal ginjal akut dan kronik. Kira-kira 15% pasien
penyakit ginjal tahap akhir menjalani dialysis peritoneal (Health Care
Financing Administration,1986. Dialysis peritoneal sangat mirip
dengan hemodialsis, dimana pada tehnik ini peritoneum berfungsi
sebagai membrane semi permeable. Akses terhadap rongga peritoneal
dicapai melalui perisintesis memakai trokar lurus, kaku untuk
dialysis peritoneal yang akut dan lebih permanent, sedangkan untuk
yang kronik dipakai kateter Tenckoff yang lunak. Dialysis peritoneal
dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialysis kedalam
kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen. Ureum dan
kreatinin yang merupakan hasil akhir metabolisme yang
diekskresikan oleh ginjal dikeluarkan dari darah melalui difusi dan
osmosis. Ureum dikeluarkan dengan kecepatan 15-20 ml/ menit,
sedangkan kreatinin dikeluarkan lebih lambat. Dialysis peritoneal
kadang-kadang dipilih karena menggunakan tehnik yang lebih
sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap dari
pada hemodialisis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Dialisis
Peritomeal
Persiapan
Proses persiapan pasien dan keluarganya yang dilaksanakan
oleh perawat adalah penjelasan prosedur dialysis peritoneal,
surat persetujan (Informed Consent) yang sudah
ditandatangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat
badan dan kadar elektrolit serum, pengosongan kandung
kemih dan usus. Selain itu perawat juga mengkaji kecemasan
pasien dan memberikan dukungan serta prosedur yang akan
dilakukan
Peralatan
Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan
konsentrasi dialisat yang akan digunakan dan obat-obatan yang
akan ditambahkan, misalnya dalam penambahan heparin untuk
mencegah pembekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter
peritoneal, penambahan antibiotic untuk mengobati peritonitis.

Sebelum penambahan obat, larutan dialisat dihangatkan hingga


mencapai suhu tubuh untuk mencegah gangguan rasa nyaman, nyeri
abdomen, serta menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah
peritoneum. Sebelum dialysis dilakukan, peralatan dan selang
dirakit. Selang tersebut diisi dengan cairan dialisat untuk
mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam kateter serta kavum
peritoneal.
Pemasangan Kateter
Kateter peritoneal dipasang di dalam kamar operasi untuk
mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil resiko kontaminasi.
Kateter stylet dapat digunakan jika dialysis peritoneal tersebut diperkirakan
akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum prosedur pemasangan
kateter dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan antiseptic
local dan dokter melakuan penyuntikan infiltrasi preparat anastesi local
kedalam kulit dan jaringan subcutan. Insisi kecil atau sebuah tusukan dibuat
pada 3-5 cm dibawah umbilicus.
Sebuah trokar (alat berujung tajam) digunakan untuk menusuk
peritoneum sementara pada pasien mengencangkan otot
abdomennya dengan cara mengangkat kepalanya. Kateter
disisipkan lewat trokar dan kemudian diatur posisinya. Cairan
dialsat yang dipersiapkan diinfuskan kedalam kavum peritoneal
dengan mendorong omentum (lapisan peritoneal yang
membentang dari organ-organ abdomen) menjauhi kateter.
Sebuah jahitan purse-string dapat dibuat untuk mengikat
kateter pada tempatnya.
Prosedur
Untuk dialisat peritoneal intermiten, larutan dialisat dialirkan
dengan bebas kedalam kavum peritoneal dan dibiarkan selama
waktu retensi (dwell time) atau waktu ekuilibrasi yang ditentukan
dokter. Waktu itu berfungsi untuk memungkinkan terjadinya difusi
dan osmosis. Poda waktu akhir retensi, klem selang drainase
dilepas dan larutan dialisat dibiarkan mengalir keluar dari kavum
peritoneal melalui sebuah sistem yang tertutup dengan bantuan
gaya berat.
Cairan drainase biasanya berwarna seperti jerami atau tidak
berwarna. Cairan dari botol yang baru kemudian ditambahkan,
diinfusikan dan dialirkan keluar. Jumlah siklus atau pertukaran dan
frekuensinyaditentukan oleh dokter sesuai kondisi fisik pasien
serta kondisi akut penyakit.
Prosedur
pemasangan
kateter
1) Biarkan pasien mengosongkan kandung kemih
sebelum pemasangan katetr peritoneal bila kateter
indwelling tidak ada.
Rasional : Kandung kemih kosong, lebih jauh dari sisi
pemasukan dan menurunkan kemungkinan tertusuk
selama pemasangan kateter.
2) Fiksasi kateter/selang dengan plester. Tekankan
pentingnya pasien menghindari penarikan/mendorong
kateter. Restrain tangan bila di indikasikan.
Rasional : Menurunkan resiko trauma dengan
memnipulasi kateter.
3) Hentikan dialisis bila ada bukti perforasi
usus/kandung kemih. Biarkan kateter dialisis tetap
pada tempatnya.
Rasional : Tindakan cepat akan mencegah cedera
selanjutnya. Bedah perbaikan segera dapat
dibutuhkan. Membiarkan kateter pada tempatnya,
memudahkan diagnosa/lokasi perforasi.
4) Selidiki keluhan pasien akan nyeri; perhatikan
intensitas (0-10), lokasi, dan faktor pencetus.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi
sumber nyeri dan intervensi tepat.
5) Jelaskan bahwa ketidaknyamanan awal biasanya hilang
setelah pertukaran pertama.
Rasional :Penjelasan dapat menurunkan ansietas, dan
meningkatkan relaksasi selama prosedur.
6) Perhatikan keluhan nyeri pada area bahu. Cegah udara
masuk ke rongga peritoneum selama infus.
Rasional : Masuknya udara ke peritoneum dapat mengiritasi
diagfragma dan mengakibatkan nyeri pada bahu. Dapat
dikeluhkan juga pada awal terapi, gunakan volume yang lebih
kecil dulu sampai pasien baik.
7) Hangatkan dialisat (hangat kering) pada suhu tubuh sebelum
diinfuskan.
Rasional :Penghangatan cairan dapat meningkatkan kecepatan
pembuangan urea melalui dilatasi pembuluh darah. Dialisat dingin
menyebakan vasokonstriksi, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan /atau terlalu rendah dari suhu inti tubuh, mencetuskan henti jantung.
8) Observasi tehnik aseptik dan gunakan masker selama pertukaran
cairan, gunakan prinsip steril saat pemasangan kateter, ganti balutan dan
kapanpun sistem dibuka. Lakukan pertukaran cairan dialisat sesuai
protokol.
Rasional : Mencegah introduksi organisme dan kontaminasi lewat udara
yang dapat menyebabkan infeksi.
9) Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati-hati,
dengan tidak mengubah posisi kateter. Perhatikan
karakter, warna, bau drainase dari sekitar sisi pemasangan.
Rasional : Lingkungan yang lembab meningkatkan
pertumbuhan bakteri. Drainase purulen pada sisi insersi
menunjukkan adanya infeksi lokal.
10) Observasi warna dan kejernihan keluaran.
Rasional : Keluaran keruh diduga infeksi peritoneal.
11) Awasi frekuensi/upaya pernapasan. Penurunan
kecepatan infus bila ada dipsnea.
Rasional : Takipnea, dipsnea, dan napas dangkal selama
dialisa diduga tekanan diafragmatik dari distensi rongga
peritoneal atau mungkin menunjukkan komplikasi.
12) Tinggikan kepala tempat tidur, tingkatkan latihan
napas dalam dan batuk.
Rasional: Memudahkan ekspansi dada/ventilasi dan
mobilisasi sekret.
Kasus Cushing Syndrom
Ny.A berumur 60 tahun, dirawat di RS Pemerintahan dengan keluhan ada
perubahan penampilan selama 12 bulan terakhir yaitu pertumbuhan rambut
di wajah yang berlebihan dan menstruasi yang sedikit dan tidak teratur. Dari
hasil anamnesa didapatkan data klien mengeluh pipinya bertambah gemuk
dan wajahnya selalu merah, kemudian kulit menjadi berminyak dan timbul
jerawat. Terjadi pertumbuhan rambut yang nyata pada dagu dan di atas bibir,
klien mengalami stretch mark merah pada perutnya. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan peningkatan kadar kortisol bebas dalam urin dan konsentrasi
kortisol plasma 1059 nmol/L pada pukul 09.00 dan 1003 nmol/L saat tengah
malam. Konsentrasi ACTH pada pukul 09.00 adalah 230 mg/L. Pemeriksaan
MRI hipofisis menunjukkan abnormalitas pada sisi kiri kelenjar. Klien
memiliki alergi parah pada cuaca yang dingin sehingga mengkonsumsi obat
prednison 20 mg/hari. Klien dan suaminya bertanya bagaimana bisa terkena
penyakit ini.
No register : 016447
Ruang : Anggrek
Tgl/jam MRS : 01 maret 2018/10.00
Tgl Pengkajian : 02 maret 2018
Diagnosa medis : Cushing Syndrom
Setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut didapatkan
hasil seperti dibawah ini
1. Asuhan Keperawatan
2. Pengkajian
3. Biodata Pasien
Nama : Ny.A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : jl.Bengawan solo ***
Pekerjaan : ibu Rumah tangga
1. Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Jl. Bengawan solo ***
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Riwayat Kesehatan
2. Keluhan Utama
wajahnya selalu merah, kemudian kulit menjadi berminyak dan timbul jerawat.
pertumbuhan rambut yang nyata pada dagu dan di atas bibir, stretch mark merah
pada perutnya.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
perubahan penampilan selama 12 bulan terakhir yaitu pertumbuhan rambut di
wajah yang berlebihan dan menstruasi yang sedikit dan tidak teratur, mengeluh
pipinya bertambah gemuk dan wajahnya selalu merah, kemudian kulit menjadi
berminyak dan timbul jerawat. Terjadi pertumbuhan rambut yang nyata pada dagu
dan di atas bibir, klien mengalami stretch mark merah pada perutnya.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
mengkonsumsi obat prednison 20mg/hari
1. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita sindrom cushing
1. Riwayat Penyakit Alergi
Pasien mengatakan memiliki alergi dengan cuaca dingin.
1. Pemeriksaan Fisik
2. Sistem Pernapasan
Inspeksi : gerak dada simetris,pernapasan cuping hidung (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : suara Sonor
Auskultasi : bunyi nafas normal,tidak terdengar bunyi nafas
tambahan
1. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi :ictus cordis tidak tampak
Palpasi :ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1S2 Terdengar tunggal
1. Sistem Pencernaan
Mulut : Mukosa Bibir Kering
Tenggorokan : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Limfe : tidak ada pembesaran vena jugularis
Abdomen
Inspeksi : Simetris tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara Redup
Auskultasi : tidak terdapat bising usus
1. Sistem Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
1. Sistem Persyarafan
Composmentis (456)
1. Sistem integument/ekstrimitas
2. Kulit :Adanya perubahan-perubahan pipi bertambah gemuk, berminyak, jerawat
3. Sistem Muskuluskeletal
Tulang : terjadi osteoporosi Otot : terjadi kelemahan
DAFTAR PUSTAKA

Choirillaily.S.2017.Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Cushing Syndro,(


http://schoirillaily.blogspot.co.id/2017/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html),diakses pada
13 maret 2018
Eka T. 2018. Gangguan Adrenal.(online)(https://www.academ ia.edu/11193052
/Makalah_adrenal_fix?auto=download), diakses 12 Maret 2018
Gita F. 2018. Cushing Syndrome. (online)(https://www.academia.edu/8346599
/CUSHING_SYNDROME), diakses 12 Maret 2018
http://communityofnurse.blogspot.co.id/2013/10/lp-askep-gangguan-kelenjar- adrenal.html
Mubarak.H.2018.Asuhan Keperawatan Pada Klien Cushing Syndrom,(
http://www.academia.edu/12086926/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_CUSHING_SYNDROME),
diakses pada 13 maret 2018.
Wikipedia. 2014. Penyakit Endokrin.(online)(https://ms.wikipedia.org/wiki/Peny
akit_endokrin#Gangguan_adrenal), diakses 12 Maret 2018
SEKIAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai