Gangguan
adrenal,
syndrom
cushing
1.Heru nurmansah
2.Dyah ayu rahmawati
3.Nisrina fauziah
4.Kiki nur ro’ismawati
5.Ika linda agustina
6.Tamara mawahdah A
KELENJAR ANDRENAL
1:10.000
di antara populasi
1:30.000
di antara populasi Pria
perempuan
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 23-30
Kehamilan jarang terjadi pada penderita sindroma
Cushing yang tidak diterapi, karena sebanyak 70%
85% penderita yang tidak diterapi akan mengalami
amenore dan oligomenore .Hiperkortisolisme
menyebabkan gangguan ovulasi dan infertil
100
kasus kehamilan dengan
sindroma Cushing telah
dilaporkan hingga saat ini
PENYEBAB SINDROMA CUSHING PADA KEHAMILAN
adenoma adrenal adenoma pituitari
karsinoma adrenal sindroma ACTH ektopik
karsinoma sindroma ACTH
adrenal ektopik
11% 1%
adenoma adenoma
pituitari adrenal
33% 55%
Etiologi
Primer Sekunder
Penyebab cushing sindrom berasal dari Penyebabanya diluar dari kelenjar adrenal
penyakit ardenokortikai itu sendiri,seperti diakibatkan oleh hipofisis abdormal yang
tumor menyebkan ACTH meningkat dan produksi
CRH tergganggu .( kmb system endorkim)
Klasifikasi Sindrom Cushing
1. Penyakit Cushing 2. Hipersekresi ACTH Ektopik
tipe Sindroma dari seluruh
8:1 Cushing
lebih sering
pada wanita 1:3 Sindroma ACTH
ektopik lebih sering
pada laki-laki
tetapi bila kita menghitung Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia
semua tipe, maka insidens 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering
keseluruhan lebih tinggi pada terjadi pada populasi dewasadan berjumlah
laki-laki sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-
penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun
Usia rata-rata pada saat pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis
38
tahun
diagnosis dibuat, 75 %
kasus terjadi pada orang
dewasa
kelamin adalah sama.
Manifestasi Klinis
1. Hemodialisis
Penurunan aliran darah akan mengakibatkan
“kedinginan” pada akses vascular. Penurunan tekanan
hemodinamik menunjukkan kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan terjadi hipotensi dan takikardi.
2. Dialisis Peritoneal
Adanya keluhan nyeri dikarenakan pemasukan kateter melalui dinding
abdomen atau iritasi kateter dan penempatan kateter yang tidak tepat.
Takipnea, dispnea, nafas pendek dan nafas dangkal selama dialysis diduga
karena tekanan disfragmatik dari distensi tongga peritoneal. Penuruna area
ventilasi dapat menunjukkan adanya atelektasis. Berikut ini gejala-gejala
lainnya :
3. Peritonitis
4. Penurunan tekanan darah (hipotensi)
5. Takikardi
6. Hiponatremia atau intoksikasi air
7. Turgor kulit buruk, dll.
Patofisiologi
Dialysis peritoneal merupakan alternatif dari hemodialisis pada
penanganan gagal ginjal akut dan kronik. Kira-kira 15% pasien
penyakit ginjal tahap akhir menjalani dialysis peritoneal (Health Care
Financing Administration,1986. Dialysis peritoneal sangat mirip
dengan hemodialsis, dimana pada tehnik ini peritoneum berfungsi
sebagai membrane semi permeable. Akses terhadap rongga peritoneal
dicapai melalui perisintesis memakai trokar lurus, kaku untuk
dialysis peritoneal yang akut dan lebih permanent, sedangkan untuk
yang kronik dipakai kateter Tenckoff yang lunak. Dialysis peritoneal
dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialysis kedalam
kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen. Ureum dan
kreatinin yang merupakan hasil akhir metabolisme yang
diekskresikan oleh ginjal dikeluarkan dari darah melalui difusi dan
osmosis. Ureum dikeluarkan dengan kecepatan 15-20 ml/ menit,
sedangkan kreatinin dikeluarkan lebih lambat. Dialysis peritoneal
kadang-kadang dipilih karena menggunakan tehnik yang lebih
sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap dari
pada hemodialisis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Dialisis
Peritomeal
Persiapan
Proses persiapan pasien dan keluarganya yang dilaksanakan
oleh perawat adalah penjelasan prosedur dialysis peritoneal,
surat persetujan (Informed Consent) yang sudah
ditandatangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat
badan dan kadar elektrolit serum, pengosongan kandung
kemih dan usus. Selain itu perawat juga mengkaji kecemasan
pasien dan memberikan dukungan serta prosedur yang akan
dilakukan
Peralatan
Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan
konsentrasi dialisat yang akan digunakan dan obat-obatan yang
akan ditambahkan, misalnya dalam penambahan heparin untuk
mencegah pembekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter
peritoneal, penambahan antibiotic untuk mengobati peritonitis.