Anda di halaman 1dari 62

Infeksi saluran kemih

pada anak

PEMBIMBING : DR. WORO TRIAKSIWI W. MSC. SP. A

FAHRIZAL KUSUMA
WIJAYA
20110310007
IDENTITAS

 Nama : An. A
 Tanggal lahir : 27 Juli 2016
 Jenis kelamin : Perempuan
 Nama Ibu : Ny. S
 Umur : 25 tahun
 Pekerjaan : Pekerja Swasta
 Agama : Islam
 Pendidikan terakhir : SMA
 Suami : Tn. M
 Umur : 27 tahun
 Pekerjaan : Pekerja Swasta
 Agama : Islam
 Pendidikan terakhir : SMA
 Alamat : Salaman
 Masuk RS : 2 Maret 2017
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien
 Keluhan utama : demam
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam yang dirasakan
± 5 hari SMRS (sabtu sore : 25/2/2017), demam dirasa tiba-
tiba tinggi dan naik turun, demam turun selama ± 2 hari
setelah berobat di dokter (senin-selasa), namun demam naik
lagi sampai suhu 39 C saat sore hari (rabu) dan dibawa ke
dokter dengan suhu >40 C yang dirasa naik turun sampai
MRS. Demam tidak disertai dengan mual (-), muntah (-),
bintik-bintik merah (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), batuk
(-), sesak (-), kejang (-). BAB (+) 2 kali sehari normal, BAK
(+) terkadang jarang, saat mondok BAK dirasa lebih sering,
nafsu makan anak dirasa menurun
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan serupa (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Kejang (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Keluhan serupa (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Kejang (-)
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

 1. Antenatal
Pasien lahir dari ibu G1P0A0 dengan usia kehamilan cukup bulan.
Ibu rutin melakukan ANC di bidan. Riwayat muntah diawal
kehamilan, perdarahan, trauma, bengkak anggota gerak, sakit
selama kehamilan, dan minum obat-obatan selama kehamilan
disangkal.
2. Natal
Pasien lahir spontan di BKIA, kehamilan cukup bulan dengan
berat lahir 3000 gram, langsung menangis saat dilahirkan.
Riwayat bayi asfiksia, infeksi, kuning, dan trauma lahir disangkal.
Kondisi ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
 3. Post Natal
Bayi dalam keadaan sehat. ASI eksklusif hingga usia 6 bulan. Sejak
umur 3 hari mengkonsumsi susu formula. Rutin ke puskesmas
setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.
Riwayat Makan Minum
 Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif dan
susu formula saat umur 3 hari,
frekuensi minum asi tiap kali ibu
berangkat kerja, menangis dan
tampak kehausan, bergantian kiri
dan kanan
 Usia 6-8 bulan : bubur susu diselingi
dengan ASI. Buah seperti pisang
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar
 Mengangkat kepala : 3 bulan
 Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
 Duduk sendiri : 6 bulan

Bahasa
 Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
 Berkata (tidak spesifik) : 8 bulan

Motorik halus
 Memegang benda : 3,5 bulan

Personal sosial
 Tersenyum : 2 bulan
 Mulai makan : 6 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia


Riwayat Imunisasi
 Ibu pasien rajin membawa pasien ke
posyandu untuk imunisasi
 BCG : pada umur 1 bulan
 Hep B : 3x pada usia 1 minggu, 2 dan 3
bulan
 DPT : 3x pada usia 2, 3, 4 bulan
 Polio : 4x pada usia 2 hari, 2, 3, 4
bulan
 Campak : belum dilakukan (bulan april)
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan
Lingkungan
Pasien adalah anak pertama.
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja
swasta di perusahaan otomotif, ibu
pasien juga bekerja sebagai pekerja
swasta di perusahaan tekstil.
Penghasilan dari kedua orang tua
untuk memenuhi kebutuhan mereka
dirasa cukup.
Anamnesis Sistem
 Sistem serebrospinal : pasien sadar, demam (+), sakit
kepala (-), gangguan neurologis (-)

 Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

 Sistem respiratorius : sesak nafas (-), nafas cepat (-), batuk


(-), pilek (-), mimisan (-)

 Sistem gastrointestinal : perdarahan gusi (-), mual (-), muntah (-),


BAB (+) normal
 Sistem urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)

 Sistem integumentum : turgor kulit baik, luka (-), ptekie (-


), purpura (-)

 Sistem mukuloskeletal : gerakan bebas kekuatan dan


sensibilitas normal, nyeri sendi (-), bengkak pada sendi (-)
O Keadaan Umum : Sedang
O Kesadaran : Compos mentis
O Vital Sign
O Nadi :120 kpm, teratur, kuat angkat, isi
dan tegangan cukup
O Pernafasan : 30 kpm, tipe thorakoabdominal
O Suhu : 39,20 C

Status Gizi :
O BB = 6,8 kg
O TB = 61 cm
O Usia = 8 bulan
Berdasarkan WHO growth chart standart, status gizi pasien :
O BB/TB: 6,8/61 = 0SD s/d 2SD ( Normal )
O TB/U: 61/8 = 0SD s/d 2SD ( Tinggi )
O BB/U: 6,8/8 = 0SD s/d 2SD ( Gizi Lebih )
BB/TB : 6.8/61= 0SD s/d 2SD (Normal)
TB/U : 61/8 bulan= 0SD s/d 2SD (Tinggi)
BB/U : 6.8/8 = 0SD s/d 2SD ( gizi lebih )
No Indeks yang Batas Sebutan
dipakai Pengelompo Status Gizi
kan
1. BB/U <-3 SD Gizi buruk
-3 s/d <-2 SD Gizi kurang
-2 s/d +2 SD Gizi baik
>+2 SD Gizi lebih

2. TB/U <-3 SD Sangat Pendek


-3 s/d <-2 SD Pendek
-2 s/d +2 SD Normal
>+2 SD Tinggi

3. BB/TB <-3 SD Sangat Kurus


-3 s/d <-2 SD Kurus
-2 s/d +2 SD Normal
>+2 SD Gemuk
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Leher
 Tak tampak adanya pembesaran limfonodi
Pemeriksaan Thoraks
Paru – paru :
 Inspeksi  Simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, tidak ada ketinggalan
gerak, retraksi dinding dada intercosta (-)
 Palpasi  Vokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri, tidak ada
pembesaran limfonodi axilaries.
 Perkusi  Lapang paru sonor
 Auskultasi  Suara dasar paru vesikuler, suara tambahan ada (-), ronkhi
basah halus (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis tak teraba
 Perkusi: Batas Jantung
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis dextra
Kanan bawah: SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II Linea Mid Clavicula sinistra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
 Auskultasi
SI-SII reguler, tunggal, tidak terdapat bising jantung
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : datar, dinding dada // dinding
perut, massa (-), sikatrik (-), tanda-tanda
radang (-)
 Auskultasi : peristaltik (+) Normal
 Perkusi : timpani (+)
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit
baik

Pemeriksaan Ekstremitas
Simetris, sianosis (-), akral hangat,
deformitas (-), gerak aktif
Pemeriksaan Kepala
 Bentuk mesochephal, rambut hitam,
distribusi merata
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-) Hidung : nafas cuping
hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-),
stomatitis angularis (-), glositis (-), lidah
kotor (-), atrofi lidah (-), nyeri telan (-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Pemeriksaan Neurologis
Refleks Refleks Rangsang Motorik
fisiologis patologis Meningeal
- Patella : +/+ - Babinski : (-) - Kaku Kuduk : (-) •Gerakan : baik
- Achiles : +/+ - Oppenheim: (- - Kernig Sign : (-) •Kekuatan :baik
- Trisep : +/+ ) - Brudzinski 1 : (-) •Tonus : eutoni
- Bisep : +/+ - Brudzinski 2 : (-) / eutoni
•Trofi : eutrofi
/ eutrofi
Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan Keterangan

Hemoglobin 10.0 10.5-13.5 g/dL Low


Angka Leukosit 20.1 6.000-18.000 /uL High
Angka Eritrosit 4.0 3.200-4800 /uL
Hematokrit 29.9 36-44 % Low
Angka Trombosit 546 150.000-450.000/uL High
Eosinofil 0 1-6 % Low
Basofil 0 0-1 %
Netrofil segmen 56 40-75 %
Limfosit 38 20-45 %
Monosit 6 2-10 %
RDW-CV 12.5 11.7-14.4 %
RDW-SD 34.1 36.4-46.3 fL Low
P-LCR 13.9 9.3-27.9 %
MCV 75.5 70-86 fL
MCH 25.3 23-31 pg
MCHC 33.4 30-35 g/dL
Dengue NS-1 Negatif Negatif
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan Keterangan
Warna Kuning Kuning muda
Kekeruhan Agak keruh Jernih
Berat Jenis 1.015 1.010-1.025

U pH/Keasaman
Glukosa urine
7.0
Negatif
6.0-7.0
Negatif

r Protein urine 1+ Negatif

i Bilirubin urine
Urobilinogen
Negatif
Normal
Negatif
Normal

n Keton Negatif Negatif


Nitrit Negatif Negatif
R Lekosit urine 100 /uL Negatif High

u Blood urine
Lekosit
25 /uL
8-10
Negatif
2-4 /lbp
High

t Eritrosit 0-3 0-1 /lbp

i Epitel
Kristal
3-5
AMORF (+)
1-3 /lbp

n Silinder SILINDER
GRANULAR(+)
Bakteri POS(3+)
Lain-lain NEGATIF
DIAGNOSIS KERJA

 INFEKSI SALURAN KEMIH


PLANNING

 Diagnostik
 Cek Urin Rutin
 Medikamentosa :
 Inf KaEn 3A
 10 kg I : 100 cc /kgBB/ hari
 980cc / 24 jam = 41 cc / jam = 13 tpm makro
 Inj Paracetamol 70 mg iv k/p
 Paracetamol drop 4xcth ¾
 Inj Cefotaxime 3x250mg iv
 50-100 mg/kgBB/hari = 340 – 680 mg/hari= 113 – 230 mg
sekali minum
 Monitoring
 Pemantauan keadaan umum
 Pemantauan nutrisi dan cairan
Follow Up
N 3/3/2017 4/3/2017 5/3/2017 6/3/2017
o
S Demam (+),mual(-), Demam (+),mual(-), Demam (-),mual(-), Demam (-),mual(-),
muntah(-), batuk(-), pilek(- muntah(-), batuk(-), pilek(- muntah(-), batuk(+), muntah(-), batuk(-),
),BAK(+),BAB(+)1x ),BAK(+),BAB(+)normal pilek(- pilek(-
),BAK(+),BAB(+)normal ),BAK(+),BAB(+)1x
O S/N : 38/106 S/N : 36/120 S/N : 36/110 S/N : 36/110
Ku:Sedang Ku:Sedang Ku:Baik Ku:Baik
Kesadaran:CM Kesadaran:CM Kesadaran:CM Kesadaran:CM
Thorax:SDV+/+,ST-/-, Thorax:SDV+/+,ST-/-, Thorax:SDV+/+,ST-/-, Thorax:SDV+/+,ST-
retraksi-/- retraksi-/- retraksi-/- /-, retraksi-/-
Abdomen:BU(+)N, supel, Abdomen:BU(+)N, supel, Abdomen:BU(+)N, supel, Abdomen:BU(+)N,
tympani tympani tympani supel, tympani
Eksr:Akral hangat +/+ Eksr:Akral hangat +/+ Eksr:Akral hangat +/+ Eksr:Akral hangat
Kepala:Ca-/-, Si -/- Kepala:Ca-/-, Si -/- Kepala:Ca-/-, Si -/- +/+
Kepala:Ca-/-, Si -/-
A Febris H-5 Febris H-5 ISK ISK
Dd DF, DHF, ISK Dd DF, DHF, ISK

P -Inf KaEn 3A -Inf KaEn 3A -Inf KaEn 3A -Inf KaEn 3A


-Inj Paracetamol 70 mg iv -Inj Paracetamol 70 mg iv -Inj Paracetamol 70 mg iv -Inj Paracetamol 70
-PCT drop 4xcth ¾ -PCT drop 4xcth ¾ -PCT drop 4xcth ¾ mg iv
-Inj Cefotaxime 3x350mg iv -Inj Cefotaxime 3x350mg iv -Inj Cefotaxime 3x350mg iv -PCT drop 4xcth ¾
-Cek urin rutin -Inj Cefotaxime
3x359mg iv
-BLPL
-Cefixime 2x1 cc
Definisi

Infeksi saluran kemih adalah adanya infeksi (ada


pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di
kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Epidemiologi

 penyebab ke-2 morbiditas penyakit infeksi pada anak


sesudah infeksi saluran nafas.
Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan
pada anak ♂ ± 1%.
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah mencapai 10-100 kali lebih besar : bayi dengan
berat lahir normal (0,1-1%).
< usia 1 tahun >> anak ♂. Boy (3,7%) girl (2%)
> usia 1 tahun >> anak perempuan.
pada anak ♂ yang disunat, risikonya  hingga 0,2-
0,4% dari anak ♂ yang tidak disunat.
Etiologi

Bakteri Virus

• Escherichia coli • Adenovirus


• Proteus mirabilis
• Enterococcus,
• Pseudomonas ,
• Klebsiella,
• Staphylococcus,
• Streptococcus
KELAINAN
FUNGSI ATAU
ANATOMI

GANGGUAN
PENGGUNA PENGOSONGAN
ANTIBIOTIK KANDUNG
KEMIH

FAKTO
R
RESIKO

OPERASI
KONSTIPASI SALURAN
KEMIH

RIWAYAT ISK
SEBELUMNYA
KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan tempat


• Cystitis ( lower urinary tract )
• Pyelonefritis ( upper urinary tract )
Klasifikasi berdasarkan faktor
komplikasi
• Uncomplicated UTI
• Complicated UTI
Patogenesis

•Umumnya terjadi infeksi secara asendens yaitu dari daerah perineum →


O.U.E → buli-buli → ginjal.
•Jalur hematogen terjadi hanya pada usia neonatus.
•Bakteri dalam urin bisa berasal dari ginjal, pyelum, ureter, vesika urinaria,
atau dari uretra.
•Timbulnya suatu infeksi saluran kemih tergantung dari faktor predisposisi
dan faktor pertahanan tubuh penderita yang masih belum diketahui dengan
pasti.
•Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
Patogenesis
Flora Usus

Patogenesis
Munculnya Tipe Uropatogenik ISK

Kolonisasi di perineal dan


uretra anterior

Barier Pertahanan Mukosa FAKTOR PEJAMU


Normal (HOST):
1. Memperkuat
perlekatan ke sel
uroepitel
Virulensi 2. Refluks vesiko
Sistitis
Bakteri ureter
3. Refluks intrarenal
4. Tersumbatnya
saluran kemih
Pielonefritis Akut 5. Benda asing
(kateter urin)

Parut
Uropsepsis
Ginjal
Infeksi Vesika
Urinaria

Iritasi

Mukosa Vesika Edem dan


Meradang

Spasme Otot Polos


Vesika Urinaria

Hematuria

Urgency Polakisuria Disuria


Inkompetensia
Sistitis Perubahan
Katup Vesiko Ureter
Berulang Dinding Vesika

Urin Naik
Lagi ke Ureter
Terutama Saat
Berkemih

REFLUKS

Urina Naik
Ke Ginjal

PARUT
GINJAL
Zat
Sel
Mediator
Rusak
PYELONEFRITIS
Toksik

Kronik
Diagnosis
Manifestasi Klinik

 Makin ↓ usia anak → manifestasi klinik makin


tidak khas
 Demam bisa menjadi satu-satunya gejala ISK
 Pada neonatus gejala ISK tidak spesifik, yaitu:
 Suhu tidak stabil dan sering tidak mau menyusu
 Mudah terangsang (iritabilitas)

 Muntah dan perut kembung

 Nafas sering tidak teratur dan sering disertai ikterus


yang memanjang (prolonged jaundice)
 Sering ditemukan sepsis
Manifestasi klinik

 Manifestasi klinik pada usia antara 1 bulan - < 1


tahun, gejala juga tidak khas:
 Demam
 Irritable

 nafsu makan kurang

 Muntah

 Diare

 Ikterus
Manifestasi Klinik

 Pada masa prasekolah dan sekolah baru timbul gejala spesifik.


 Meskipun bisa ditemukan pada anak diatas 2 tahun setelah anak
bisa bicara jelas dan dapat mengontrol miksinya tetapi
umumnya baru khas pada umur 5-6 tahun yaitu:
 ISK bawah
 Disuria
 Stranguria
 Haematuria
 Polakisuria
 Urgency.
 Suprapubic pain
 ISK atas
 Demam
 Sakit pinggang
 Sakit pada daerah costovertebra
Manifestasi klinik

 Pada ISK bagian bawah :


 Demam
 adanya rasa terbakar atau tersengat pada saat berkemih.
 Frekuensi berkemih meningkat
 kadang tidak dapat menahan sehingga terjadi enuresis.
 Pada malam hari dapat terbangun berkali-kali untuk berkemih
(nokturia),
 nyeri pada abdomen bagian bawah dimana terletak vesica
urinaria.
 Urine mengalami perubahan:
 berbau tidak enak,
 perubahan pada warna
 urine mengandung darah
 Enuresis diurnal atau nocturnal
Manifestasi klinik

 Pada ISK atas:


 sebagian besar gejala pada infeksi traktus urinarius bagian
bawah ditemukan pula disini.
 demam dengan menggigil,
 nyeri pada daerah pinggang (dibawah iga),
 fatique berat,
 vomiting
 anak tampak sakit berat
Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi genitalia eksterna


 pada anak ♂ , perhatikan ada tidaknya kelainan kongenital,
a.l:
 Hipospadia
 fimosis
 sudah disirkumsisi / ≠ ?

 Palpasi
 pembesaran ginjal unilateral dan bilateral → pikirkan
hidronefrosis
 Perkusi
 Nyeri ketok sudut kostovertebra → infeksi pada ginjal
Pemeriksaan Laboratorium

 Urinalisis
 Biakan urin.
 Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah (untuk
melihat fungsi ginjal)
Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan jumlah leukosit urin


 Leukosituria atau piuria → jumlah leukosit ≥ 5-6/LPB.

 Pemeriksaan uji nitrit


 pemeriksaan ini berdasarkan kemampuan bakteri patogen untuk
mengubah nitrat → nitrit tetapi hasilnya banyak (+) palsu.
 dilakukan pada urin segar

 sebaiknya yang sudah ≥ 4 jam di kandung kemih atau pada urin


residu
 Pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan gram pada urin
yang tidak disentrifus juga dapat dipakai untuk diagnosis
awal ISK.
 Diagnosa pasti → kultur urin.
Pemeriksaan Pencitraan
USG
 Dengan USG dapat dilihat:
 Struktur anatomis saluran kemih, meskipun fungsinya nol
 Besar/ukuran ginjal
 Dilatasi darl pelviokalises, ureter dan anomali vesika urinaria.
 Batu saluran kemih
Foto Polos Abdomen
 Foto polos abdomen saat ini jarang dilakukan kecuali pada anak dengan
persangkaan kuat ke arah batu saluran kemih dan sebagai persiapan
pyelografi intravena (PIV).
Pyelografi Intravena (PIV)
 Jarang dilakukan (kecuali bila tidak tersedia alat pencitraan korteks
DMSA)
 Dosis radiasi PIV > DMSA
 DMSA tidak menggunakan zat kontras → me (-) i kemungkinan bahaya
alergi
 Untuk melihat parut ginjal DMSA lebih sensitif daripada PIV
Miksisio Uretrografi (MSU)
 Sebaiknya dilakukan pada anak < 2 tahun dengan ISK + gejala panas
 Karena kemungkinan RVU besar pada umur tersebut
 Pemeriksaan ini invasif dengan menggunakan kateter
 Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat:
 1. Refluks vesikoureter
 2. Valvula uretra posterior
 Dianjurkan untuk memberi antibiotik 48 jam sebelum pemeriksaan dan bila
ditemukan refluks maka segera dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis bila
belum diberikan sebelumnya.
 Pada MSU pertama sebaiknya dilakukan dengan zat kontras tetapi pada
pemeriksaan ulang dipakai isotop DTPA (sistografi isotop) karena dosis
radiasinya lebih rendah.
Skan DMSA (Dimercapto
Succinic Acid)
 Untuk melihat parut ginjal
 Pada saat infeksi akut berlangsung,
pada pyelonefritis akut → terlihat
gambaran “filIing defect"
 Sedangkan pada sistltis → ginjal
terlihat normal
 Dapat dipakai untuk membedakan
antara ISK atas dan bawah.
 Defek pada fase akut tersebut bisa
menghilang atau menetap
 Bila 6 bulan kemudian masih terlihat
gambaran defek → berarti terjadi
parut ginjal yang permanent
Diagnosa Klinik
ISK

USG Saluran
Kemih

0-2 tahun 2-5 tahun > 5 tahun

•MSU USG USG


MSU
•DMSA Normal Abnormal

Normal Abnormal Pantau MSU

Pantau DMSA Normal Abnormal

Pantau MSU
Penatalaksanaan

Prinsip umum:
1. Diagnosa dini ISK
2. Pemberian antibiotika segera
3. Pencegahan infeksi berulang
4. Mencari faktor predisposisi
5. Merencanakan pengobatan selanjutnya
6. Tindak lanjut sampai gejala hilang dan risiko
kerusakan ginjal tidak ada lagi serta dilanjutkan
dengan pemantauan berkala
ISK Pertama
(Biakan Urin)

Neonatus Anak
Bayi

Gejala Saluran Kemih


Gejala Sistemik
Bawah

Rawat Inap Rawat Jalan


Antibiotika Antibiotika
I.V Oral
Biakan Urin 48 jam
(sesuaikan A.B.)

USG + MSU
(2-4 minggu sesudah terapi)
Normal Abnormal

Tindak Lanjut Untuk Pertimbangkan PIV atau


Mencegah Infeksi* Skan **
* Banyak minum,jangan tahan
** untuk melihat apakah ada RVU
kencing, kencing habiskan sebelum
atau NR
tidur
 Pasien dengan panas tinggi dan dicurigai adanya pyelonefritis akut
perlu
 Segera beri a.b parenteral → dirawat.
 Sebelumnya dilakukan pengumpulan urin dengan cara kateterisasi
atau SPP.
 Bila telah terjadi urosepsis atau disertai muntah-muntah
 → pasien harus dirawat untuk pemberian antibiotika parenteral.
 Bila memungkinkan, jangan diberi obat yang nefrotoksik (misal
aminoglikosida) kecuali bila bakterinya sensitif terhadap obat-obat
tersebut.
 Pada pasien dengan gejala penyakit ringan → cukup diberikan
antibiotik selama 7 hari
 Tetapi pada anak dengan gejala penyakit yang berat (sepsis)
 A.b parenteral selama 2-3 hari parenteral sampai panas turun
 kemudian dilanjutkan secara oral sampai 14 hari
 Pada neonatus dengan PNA
 pemberian a.b parenteral selama 14 hari secara I.V.
Jenis Antibiotik Dosis Perhari
Seftriakson 75 mg/kgBB/hari

Sefotaksim 150 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6 jam

Septazidim 150 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6 jam

Sefazolin 50 mg/kgBB/hari dibagi setiap 8 jam

Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6 jam

Tobamisin 5 mg/kgBBlhari dibagi setiap 8 jam

Tikarsilin 300 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6 jam

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6 jam


Jenis Antibiotik Dosis perhari

Amoksisilin 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

Sulfonamida
- Kombinasi Trimetoprim - 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX/kgBB/hari
(TMP) Sulfametoksazol (SMX) dibagi dalam 2 dosis
- Sulfisoksazol - 120-150 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Sefalosporln
- Sefiksim –8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefpodiksim –10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefprozil –30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefaleksin –50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
- Lorakarbef –15-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
Jenis Antibiotik Dosis Perhari
Kombinasi Trimetoprim (TMP) 2 mg TMP, 10 mg SMX/kgBB/hari dosis tunggal pada
Sulfametoksazol (SMX) malam hari atau 5 mg TMP, 25 mg
SMX/kgBB/malam hari dua kali seminggu
Nitrofurantoin 1-2 mg/kgBB/hari dosis tunggal malam hari

SuIfisoksazoI 10-20 mg/kgBB/hari dibagi tiap 12 jam

Asam Nalidiksat 30 mg/kgBB/hari dibagi tiap 12 jam


Metenamin mandelat 75 mg/kgBB/hari dibagi tiap 12 jam
Pencegahan

 Banyak minum air


 Jangan menahan BAK

 Hindari pemakaian obat dengan spektrum luas untuk


menghindari super infeksi.
 Mencegah konstipasi jika ada disfungsi yang
berhubungan dengan dilatasi kronk rektum dengan feses
didalamnya.
 BAB yang teratur dapat mencegah ISK.

 Circumsisi pada bayi laki-laki


Komplikasi

 Resiko reaksi alergi karena terapi dengan


antibiotik
 Anak dengan PNA dapat berkembang menjadi
inflamasi ginjal lobaris atau abses ginjal.
 Komplikasi jangka panjang meliputi:
 renal parenchyma scarring (parut ginjal)
 hipertensi
 penurunan fungsi ginjal, dan
 kegagalan ginjal
Prognosis

 Kebanyakan kasus ISK tanpa komplikasi akan segera


memberikan respons terhadap perawatan antibiotik rawat
jalan, tanpa gejala sisa lebih lanjut.
 Perawatan, pencitraan, dan tindak lanjut yang tepat, akan
mencegah gejala sisa jangka panjang pada pasien dengan
kasus-kasus yang lebih parah atau infeksi kronis.
 Low-grade VUR biasanya sembuh tanpa kerusakan
permanen.
 High-grade VUR dapat membutuhkan koreksi bedah.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai