Anda di halaman 1dari 44

Batuk darah

Dr. Irvan medison,SpP


Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FK Unand
Definisi

Ekspektorasi darah atau dahak bercapur


darah akibat perdarahan pada saluran
napas di bawah laring / pita suara

= hemoptoe = hemoptisis
BATUK DARAH

o Keadaan serius
o Menyebabkan pasien sering berobat
o Hemoptisis masif  kedaruratan paru
o Komplikasi tersering adalah asfiksia
Penyebab batuk darah

• Abad ke 17 dianggap sebagai


penyakit “ Black Death” atau penyakit
akibat sihir,
• Abad ke 19 dan awal abad ke 20
batuk darah sering dihubungan
dengan penyakit tuberkulosis (TB),
o Namun dari data pasien yang dirawat di
sanatorium, ternyata sepertiga pasien
yang menderita batuk darah bukan
penderita TB.
Anatomi dan vaskularisasi paru

Sistem sirkulasi pulmoner


• Sistem sirkulasi pulmoner
berfungsi untuk perturan gas
• Mensuplai darah untuk
bronkiolus terminalis dan
alviolus
• Tekanannya rendah berkisar
15 – 20 mmHg pada saat sitolik
dan 5-10 mmHg pada saat
diatolik
Sistem sirkulasi
bronkial
•Pemberi nutrisi pada paru
dan saluran pernapasan.
•Tekanan sama dengan
tekanan darah sistemik.
•Variasi sirkulasi bronkial
sangat beragam.
Sumber perdarahan pada batuk darah
◦ Sirkulasi bronkial ( 90%)
 Sistem sirkulasi bronkial
memegang peranan penting
dalam patofisiologi batuk
darah, karena
 Memperdarahi sebagian
besar jalanan napas
 Tekanannya sama dengan
tekanan darah sistemik
KOMPLIKASI

 Asfiksia
 Anemia
 Infeksi
 Kematian
 yang dirawat konservatif 23,5-33%
 yang dibedah 0-33%
KOMPLIKASI

Angka kematian di RS Persahabatan;


• Dengan perawatan konservatif
o 32% pada batuk darah > 250 ml
o 54% pada batuk darah > 500 ml
• Dengan pembedahan 11,1%
Penyebab batuk darah :
 Penyakit infeksi
 Neoplasma
 Benda asing
 Trauma
 Gangguan vaskuler
 Penyakit autoimun
 dll
Etiologi batuk darah

Kelainan hemostasis sistemik Kelainan vaskuler


Terapi antikoagulan Aneurisma aorta
Disseminate intravasculaer Gagal jantung kongestif
coagulation Mitral stenosis
Trombositopenia Pulmonary arteriovenous
malformation
Emboli paru
Schistosomiasis
Penyakit saluran napas Penyakit parenkim paru
Adenoma bronkus Aspergiloma
Aspirasi benda asing Pneumonia lupus akut
Bronkiektasis Pneumonia bakterialis
Bronkogenik karsinoma Pneumonia fungus
Bronkiolitiasis Sindroma goodpastur
Bronchitis kronik Idiopatic pulmonary hemosiderosis
Kistik fibrosis Abses paru
Metastasis endobronkial Kontusio paru
TB endobronkial Metastasis kanker
Trakeobronkitis akut TB paru
Trauma trakeobronkial Pneumonia virus
Granulomatosis wagener’s
Berdasarkan kekerapan batuk darah
Sering (≥ 5 % )
Tuberkulosis
Bronkogenik karsinoma
Bronkiektasis
Bronkitis
Pneumonia Bakterialis
Jarang ( 1-4%) Sangat jarang ( ≤ 1 %)
Neoplasma paru lainnya Pneumonia fungal atau parasit
Metastasis Benda asing
Mycetoma Sarcoidosis
Abses paru Mitral stenosis
Embolis paru Endometriosis
Gagal jantung kiri Penyakit vaskuler sistemik
Traumatik atau iatrogenik Akibat pengaruh obat
Trauma torak
Bronkoskopi
Biopsi paru
Cateterisasi arteri pulmonal
Thoracostomy tube insertion
Distribusiaa Penderita Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP M Djamil Padang Periode 1 Jan
2004/d 31 Desember 2009

70.00 62,50%

60.00
50.00
17.3 %
40.00
30.00
20.00 8,5%
5,5% 2,5%
10.00 1,1% 2.71%
0.00
Berdasarkan Diagnosis Utama di RSUP M Djamil Padang

Periode 1 Jan 2004 s/d 31 Desember 2009

58%
60%
50%
40%
30%
18%
20%
7%
10% 5% 4% 3% 1% 1%
0%
Persentase Kejadian Batuk Darah pada Masing-masing Penyakit
Paru yang di Rawat Inap di Bagian Paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang
Periode 1 Jan 2004 s/d 31 Desember 2009

Tumor Mediastinum 4% (46)

Pneumonia 13% (154)

Kanker Paru 14% (536)

Abses Paru 14% (21)

TB Paru 28% (892)

Bekas TB 48%(71)

Jamur Paru 50% (10)

Bronkiektasi 57% (65)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%


Patogenesis batuk darah

 Patogenesis batuk darah pada berbagai


penyebab batuk darah hampir sama
◦ Terjadi kelainan pada parenkim paru,
◦ Sistem sirkulasi bronkial dan pulmoner
◦ Kelainan pada pleura

 Sumber perdarahan berasal dari kedua


sistem sirkulasi tersebut
Batuk darah pada TB paru

 Terjadinya pada penderita infeksi TB


paru aktif atau pada bekas penderita TB
paru.
 Pada penderita TB terjadi kerusakan
susunan parenkim paru dan pembuluh
darah paru
 Terjadi bronkiektasis dengan
hipervaskularisasi
 Pelebaran pembuluh darah bronkial,
 Terbentuknya anastomose pembuluh
darah bronkial dan pulmoner.
 Pecahnya aneurisma Rasmussen penyebab
batuk darah masif pada penderita TB paru
ataupun pada bekas penderita TB.
 Kematian akibat batuk darah pada penderita TB
berkisar antara 6-7 %.
 Batuk darah masif juga dapat terjadi pada
bekas penderita TB, hal ini terjadi akibat erosi
lesi kalsifikasi pada arteri bronkial.
Bronkiektasis

• Destruksi tulang rawan bronkus akibat


infeksi / fibrosis alveolar.
• Perobahan pada pembuluh darah ateri
bronkial
o hipertrofi, peningkatan jumlah
jaringan vascular (vascular bed)
• Perdarahan
o pecahnya pembuluh darah arteri
bronkial karena proses infeksi atau
peradangan.
Neoplasma

• Terjadi proses nekrosis dan peradangan


pembuluh darah pada jaringan tumor
• kejadian batuk darah pada penderita
karsinoma bronkogenik berkisar 7-10 %.
• Kanker metastasis ke paru akibat
penyebaran sel tumor ke trekobronkial
• Tumor mediastinum, terjadi penyebaran
tumor ke percabangan trakeobronkia
Infeksi jamur

 misetoma (fungus ball) ---aspergilloma.


 Batuk darah pada misetoma berkisar
50-90 % dari penderita misetoma.
 Fungus ball merupakan misetoma yang
terbentuk pada penderita penyakit
paru berkavitas seperti TB paru,
 Terjadinya batuk darah adalah
◦ akibat trauma mekanis karena pergerakan fungus ball di
dalam kavitas

 Batuk darah juga dapat terjadi akibat


angioinvasi menyebabkan infark paru
dan perdarahan, (sangat jarang)
Abses paru

 Nekrosis pada parenkim paru dan


pembuluh darah paru.
 Kejadian sekitar 11-15 % dari penderita
abses paru,
◦  20-50 % mengalami batuk darah
masif.
Stenosis mitral
 Peningkatan tekanan atrium kiri -- dilatasi
dari pleksus submukosa vena bronkial.
 Varises pembuluh darah dapat
menimbulkan batuk darah apabila
◦ Terjadi infeksi saluran napas atas,
◦ Batuk
◦ Peningkatan volume intravaskuler (
kehamilan)
Fibrosis Kistik

 Perdarahan yang terjadi berasal dari


percabangan arteri bronkial.
 Sistem arteri bronkial mengalami
hipervaskularisasi dan anastomosis
bronkopulmoner,
 Adanya hipertensi pulmonal
Diagnosis
 Memastikan Hemoptisis
 Bedakan dengan epistaksis atau
hematemesis
 Menentukan derajat hemoptisis -- masif ?
 Memastikan etiologi

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang


seksama untuk menentukan sumber
perdarahan :
◦ saluran napas atas -- epistaksis
◦ saluran napas bawah -- hemoptisis
◦ saluran cerna. -- hematemesis
Perbedaan Hemoptisis dengan Hematemesis

Keadaan Hemoptisis Hematemesis


Prodromal Rasa tidak enak di Mual, stomach distress
tenggorokan, ingin batuk
Onset Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan dapat
disertai muntah disertai batuk
Penampilan darah Merah Berbuih Tidak berbuih
Warna Merah terang Merah tua
Isi Lekosit, mikroorganisme, Sisa makanan
makrofag, hemosiderin
Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)
Riwayat Penyakit Dahulu Menderita kelainan paru Peminum alkohol,
Gangguan lambung,
kelainan hepar
Anemi Kadang kadang Selalu
Warna Tinja Normal hitam,
Guaiac test negatif positif
Batuk darah masif

Di Bagian Pulmonologi - RS M Jamil Padang :


1. Batuk darah ≥ 600 mL /24 jam
2. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi > 250 mL/24
jam Hb < 10 gr% & masih berlangsung
3. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi > 250 mL/24
jam, Hb > 10 gr% dalam pengamatan 48 jam
perdarahan belum berhenti
Pemeriksaan fisik

•Stridor dapat memberikan


petunjuk tumor/benda asing di
daerah trakeolaring.
Pemeriksaan
•perforasi septum dapat
fisik dapat menunjukkan granulomatosis
membantu Wegener.
diagnosis •Jari tabuh (clubbing fiber)
memberikan petunjuk
penyebab
kemungkinan keganasan
hemoptisis intratorakal
•Supurasi intratorakal (abses
paru, bronkiektasis)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
 Pemeriksaan sputum
◦ TB paru BTA +
◦ Jamur kultur jamur +
◦ Pneumonia pertumbuhan kuman +
◦ Ca Paru Sitologi sputum
• Menentukan Hb
• Waktu perdarahan dan pembekuan CT / BT
Sambungan

2. Pemeriksaan radiologi torak


 Ro / foto torak
 Gambaran sesuai penyakit yang mendasari terjadinya hemoptisis
seperti;
 Gambaran fungus ball pada jamur paru
 Gambaran kavitas/fibroinfiltrat pada Tb
paru
 Gambaran masa tumor
 CT-Scan toraks
 Baik untuk bronkiektasis atau karsinoma bronkus berukuran kecil
 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum bronkoskopi, kecuali
dalam keadaan kegawat daruratan
3. Bronkoskopi
◦ Bronkoskopi bisa di lakukan atas
indikasi terapeutik atau diagnostik
◦ Terapeutik untuk menghentikan
perdarahan
◦ Diagnostik untuk;
 Menentukan sumber/lokasi perdarahan
untuk rencana tindakan bedah
 Mengambil bahan bilasan atau sikatan
bronkus untuk pemeriksaan lab
4. Angiografi
◦ Pemeriksaan angiografi dilakukan
apabila dengan pemeriksaan lain tidak
bisa menentukan penyebab atau asal
dari perdarahan.
◦ Angiografi
 Diagnostik
 terapeutik -- terapi embolisasi.
PENATATALAKSANAAN
 Prinsip penatalaksanaan hemoptisis :
◦ Menjaga jalan napas tetap terbuka dan stabilisasi penderita
◦ Menentukan lokasi perdarahan
◦ Memberikan terapi sesuai etiologi

 Prioritas tindakan awal  penderita lebih


stabil, kemudian mencari sumber dan
penyebab perdarahan.
 Mencegah risiko berulangnya hemoptisis
 Penderita dengan hemoptisis masif harus
dimonitor dengan ketat di instalasi
perawatan intensif
LANGKAH I :
MENJAGA JALAN NAPAS DAN STABILISASI
PENDERITA
 Menenangkan dan mengistirahatkan penderita
 Menjaga jalan napas tetap terbuka
 suplementasi oksigen
 Instruksi cara membatukkan darah dengan benar sehingga
pasien tidak takut untuk membatukkannya
 Resusitasi cairan dan bila perlu transfusi
 Transfusi darah jika hematokri dibawah 25-30% atau Hb < 10 gr %
dan perdarahan masih berlangsung
• Laxansia  mencegah mengedan
• Jika batuk merangasang perdarahan lebih banyak dapat
diberikan anti tusiv ringan ( hindari codein dan morfin)
 Penderita dengan
 Keadaan umum baik dan reflek batuk
baik , penderita duduk dan beri instruksi
cara membatukkan darah yang benar.
 keadaan umum berat dan refleks batuk
kurang adekuat, maka penderita
dengan posis Tredelenberg ringan dan
miring ke arah yang sakit  mencegah
aspirasi darah ke sisi yang sehat
Jika perdahan terus berlajut dan terjadi perburukan
oksigensasi
 Pipa endotrakeal berdiameter besar agar bronkoskopi serat optik lentur
dapat masuk untuk evaluasi, melokalisir perdarahan dan tindakan
pengisapan (suctioning).

Dapat dilakuka intubasi unilateral untuk melindungi


paru yang sehat.
 Bila perdarahan di paru kanan, intubasi dilakukan pada bronkus kiri
dengan bantuan bronkoskop
 Bila perdarah di paru kiri , intubsi di trakea, kemudian pasang cateter
Fogarty no 14 F, yang dimasukakn di samping endotrakeal tube dirahkan
ke bronkus utama kiri dengan bantuan bronkoskop lalu balonnya
dikembangkan.

Intubasi dengan endotrakeal lumen ganda ( lumen


trakeal dan lumen bronkial)
Intubasi paru Intubasi dengan kateter
unilateral lumen ganda (double
lumen endotracheal
tubes)

Crit Care Med 2000;28:1642-7


LANGKAH II :
MENCARI SUMBER DAN PENYEBAB PERDARAHAN

 Pemeriksaan radiologi (foto toraks,


angiografi)
 Bronkoskopi (BSOL) maupun
bronkoskop kaku)
LANGKAH III :
PEMBERIAN TERAPI SPESIFIK

1. Bronkoskopi terapeutik
◦ Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis
dingin (iced saline lavage)
◦ Pemberian obat topikal ( Adrenalin dengan
konsentrasi 1 : 20 .000)
◦ Tamponade endobronkial
2. Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser) Neodymium-
yttrium - alumunium-garnet untuk terapi paliatif
perdaran endobronkial.
2. Terapi non-bronkoskopik
a) Pemberian terapi medikamentosa
 Vasopresin intravena

 Asam traneksamat
(antifibrinolitik)
 Vitamin K
 Vitamin C
 Kortikosteroid sistemik  pd autoimun
 Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH) atau danazol 
hemoptisis katamenial
 Antitusif kontra indikasi
 Antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik
Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner
Teknik ini terutama dipilih untuk
penderita dengan penyakit bilateral,
fungsi paru sisa yang minimal, menolak
operasi ataupun memiliki kontraindikasi
tindakan operasi

Embolisasi
arteri pulmoner

Embolisasi
arteri bronkialis
Bedah
 Terapi definitif
 Tindakan bedah dilakukan
apabila tindakan terapi diatas
tidak berhasil dan fungsi paru
adekuat, tidak ada konta indikasi
bedah, kontra indikasi embolisasi
arteri

Anda mungkin juga menyukai