Demam Demam
tifoid tifoid
Keadaan
akut non dengan
karier
komplikas komplikas
i i
Ketidak seimbangan
nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan Ketidak seimbangan
Risiko kerusakan
pola napas nutrisi:kurang dari
Integritas kulit kebutuhan tubuh
Risiko kekurangan
cairan
MK: Diare
Pencegahan
Faktor Agent
Masa
Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari,
walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.
Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit
tidaklah khas, seperti gejala influenza, berupa :
anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian
depan, nyeri otot, lidah kotor, dan nyeri perut.
(Parry et al, 2002)
◎ Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya:
1) demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºC hingga 40ºC,
2) sakit kepala,
3) pusing,
4) pegal-pegal,
5) anoreksia,
6) mual dan muntah,
7) batuk,
8) nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah,
9) pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral,
10) perut kembung dan merasa tidak enak,
11) sedangkan diare dan sembelit dapat terjadi bergantian.
Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada
penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan beradang. Jika penderita 12 ke dokter pada periode tersebut, akan
menemukan demam dengan gejalagejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh
dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros
(roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna (Brusch,
2011).
◎ Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makula merah tua ukuran 1-5 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan (Soedarmo et al, 2010).
◎ Minggu kedua
Demam Gangguan
kesadaran
Gangguan saluran
pencernaan
Demam
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus).
Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya
didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
Gangguan kesadaran
Paru-paru
pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Darah
anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
Ginjal
glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Tulang
osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
Neuropsikiatrik
delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
Pemeriksaan Penunjang
Istirahat
dan Obat-obatan
Perawatan
Rawat inap perlu bagi penderita Obat-obat antimikroba yang sering
komplikasi, bila pemasukan digunakan seperti Kloramfenikol,
makanan atau cairan kurang. Tiamfenikol, Co trimoxazol, Ampisilin,
(Soedarmo dkk, 2002). Amoksisilin, Seftriakson, Sefiksim
Diet
Kadang pula makanan diberikan melalui
infus sampai penderita dapat mencerna
makanan (Soedarmo dkk, 2002).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pertusis
Diagram featured by
http://slidemodel.com
1
Pengkajian
a) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah,
panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
e) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat
pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f) Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.
g) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½
-1 cc/kg BB/jam.
h) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
i) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.
j) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan
koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data Subjektif : Salmonela typhi masuk melalui mulut Hipertermi
- Mengatakan panas
- Badan merasa tidak nyaman
Lambung, iritasi lambung
Data Objektif :
- Suhu badan di atas 37 derajat Usus halus, perdarahan
Celsius
- Tampak pucat
Endotoksin
Demam
Hipertermi
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data Subjektif : Salmonela typhi masuk melalui mulut ketidak seimbangan nutrisi: kurang
- Tidak mau makan dari kebutuhan tubuh
Lambung, inflamasi
2) Ketidak seimbangan
nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna
makanan
&
evaluasi
Hari/ No.
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi
tanggal dk
Rabu, 17 07.45-07.55 1) Memonitor suhu dan tanda-tanda vital 11.00 S:
Oktober 07.55-08.00 2) Memberi obat dan cairan intravena - pasien mengatakan tidak
08.00-08.05 3) memantau komplikasi-komplikasi yang lagi merasa panas
berhubungan dengan demam serta tanda - Merasa meningkat
dan gejala kondisi penyebab demam nafsumanannya
08.05-08.10 4) Menyesuaikan suhu lingkingan - Tidak lagi merasa lemas
08.10-08.30 5) Memberikan informasi bila mungkina akan
timbul kelainan akibat hipertermi O:
08.30-08.40 6) Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi - Suhu badan menurun
untuk memenuhi persyaratan gizi. - Porsi makan habis
08.40-08.45 7) Mengatur konsumsi yang diperlukan (yaitu: - Turgor kulit membaik
menyediakan makanan protein tinggi, - Sudah dapat memenuhi
menambah atau mengurangi kalori). kebutuhannya sendiri
08.45-08.50 8) Memastikan makanan disajikan dengan cara
menarik dan pada suhu yang paling cocok A:
untuk konsumsi secara optimal. Implementasi yang dilakukan
08.50-08.55 9) Memonitor kalori dan asupan makanan sudah sesuai dengan hasil
08.55-09.00 10) Menentukan jumlah dan jenis intake cairan yang diharapkan
serta kebiasaan eliminasi
09.00-09.10 11) Memonitor membrane mukosa, turgor kulit, P:
dan respon haus Monitor status kesehatan
09.10-09.30 12) Memonitor tanda dan gejala asites berikan pasien
cairan dengan tepat
Daftar Pustaka
1. Blackwell, W. (2015-1017). NANDA International, Inc. 9600 Garsington Road, Oxford,
OX4 2DQ, UK: The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, PO19 8SQ, UK
2. Lane, R., & St. Louis, M. (2013). NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION
(NIC), SIXTH EDITION. United States of America: Elsevier
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
4. Nelwan, R. H. H. (2012). Tata laksana terkini demam tifoid. Cermin Dunia Kedokteran,
39(4), 247-250.
5. Paputungan, W. (2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Upai Kota Kotamobagu Tahun
2015. PHARMACON, 5(2).
6. Sucipta, A. (2015). Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Tifoid pada Anak.
Jurnal Skala Husada, 12(1), 22-26.
7. Sue Moorhead, P. R. (2014). NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC).
Kidlington, Oxford OX5 1GB: Elsevier Global Rights