Anda di halaman 1dari 45

Thypoid

Sarah Maulida Rahmah


131611133006
A1 2016
Definisi

suatu penyakit pada usus penyakit infeksi akut usus


yang menimbulkan halus yang disebabkan
gejala-gejala sistemik oleh kuman salmonella
yang disebabkan oleh thypi dan salmonella para
salmonella typhosa, thypi A,B,C. Sinonim dari
salmonella type A.B.C. penyakit ini adalah
penularan terjadi secara Typhoid dan paratyphoid
pecal, oral melalui abdominalis
makanan dan minuman (Sudoyo, A.W., & B.
yang terkontaminasi Setiyohadi, 2006).
(Mansoer Orief.M. 1999)
Klasifikasi
menurut WHO (2003)

Demam Demam
tifoid tifoid
Keadaan
akut non dengan
karier
komplikas komplikas
i i

demam berkepanjangan abnormalis berkembang menjadi Keadaan karier tifoid terjadi


fungsi bowel (konstipasi pada pasien komplikasi parah. Bergantung pada 1-5% pasien, tergantung
dewasa, dan diare pada anak-anak), pada kualitas pengobatan umur pasien. Karier tifoid
sakit kepala, malaise, dan anoksia. dan keadaan kliniknya, bersifat kronis dalam hal
Bentuk bronchitis biasa terjadi pada hingga 10% pasien dapat sekresi Salmenella typhi di
fase awal penyakit selama periode mengalami komplikasi, mulai feses.
demam, sampai 25% penyakit dari melena, perforasi, susu
menunjukkan adanya resespot pada dan peningkatan
dada, abdomen dan punggung. ketidaknyamanan abdomen.
Etiologi
Salmonella thypi, Salmonella thypi dapat tumbuh dari semua media
( Soegijanto, 2002 ; 2 ). Salmonella typhisama dengan salmonella
yang lain adalah bakteri Gram-nagative, mempunyai flegala, tidak
berkapul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai
antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flageral antigen
(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K)yang terdiri
dari polisakarida. Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid
adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C.
(Arjatmo Tjokronegoro, 1997).
Patofisiologi
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut.
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan
oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limfoid di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Basil
diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam
peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe.
Patofisiologi

Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan


limfe, sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh
terutama kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong
pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala
demam disebabkan oleh endotoxin.  Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
Cara penularan
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu :
 Food(makanan),
 Fingers(jari tangan/kuku),
 Fomitus (muntah),
 Fly(lalat),
 Feses.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain
kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto, 2002).
WOC

Bring the attention of your audience over


a key concept using icons or illustrations
Ketidak seimbangan
MK:
Mk
Hipertermi nutrisi:kurang dari kebutuhan
tubuh

Ketidak seimbangan
nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan Ketidak seimbangan
Risiko kerusakan
pola napas nutrisi:kurang dari
Integritas kulit kebutuhan tubuh

Turgor kulit menurun

Risiko kekurangan
cairan

MK: Diare
Pencegahan

Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2006), ada 3


strategi pokok untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu:
 Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus
demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid.
 Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi
Salmonella thypii akut maupun carrier.
 Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi.
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah
 cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan
atau mempersiapkan makanan,
 hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi),
 hindari minum air mentah,
 rebus air sampai mendidih
 hindari makanan pedas karena akan memperberat kerja usus
 pemberian vaksin.
Faktor Risiko
1) Kurangnya kebersihan lingkungan
2) Penduduk yang padat
3) Sanitasi yang rendah
4) Makanan dan minuman yang tercemar/ kurang higienis
5) Remaja dan anak-anak
6) Imun yang rentan
7) Transmisi juga dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu hamil
yang berada dalam bakteremia kepada bayinya.
(Soedarno et al, 2008).
Determina

Faktor Host Faktor Eviroment

Faktor Agent
Masa
Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari,
walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.
Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit
tidaklah khas, seperti gejala influenza, berupa :
anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian
depan, nyeri otot, lidah kotor, dan nyeri perut.
(Parry et al, 2002)
◎ Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya:
1) demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºC hingga 40ºC,
2) sakit kepala,
3) pusing,
4) pegal-pegal,
5) anoreksia,
6) mual dan muntah,
7) batuk,
8) nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah,
9) pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral,
10) perut kembung dan merasa tidak enak,
11) sedangkan diare dan sembelit dapat terjadi bergantian.
Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada
penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan beradang. Jika penderita 12 ke dokter pada periode tersebut, akan
menemukan demam dengan gejalagejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh
dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros
(roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna (Brusch,
2011).

◎ Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makula merah tua ukuran 1-5 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan (Soedarmo et al, 2010).
◎ Minggu kedua

pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam


keadaan tinggi/demam (Kemenkes, 2006). Terjadi perlambatan relatif
nadi penderita. Gejala toksemia (adanya protein dalam urin) semakin
berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami
delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak
kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang
berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa.
Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk
terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain (Supriyono,
2011).
◎ Minggu ketiga

Pada minggu ketiga, demam semakin memberat dan terjadi


anoreksia dengan pengurangan berat badan yang signifikan.
Konjungtiva terinfeksi, dan pasien mengalami takipnea dengan suara
crakcles di basis paru. Jarang terjadi distensi abdominal. Beberapa
individu mungkin akan jatuh pada fase toksik yang ditandai dengan
apatis, bingung, dan bahkan psikosis. Nekrosis pada Peyer’s patch
mungkin dapat menyebabkan perforasi saluran cerna dan peritonitis
(Brusch, 2011). Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab
umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu
ketiga (Asdie, 2005).
◎ Minggu keempat

Pada minggu ke empat demam turun perlahan secara lisis,


kecuali jika fokus infeksi terjasi seperti kolesistitis, abses
jaringan lunak maka demam akan menetap (Soedarmo et al,
2010). Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan
demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah,
kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang
pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer
tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi
primer tersebut. Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak
diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps (Supriyono,
2011).
Manifestasi Klinis

Demam Gangguan
kesadaran

Gangguan saluran
pencernaan
 Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.


Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsurangsur meningkat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
 Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus).
Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya
didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
 Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa


dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah.
Komplikasi
Intestinal
Perdarahan usus, perporasi usus, Ilius paralitik

Paru-paru
pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Darah
anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

Hepar dan kandung empedu


hepatitis, kolesistitis.

Ginjal
glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

Tulang
osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

Neuropsikiatrik
delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
Pemeriksaan Penunjang

◎ Pemeriksaan Darah Tepi


◎ Pemeriksaan Bakteriologis dengan isolasi dan
biakan kuman
◎ Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
◎ Pemeriksaan SGOT dan SGPT
◎ Uji Widal
Penatalaksanan

Istirahat
dan Obat-obatan
Perawatan
Rawat inap perlu bagi penderita Obat-obat antimikroba yang sering
komplikasi, bila pemasukan digunakan seperti Kloramfenikol,
makanan atau cairan kurang. Tiamfenikol, Co trimoxazol, Ampisilin,
(Soedarmo dkk, 2002). Amoksisilin, Seftriakson, Sefiksim

Diet
Kadang pula makanan diberikan melalui
infus sampai penderita dapat mencerna
makanan (Soedarmo dkk, 2002).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pertusis

Diagram featured by
http://slidemodel.com
1
Pengkajian
a)      Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah,
panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.

b)      Kepala dan leher


Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak
odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah
merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.

c)      Dada dan abdomen


Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan.
d)     Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.

e)      Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat
pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

f)       Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.

g)      Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½
-1 cc/kg BB/jam.
h)       Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.

i)        Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.

j)        Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan
koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data Subjektif : Salmonela typhi masuk melalui mulut Hipertermi
- Mengatakan panas
- Badan merasa tidak nyaman
Lambung, iritasi lambung

Data Objektif :
- Suhu badan di atas 37 derajat Usus halus, perdarahan
Celsius
- Tampak pucat
Endotoksin

Demam

Hipertermi
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data Subjektif : Salmonela typhi masuk melalui mulut ketidak seimbangan nutrisi: kurang
- Tidak mau makan dari kebutuhan tubuh
Lambung, inflamasi

Pelepasan mediator kimia, histamine


Data Objektif : & brakinin
- Porsi makan tidak habis
- Mual, muntah Peningkatan permeabilitas kapiler
- Penurunan berat badan
Oedema jaringan saluran cerna

Kembung, mual, muntah

Nafsu makan menurun

ketidak seimbangan nutrisi: kurang


dari kebutuhan tubuh
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data Subjektif : Salmonela typhi masuk melalui mulut Risiko kekurangan cairan
- Tidak mau minum
- Mengatakan lemas Lambung, inflamasi

Pelepasan mediator kimia, histamine


& brakinin
Data Objektif :
- Mual, muntah Peningkatan permeabilitas kapiler
- Penurunan turgor kulit
- Pucat Oedema jaringan saluran cerna

Kembung, mual, muntah

Turgor kulit menurun

Risiko kekurangan cairan


2
Diagnosa
1) Hipertemi berhubungan
dengan penyakit

2) Ketidak seimbangan
nutrisi:kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna
makanan

3) Risiko kekurangan cairan


berhubungan intake cairan
dan suhu tubuh
3
Intervensi
Hipertermi berhubungan dengan penyakit
Domain 1. Keamanan/perlindungan, Kelas 6. termoregulasi kode 00007
Definisi : suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740):
keperawatan dalam 1 x 24 jam. 1) Pantau suhu dan tanda-tanda 1) Mengetahui tingkat
Hipertermi dapat berkurang. vital perkembangan kesehatan
2) Beri obat atau cairan intravena 2) Memberikan antipeuretik sesuai
Termoregulasi (0800): 3) Pentau komplikasi-komplikasi dengan dosis
• Suhu tubuh menjadi normal yang berhubungan dengan 3) Mencegah factor risiko dan
(080001) suhu 37oC demam serta tanda dan gejala factor pencetus
• Tidak lagi mengalami hipertermi kondisi penyebab demam
(080019)
Pengaturan suhu (3900):
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan 1. Mengetahui perkembangan
2. Sesuaikan suhu lingkingan status kesehatan
3. Informasikan bila mungkina akan 2. Memberikan rasa nyaman
timbul kelainan akibat hipertermi 3. Memberikan edukasi dan
dukungan psikologis kepada
orang tua
Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna makanan
domain 2. nutrisi, Kelas. Makan, kode 00002
definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawtan Manajemen Nutrisi (1100) :
3x24 jam diharapkan klien dapat 1. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi 1. Membantu dalam mengidentifikasi
untuk memenuhi persyaratan gizi. malnutrisi yang terjadi pada tubuh klien.
memenuhi kebutuhan tubuh dengan
2. Atur konsumsi yang diperlukan (yaitu: 2. Meningkatkan kesehatan klien dengan
nutrisi yang seimbang dengan kritaria
menyediakan makanan protein tinggi, menyediakan makanan tinggi kalori dan
hasil: menambah atau mengurangi kalori). protein.
3. Pastikan makanan disajikan dengan 3. Makanan yang terlihat menarik tubuh
Status Nutrisi: Asupan Nutrisi (1009) : cara menarik dan pada suhu yang paling akan menghasilkan banyak cairan
• Asupan kalori terpenuhi (5) cocok untuk konsumsi secara optimal. sehingga membantu dalam proses
• Asupan Protein terpenuhi (5) 4. Monitor kalori dan asupan makanan penyerapan nutrisi klien.
• Asupan vitamin terpenuhi (5) 4. Mengetahui penyebab pemasukan yang
kurang sehingga dapat menentukan
intervensi yang sesuai dan efektif.
Nafsu Makan (1014) :
• Memiliki hasrat untuk makan (5) Bantuan peningkatan berat badan (1240) :
• Intake makanan kembali normal (5) 1) Monitor asupan kalori setiap hari.
• Intake nutrisi kembali normal (5) 2) Sediakan variasi makanan yang tinggi 1) Mengetahui intervensi selanjutnya yang
kalori dan bernutrisi tinggi cocok dengan hasil monitor tersebut.
2) Meningkatkan nafsu makan terlebih
dengan makanan yang mengandung
protein.
Risiko kekurangan volume cairan beruhungan dengan intake cairan dan suhu tubuh
Domain. 2 Nutrisi, Kelas 5. hidrasi, Kode 00028
definisi kerentanan mengalami kekurangan volume cairan intravaskuler, interstinal, dan/atau intra
seluler yang dapat mengganggu kesehatan

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawtan Monitor cairan (4130):
3x24 jam diharapkan klien dapat 1. Tentukan jumlah dan jenis ntake 1. Memberikan cairan sesuai dengan
memenuhi kritaria hasil: cairan serta kebiasaan eliminasi kebutuhn pasien
2. Monitor membrane mukosa, turgor 2. Mengetahui tingkt hidrasi
Keseimbangan cairan (0601) : kulit, dan respon haus 3. Memberikan penanganan intake cairn
• Keseimbangan intake dan output 3. Monitor tanda dan gejala asites yang sesuai dengan kebutuhan
dalam 24 jam(5) berikan cairan dengan tepat pasien
• Turgor kulit normal (5)
• Kelembaban membrsn mukosa (5)
3
Implementasi

&
evaluasi
Hari/ No.
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi
tanggal dk
Rabu, 17 07.45-07.55 1) Memonitor suhu dan tanda-tanda vital 11.00 S:
Oktober 07.55-08.00 2) Memberi obat dan cairan intravena - pasien mengatakan tidak
08.00-08.05 3) memantau komplikasi-komplikasi yang lagi merasa panas
berhubungan dengan demam serta tanda - Merasa meningkat
dan gejala kondisi penyebab demam nafsumanannya
08.05-08.10 4) Menyesuaikan suhu lingkingan - Tidak lagi merasa lemas
08.10-08.30 5) Memberikan informasi bila mungkina akan
timbul kelainan akibat hipertermi O:
08.30-08.40 6) Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi - Suhu badan menurun
untuk memenuhi persyaratan gizi. - Porsi makan habis
08.40-08.45 7) Mengatur konsumsi yang diperlukan (yaitu: - Turgor kulit membaik
menyediakan makanan protein tinggi, - Sudah dapat memenuhi
menambah atau mengurangi kalori). kebutuhannya sendiri
08.45-08.50 8) Memastikan makanan disajikan dengan cara
menarik dan pada suhu yang paling cocok A:
untuk konsumsi secara optimal. Implementasi yang dilakukan
08.50-08.55 9) Memonitor kalori dan asupan makanan sudah sesuai dengan hasil
08.55-09.00 10) Menentukan jumlah dan jenis intake cairan yang diharapkan
serta kebiasaan eliminasi
09.00-09.10 11) Memonitor membrane mukosa, turgor kulit, P:
dan respon haus Monitor status kesehatan
09.10-09.30 12) Memonitor tanda dan gejala asites berikan pasien
cairan dengan tepat
Daftar Pustaka
1. Blackwell, W. (2015-1017). NANDA International, Inc. 9600 Garsington Road, Oxford,
OX4 2DQ, UK: The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, PO19 8SQ, UK
2. Lane, R., & St. Louis, M. (2013). NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION
(NIC), SIXTH EDITION. United States of America: Elsevier
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
4. Nelwan, R. H. H. (2012). Tata laksana terkini demam tifoid. Cermin Dunia Kedokteran,
39(4), 247-250.
5. Paputungan, W. (2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Upai Kota Kotamobagu Tahun
2015. PHARMACON, 5(2).
6. Sucipta, A. (2015). Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Tifoid pada Anak.
Jurnal Skala Husada, 12(1), 22-26.
7. Sue Moorhead, P. R. (2014). NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC).
Kidlington, Oxford OX5 1GB: Elsevier Global Rights

Anda mungkin juga menyukai