Anda di halaman 1dari 30

DM TIPE II

Disusun Oleh :
Aisya Safitri Mujur, S.Ked
N 111 14 007

PembimbingKlinik:
dr. Hi. SYAHRIAR, M.Kes
dr. I NJOMAN WIDJAJADJA, M.Kes
LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan penanganan yang
seksama. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. Menurut survei yang
dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus
(DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari
total penduduk, diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan
dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di
rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.1
Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada kelompok yang berisiko
tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun),
kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, dan dislipidemia. Pengobatan DM selain
minum obat, juga harus diet dan olahraga teratur. Jika masih dapat diatasi dengan diet rendah
karbohidrat dan olahraga, pasien sebisanya tidak memakai obat.2
Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan diabetes melitus,
diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer maupun sekunder.
Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya
hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
Pencegahan sekunder merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun
komplikasi jangka panjang pada penderita DM. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya tentang perilaku sehat dan berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan
pencegahan komplikasi DM sangat diperlukan.2

Diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit menahun yang cenderung akan diderita seumur
hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat dan ahli gizi,
akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam
usaha memperbaiki hasil pengelolaan DM.3
IDENTITAS PASIEN
◦ Nama : Tn. R
◦ Umur : 78 tahun
◦ Jenis kelamin : Laki-laki
◦ Status Perrnikahan : Sudah menikah
◦ Pekerjaan : Pensiunan
◦ Bangsa/suku : Bugis
◦ Agama : Islam
◦ Alamat : Desa Donggala
◦ Tanggal Pemeriksaan :24-11-2017 saat pemeriksaan posyandu lansia
Keluhan Utama
Penglihatan kabur dan sering lapar
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. R Laki-laki 78 tahun, seorang kepala keluarga dengan sebelas orang anak, yang berdomisisli di Desa Donggala
datang memeriksakan diri di posyandu lansia sekitar rumahnya dengan keluhan penglihatan kabur dan sering
lapar. Pasien juga mengatakan jika 2 minggu belakangan ini pasien sulit tidur, jantung berdebar-debar, badan
terasa sangat lemas dan sering buang air kecil. Pasien mengatakan 2 minggu yang lalu pasien telah berobat di
puskesmas terdekat tapi tidak ada perubahan yang di rasakan sekalipun obatnya telah di konsumsi hingga habis.
Pasien di berikan pengantar untuk berobat lanjut di Rumah Sakit terdekat ( RS. Kabelota ) tetapi pasien tidak pergi
memeriksakan diri karena tidak ada kerabat yang bisa mengantar pasien sedangkan pasien sulit untuk melihat
jelas jalanan jika harus membawa kendaraan sendiri. Karena merasa keadaannya semakin memburuk dan sangat
mengganggu sehingga pasien memeriksakan diri di posyandu lansi terdekat. Pasien mengatakan tidak mengetahui
jika dirinya mederita Diabetes Melitus. Pasien pernah dirawat beberapa bulan yang lalu karena gagal jantung
tetapi pasien berkata jika kadar gula dalam darahnya pada saat itu masih dalam keadaan normal. Pemeriksaan
kadar gula darah sewaktu saat penatalaksanaan posyandu lansia ini merupakan kali pertama pasien mengetahui
jika kadar gula dalam darahnya begitu tinggi. Berdasarkan hasil pemeriksaan saat itu kadar gula darah sewaktu
pasien adalah 289 mg/dl.
Pasien telah beberapa kali di rawat di Rumah sakit terdekat oleh karena gagal jantung dan
hipertensi tetapi tidak mengonsumsi obat-obatannya secara rutin karena menganggap dirinya
telah sembuh dari sakit. Pertamakali di rawat di Rumah sakit tahun 2011 silam dan terakhir kali
di rawat sekitar 4 bulan yang lalu. Pasien mengatakan di berikan beberapa jenis obat oleh dokter
( ranitidin, amlodipin 5 mg, clopidogrel). Setiap kali di berikan obat oleh dokter, pasien
menghabiskan obatnya tetapi tidak lagi memeriksakan dirinya setelah obatnya habis.
Pasien mengatakan jika makan sehari-hari pasien tidak bisa makan jika tidak ada kecap. Setiap
kali pasien makan, kecap selalu di tabuhkan di atas nasinya. Makan lauk pauk seadaanya di sertai
teh panas.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
◦ Riwayat sakit yang serupa : Belum pernah di rasakan sebelumnya
◦ Riwayat penyakit jantung : diketahui sejak 2011 , tidak berobat rutin.
◦ Riwayat hipertensi : diketahui sejak beberapa tahun yang lalu.
◦ Riwayat diabetes melitus : baru di ketahui saat ini
◦ Riwayat gastritis : disangkal
◦ Riwayat trauma : disangkal
◦ Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


◦ Riwayat hipertensi : disangkal
◦ Riwayat diabetes : Ada pada ibu kandung Pasien
◦ Riwayat alergi : disangkal
PEMERIKSAAN FISIS
Tinggi Badan : 167 cm
Berat Badan : 60 kg
IMT = 21,5 ( Normoweihgt )
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Pemeriksaan fisis : DBN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu:
289mg/dl
rencana pemeriksaan gula darah puasa hari kamis 07 desember 2017
LATAR BELAKANG SOSIAL – EKONOMI –
DEMOGRAFI-LINGKUNGAN KELUARGA
Riwayat Sosial dan Exposure

◦ Community

Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama istri , Rumah pasien berada di perkotaan Donggala dan
merupakan lokasi yang padat penduduk. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya berdekatan tidak
ada jarak. Bagian depan rumah pasien merupakan jalan kecil yang dilalui oleh banyak kendaraan.
◦ Home

Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah penghuni oleh 2 orang penghuni, yakni
pasien dan istri. Dinding rumah terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Terdapat jendela namun
jarang dibuka sehingga pencahayaan di rumah kurang. Ventilasi udara >10 % luas lantai. Dalam rumah
terdapat 5 ruangan, yaitu 1 ruang tamu dan keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur dan ruang
makan. Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang
sudah terhubung mesin pompa.
◦ Personal habbit
Pasien memiliki kebiasaan makan. Pasien makan masakan istrinya dan biasa berjalan kaki jika
bepergian hanya dalam batas desa.

◦ Diet
Pasien makan tidak teratur, 2-3 kali dalam sehari. Pasien makan di rumah dengan masakan di
rumah sayur-mayur, lauk-pauk berupa tahu, tempe, dan terkadang telur, ikan, atau ayam. Pasien
rutin mengkonsumsi air putih sebanyak 8-10 gelas per hari.

◦ Drug
Pasien tidak memiliki alergi obat.
Pembahasan
Tn. R Laki-laki 78 tahun, seorang kepala keluarga dengan sebelas orang anak, yang berdomisisli di Desa
Donggala datang memeriksakan diri di posyandu lansia sekitar rumahnya dengan keluhan penglihatan
kabur dan sering lapar. Pasien juga mengatakan jika 2 minggu belakangan ini pasien sulit tidur, jantung
berdebar-debar, badan terasa sangat lemas dan sering buang air kecil. Pasien mengatakan 2 minggu yang
lalu pasien telah berobat di puskesmas terdekat tapi tidak ada perubahan yang di rasakan sekalipun
obatnya telah di konsumsi hingga habis. Pasien di berikan pengantar untuk berobat lanjut di Rumah Sakit
terdekat ( RS. Kabelota ) tetapi pasien tidak pergi memeriksakan diri karena tidak ada kerabat yang bisa
mengantar pasien sedangkan pasien sulit untuk melihat jelas jalanan jika harus membawa kendaraan
sendiri.
Karena merasa keadaannya semakin memburuk dan sangat mengganggu sehingga pasien memeriksakan
diri di posyandu lansi terdekat. Pasien mengatakan tidak mengetahui jika dirinya mederita Diabetes
Melitus. Pasien pernah dirawat beberapa bulan yang lalu karena gagal jantung tetapi pasien berkata jika
kadar gula dalam darahnya pada saat itu masih dalam keadaan normal. Pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu saat penatalaksanaan posyandu lansia ini merupakan kali pertama pasien mengetahui jika kadar
gula dalam darahnya begitu tinggi. Berdasarkan hasil pemeriksaan saat itu kadar gula darah sewaktu
pasien adalah 289 mg/dl.
Pasien telah beberapa kali di rawat di Rumah sakit terdekat oleh karena gagal
jantung dan hipertensi tetapi tidak mengonsumsi obat-obatannya secara rutin
karena menganggap dirinya telah sembuh dari sakit. Pertamakali di rawat di
Rumah sakit tahun 2011 silam dan terakhir kali di rawat sekitar 4 bulan yang
lalu. Pasien mengatakan di berikan beberapa jenis obat oleh dokter ( ranitidin,
amlodipin 5 mg, clopidogrel). Setiap kali di berikan obat oleh dokter, pasien
menghabiskan obatnya tetapi tidak lagi memeriksakan dirinya setelah obatnya
habis.
Pasien mengatakan jika makan sehari-hari pasien tidak bisa makan jika tidak ada
kecap. Setiap kali pasien makan, kecap selalu di tabuhkan di atas nasinya. Makan
lauk pauk seadaanya di sertai teh panas.
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu:
289mg/dl
rencana pemeriksaan gula darah puasa hari kamis 07 desember 2017
Riwayat Sosial dan Exposure
◦ Community
Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama istri , Rumah pasien berada di
perkotaan Donggala dan merupakan lokasi yang padat penduduk. Jarak antara rumah satu
dengan yang lainnya berdekatan tidak ada jarak. Bagian depan rumah pasien merupakan jalan
kecil yang dilalui oleh banyak kendaraan.
Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk
dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan
pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian,
perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi.
◦ Home
◦ Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan jumlah penghuni oleh 2 orang penghuni, yakni pasien
dan istri. Dinding rumah terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Terdapat jendela namun
jarang dibuka sehingga pencahayaan di rumah kurang. Ventilasi udara >10 % luas lantai. Dalam rumah
terdapat 5 ruangan, yaitu 1 ruang tamu dan keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur dan ruang
makan. Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumur yang
sudah terhubung mesin pompa.
◦ Personal habbit
Pasien memiliki kebiasaan makan. Pasien makan masakan istrinya dan biasa berjalan kaki jika
bepergian hanya dalam batas desa.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur. (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
◦ Diet
Pasien makan tidak teratur, 2-3 kali dalam sehari. Pasien makan di rumah dengan
masakan di rumah sayur-mayur, lauk-pauk berupa tahu, tempe, dan terkadang telur, ikan, atau ayam.
Pasien rutin mengkonsumsi air putih sebanyak 8-10 gelas per hari.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal kabohidrat,
protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Kabohidrat : 60 – 70%
Protein : 10 – 15%
Lemak : 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan
dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg
BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan
kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan
kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk
aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal
◦ Drug
Pasien tidak memiliki alergi obat.
Pada kasus ini pasien di berikan obat :
Amlodipin 5mg 1x1, metformin 500mg 3x1.

Pada dasarnya ada beberapa jenis insulin yang dapat di berikan kepada pasien DM. pemberian obat dan dosis
di sesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Pemicu Sekresi Insulin
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan
utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masihh boleh diberikan kepada pasien dengan berat
badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal
ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang
(PERKENI, 2006).
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid
(derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati

Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin (Tiazolidindion)


Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Penghambat Glukoneogenesis (Metformin)
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga
memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5
mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit
serebrovaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual.
Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.

Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)


Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai
efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.
Riwayat Psikologi
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang besar dari keluarganya. Istri dan anak pasien
selalu merawat dan menjaga pasien ketika pasien sakit.
Riwayat Ekonomi
Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah.
Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Hal tersebut dapat dilihat dari keluarga
pasien yang selalu menemani dan merawat pasien saat datang berobat.
Riwayat Sosial
Penyakit yang diderita pasien mengganggu aktivitas pasien dan keluarganya karena sakit pasien
perlu istirahat.
Aspek personal
Tn R 78 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari pasien, istri
dan sebelas orang anaknya
Tn. R menderita Diabetes Melitus.
◦ Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya yang diderita pasien bisa
sembuh.
◦ Concern : pasien merasa karena penyakit tersebut, pasien menjadi tidak bisa beraktivitas seperti
biasa.
◦ Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh agar dapat kembali dalam
keadaan seperti biasa.
◦ Anxiety : pasien khawatir jika penyakitnya menjadi lebih parah
Aspek klinis
Diagnosis kerja : Diabetes Melitus Tipe 2
Diagnosis diferensial : Myalgia, Tension type Headache

Aspek faktor intrinsik


Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat diabetes mellitus, yaitu Ibu
kandung pasien. Pasien sering lupa untuk minum obat dan tidak teratur untuk
kontrol gula darahnya. Pasien juga masih sulit mengontrol dan membantasi
mengkonsumsi makan-makanan dengan kadar gula tinggi (tidak menjaga pola
makan sesuai diet penderita diabetes mellitus).
Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor risiko eksternal individu meliputi :
Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang cukup padat
sehingga pergerakan menjadi sempit dan lahan untuk berolahraga kurang.
Ventilasi dan jendela rumah yang masih kurang sehingga pencahayaan dan
pertukaran udara menjadi kurang
Perilaku keluarga dalam menyediakan makanan yang tidak sesuai dengan diet
penderita diabetes mellitus
Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 3, pasien dapat merawat diri dan
melakukan pekerjaan ringan.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
◦ Personal care
Initial Plain
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
◦ Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Gula Darah Puasa dan Gula Darah 2 jam post prandial
◦ Pemeriksaan HbA1C

Non Medikamentosa
Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi dan seimbang.
Diet tinggi protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan tinggi serat
Medikamentosa
◦ Metformin 500 mg 3x1 sehari
◦ Vit. B comp 2x1
◦ Amlodipin 1x1
KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
◦ Edukasi untuk minum obat secara teratur
◦ Penjelasan keluarga pasien tentang penyakit diabetes melitus serta pencegahan komplikasi.
◦ Mulai membiasakan diri tidak memakan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi lemak
◦ Tanda-tanda kegawatan atau muncul komplikasi dari diabetes mellitus segera bawa pasien
ke rumah sakit
◦ Olahraga teratur
◦ Kontrol setiap bulan kepuskesmas untuk cek gula darah
Monitoring
Pasien secara rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan 1 minggu setelah
keluhannya berangsur pulih untuk memantau gula darah dan keefektifan pengobatan.

◦ Family Focus
◦ Memberikan pengatahuan kepada keluarga pasien tentang pencegahan terjadinya komplikasi Diabetes Melitus.
◦ Meningkatkan imunitas pasien dengan makan makanan bergizi dan seimbang.
◦ Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari keluarga

◦ Community Focus
◦ Pasien juga mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis lainnya
◦ Menjaga gaya hidup sehat di lingkungan tempat tinggal oleh seluruh warga desa tempat pasien tinggal
DAFTAR PUSTAKA

Scobie I.N. Atlas of diabetes mellitus. 3rd. ed. Healthcare: Informa UK, England. 2007
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta. 2011/
Nainggolan, O. d.k.k. Determinan Diabetes Melitus. Jakarta : Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2013
Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006
Foster DW. Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000;
Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses Edisi 6. Jakarta;2014;
Ndraha, S. Diabetes Melitus Tipe II dan Tatalaksana Terkini. Jakarta : Medicinus. 2014.
Arifin, A.L. Panduan Terapi Diabetes Melitus Tipe II terkini. Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD. 2013
Haeria. Pelayanan Kefarmasian Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Makassar : Jurnal Kesehatan. 2009.
Suyono S. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007;
Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas. Diabetes Melitus. Jakarta; Departemen kesehatan R.I. 2007.
Casqueiro J, Casqueiro J, Alves C. Infection in patients with diabetes mellitus: a review of pathogenesis. Indian J Endocr Metab 2012;
Quan, Diana. 2014. Diabetic Neuropathy. Diunduh di www.emedicine.medscape.com
Bhavsar, Abdhish R. 2014. Diabetic Retinopathy. Diunduh di www.emedicine.medscape.com
Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes : mekanisme terjadinya, diagnosis dan strategi pengelolaannya. Dalam : buku ajar ilmu penyakit dalam. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : balai penerbit FKUI, 2006;

Anda mungkin juga menyukai