Anda di halaman 1dari 43

TUTORIAL

“KARDIOTOKOGRAFI”
Pembimbing:
dr. Aranda Tri, Sp.OG.

Ratih Andriani (2013730000)


Rinaldy Agung Kurnia (2013730000)
Aulia Febriana Romadhona (2013730000)
Nia Fitriyani (2013730000)
Ferdi Ragil Hidayat (2013730000)
Muhammad Indra Jodi (2013730000)
Wulandari (2013730121)
Sari Rahmawati Tajudin (2013730000)
Rizkianna Narwiningtyas (2013730000)
Agus Jamjam Maulana (2011730000)
Sarah Nadia Rahmayanti (2012730097)
PENDAHULUAN
Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia
janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian
atau kerusakan yang permanen pada janin.

Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama


dengan bantuan peralatan elektronik, seperti
ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG)
KARDIOTOKOGRAFI

DEFINISI
Kardiotokografi merupakan salah satu alat
elektronik yang digunakan untuk tujuan penilaian
pola denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin.
Indikasi Pemeriksaan
IBU JANIN :

 Pre-eklampsia-eklampsia
 Pertumbuhan janin
 Ketuban pecah
 Diabetes melitus
terhambat (PJT)
 Kehamilan≥ 40 minggu  Gerakan janin berkurang
 Asthma bronkhiale  Suspek lilitan tali pusat
 Inkompatibilitas Rhesus atau  Aritmia, bradikardi, atau
ABO takikardi janin
 Infeksi TORCH  Hidrops fetalis
 Bekas SC  Kelainan presentasi,
 Induksi atau akselerasi termasuk pasca versiluar.
persalinan
 Persalinan preterm  Mekoneum dalam cairan
 Hipotensi ketuban
 Perdarahan antepartum  Riwayat lahir mati
 Ibu berusia lanjut  Kehamilan ganda
KONTRAINDIKASI KTG

• Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi


pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun janin.
Pengaturan Denyut Jantung Janin

•Berada dalam miokardium


Sistem saraf
simpatis

• Terdiri dari serabut n.vagus dari batang otak.


Mengatur nodus SA,VA, dan neuron diantara atrium
Sistem saraf dan ventrikel jantung
parasimpatis

• Terletak pada aorta dan sinus karotid


• ↑ TD → merangsang n.Vagus dan n.glosofaringeus pd
batang otak → penekanan aktftas jantung (↓freq DJJ
Baroreseptor dan curah jantung )
•Bgn perifer (karotid dan korpus aortik) dan bgn sentral
Kemoreseptor
(batang otak) mengatur O2 dan CO2 dlm darah dan
crn.serebrospinal

SSP •Aktifitas otak ↑ sesuai dg bertambahnya variabilitas DJJ


dan gerakan janin

Stm. Hormonal •Hipoksia → medula adrenal mengelaurkan epinefrin


dan norepinefrin→↑ kontraksi jantung
Karakteristik
Gambaran DJJ

DJJ dasar Perubahan


(baseline fetal heart periodik/episodik DJJ
rate) (reaktivity)

frekuensi dasar dan a/ perubahan DJJ


variabilitas DJJ saat yang terjadi akibat
uterus dalam keadaan kontraksi uterus atau
istirahat (relaksasi). ada gereakan janin
Frekwensi Dasar Denyut
Jantung Janin
 Normal : 120-160 dpm
 Takikardi : > 160 dpm
Bila terjadi peningkatan frekwensi yang berlangsung cepat
(< 1-2 menit) disebut Akselerasi.
Peningkatan denyut jantung janin pada keadaan akselerasi ini
paling sedikit 15 dpm diatas frekwensi dasar dalam waktu 15 detik.
 Bradikardi : < 120 dpm
Bila terjadi penurunan frekwensi yang berlangsung cepat
(< 1-2 menit) disebut Deselerasi
Takikardi Bradikardi

Dapat terjadi pada Dapat terjadi pada


kehamilan : kehamilan :
 Hipoksia jaringan  Hipoksia janin
(ringan/kronik)
(berat/akut)
 Kehamilan preterm (<30
minggu)  Hipotermi janin
 Infeksi ibu atau janin  Bradiaritmia janin
 Ibu febris atau gelisah  Obat-obatan
 Ibu hipertiroid (propanolol, obat
 Takhiaritmia janin anastesi lokal)
 Obat-obatan (misal : artopin,  Janin dengan kelainan
betamimetik) jantung bawaan
Takikardi Bukan Karna
Hipoksia
 Janin pada kehamilan kurang dari 30 minggu.
 Infeksi pada ibu atau janin (khorioamnionitis).
 Anemia janin.
 Ibu gelisah.
 Kontraksi uterus yang terlampau sering (takhisistolik).
 Ibu hipertiroid.
 Obat (atropin, skopolamin, ritrodrin, isoxsuprin, dsb).
 Takiaritmia janin (biasanya di atas 200 dpm)
Bradikardi bukan karna hipoksia
 Kehamilan postterm.

 Hipotermia.

 Janin dalam posisi oksiput posterior atau oksiput


melintang.

 Obat ( propranolol, analgetika golongan –kain ).

 Bradiaritmia janin.
Variabilitas DJJ

Variabilitas DJJ adalah gambaran osilasi ireguler (tidak teratur) yang

terlihat pada rekaman DJJ.

– Variabilitas normal : Amplitudo berkisar antara 5 – 25 dpm.

– Variabilitas berkurang : Amplitudo 2 – 5 dpm.

– Variabilitas menghilang : Amplitudo kurang dari 2 dpm.

– Variabilitas berlebih ( Saltatory ) : Amplitudo lebih dari 25 dpm.


Variabilitas normal dan Variabilitas menghilang
Variabel DJJ berkurang bukan karna
hipoksia

• Janin tidur (suatu keadaan fisiologis dimana aktivitas otak


berkurang).

• Janin anensefalus (korteks serebri tidak terbentuk).

• Janin preterm (sistem persarafan belum sempurna).

• Obat (narkotik, diazepam, MgSO4, betametason).

• Blokade vagal.

• Defek jantung bawaan.


Perubahan
episodik/periodik
DJJ

Akselerasi Deselerasi
(respon (respon
simpatetik) parasimpatik)

Deselerasi Deselerasi
Deselerasi dini
Lambat variabel

↓ DJJ sesaat yang ↓ DJJ yang terjadi


terjadi bersamaan beberapa akibat kontraksi
dengan timbulnya saat setelah uterus
kontraksi. kontraksi dimulai.
Akselerasi
Respon simpatetik, dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut
jantung janin, suatu repon fisiologik yang baik (reaktif).
Ciri-ciri akselerasi yang normal
1. Peningkatan djj (amplitudo) sebesar 15 dpm/ >
2. Berlangsung selama 15’’/>
3. Terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20’
4. Terjadi akibat gerakan atau stimulasi janin.

Akselerasi yang berlangsung selama 2 – 10 menit disebut akselerasi


memanjang ( prolonged acceleration ).
Yang Penting dibedakan antara akselerasi oleh
kontraksi dan gerakan janin :

• Akselerasi yang sergam (Uniform acceleration)


 Terjadinya akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus.
• Akselerasi yang bervariasi (Variable acceleration) 
Terjadinya akselerasi sesuai dengan gerakan atau
rangsangan pada janin.
Deselerasi
Merupakan respon parasimpatis (n. Vagus)
melalui reseptor-reseptor
(baroreseptor/kemereseptor) sehingga
menyebabkan penurunan frekuensi denyut
jantung.
Deselerasi dini
penurunan DJJ sesaat yang terjadi bersamaan dengan timbulnya kontraksi.
1. Timbul dan berakhirnya deselerasi sesuai dg saat timbul dan
berakhirnya kontraksi
2. Nadir (bagian terendah) deselerasi terjadi pada saat puncak kontraksi.
3. Penurunan djj pada deselerasi dini biasanya tidak mencapai 100 dpm
(Penurunan tidak lebih dari 20 dpm)
4. lamanya deselerasi kurang dari 90’’
5. Tidak mempunyai arti patologis jika tidak disertai kelainan pada
gambaran djj lainnya.
6. Deselerasi dini terjadi oleh penekanan kepala janin oleh jalan lahir
yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang refleks vagal.
Deselerasi lambat

Penurunan DJJ yang terjadi beberapa saat


setelah kontraksi dimulai

Ciri-ciri :
– Timbuknya sekitar 20 – 30’’ setelah kontraksi uterus
dimulai
– Berakhirnya sekitar 20 – 30’’ setelah kontraksi uterus
menghilang
– Lamanya kurang dari 90’’ ( rata-rata 40 – 60’’)
– Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya
sesauai dengan intensitas kontraksi uterus
– Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takikardi
ringan, akan tetapi pada keadaan hipoksia yang
berat bisa brakdikardi.
Deselerasi variabel
Paling sering terjadi akibat kontraksi uterus, terutama pada partus kala II, penyebabnya
tersering adalah kompresi tali pusat.
Ciri-ciri :
• Gambaran deselerasi bervariasi, saat timbul, lama, amplitudo dan bentuknya
• Saat dimulai dan berakhirnya terjadi dg cepat dan penurunan frekuensi dasar DJJ
(amplitudo) bisa sampai 60 dpm
• Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pradeselerasi) atau sesudah (akselerasi
pascadeselerasi) terjadinya deselerasi
Deselerasi variable berat apabila memenuhi rule of sixty yaitu
deselerasi mencapai 60 dpm/ > di bawah frekuensi dasar DJJ dan lamanya
deselerasi > 60 detik.

Bila terjadi berulang terlalu sering atau deselerasi variabel yang


memanjang (prolonged) waspada terjadinya hipoksia janin yang berlanjut.

Tanda-tanda deselerasi variabel yang berbahaya bagi janin adalah:

– Terjadinya lebih lambat dari saat timbulnya kontraksi.

– Pemulihan (menghilangnya) deselerasi berlangsung lambat.

– Variabilitas djj berkurang, atau meningkat secara berlebihan.

– Menghilangnya akselerasi pra- dan pasca-deselerasi.

– Semakin beratnya derajat deselerasi variabel.


INTERPRETASI HASIL KTG
Non-stress test (NST)
Menilai hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin.

Penilaian dilakukan terhadap


– frekuensi dasar DJJ

– variabilitas,

– akselerasi yang menyertai gerakan janin.


Tehnik pemeriksaan NST
• Pasien berbaring posisi semi-Fowler / menggoyang kepala atau bagian janin
sedikit miring ke kiri. untuk memperbaiki lainnya, atau dengan rangsang vibro-
sirkulasi darah ke janin dan mencegah akustik (dengan membunyikan bel, atau
terjadinya hipotensi. dengan menggunakan alat khusus untuk
• Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan keperluan tersebut).
pengukuran TTV • Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal
• Aktivitas gerakan janin diperhatikan antara 120 – 160 dpm).
dengan cara: • Setiap terjadi gerakan janin diberikan
– Menanyakan kepada pasien. tanda pada kertas KTG.
– Melakukan palpasi abdomen. • Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara
– Melihat gerakan tajam pada rekaman 5 – 25 dpm).
tokogram (kertas KTG).
• Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
• Bila dalam beberapa menit pemeriksaan
tidak terdapat gerakan janin,dilakukan
perangsangan janin, misalnya dengan
Interpretasi NST (harus ada gerakan)
Reaktif Non-reaktif Meragukan

Baseline 120 – 160 dpm Abnormal abnormal


<120 dpm, atau >
160 dpm

Band (variabilitas) 6 – 25 dpm Normal/ normal


berkurang/menghi
lang

Akselerasi 10 – 15 dpm X < 10 dpm

Gerakan janin Min 2x dalam 20’ X dlm 20’ < 2x dalam 20’
Hasil Meragukan → hasil diulang dalam waktu 24 jam
atau dilanjutkan dengan pemeriksaan Contraction Stress
Test (CTS)

Hasil pemeriksaan NST abnormal (reaktif maupun


nonreaktif) :
1. Bradikardi
2. Deselerasi 40 dpm / >, dibawah frequensi dasar atau
DJJ mencapai 90 dpm, lamanya 60’’ atau >
Contraction stress test (CST)

Menilai hubungan gambaran djj dan kontraksi uterus.

Dalam pemeriksaan ini dilakukan pengamatan terhadap

• frekuensi dasar DJJ

• Variabilitas

• Perubahan periodic (akselerasi atau deselrasi) djj


akibat kontraksi uterus.
Tehnik pemeriksaan CST
• Pasien berbaring dalam posisi semi- adekuat. Apabila selama stimulasi terjadi
Fowler/ sedikit miring ke kiri. deselerasi lambat meskipun kontraksi

• Sebelum pemeriksaan dimulai, ukur TTV belum adekuat, maka pemeriksaan harus

,tensi diukur setiap 10-15 menit (dicatat segera dihentikan dan hasilnya dinyatakan

pada kertas KTG). positif.

• Perhatikan timbulnya kontraksi uterus, • Pengamatan dilakukan terhadap

yang dapat dilihat pada kertas KTG. frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan

Kontraksi uterus dianggap adekuat bila perubahan periodik djj akibat kontraksi

terjadi 3 kali dalam 10 menit. • Pemeriksaan dianggap cukup bila

• Bila tidak terjadi kontraksi uterus setelah didapatkan kontraksi yang adekuat

beberapa menit pemeriksaan,dilakukan selama 10 menit. Stimulasi oksitosin harus

stimulasi, misalnya dengan cara Pemberian segera dihentikan, dan pasien diawasi terus

oksitosin (inhalasi,sublingual). Stimulasi sampai kontraksi menghilang.

dilakukan sampai timbul kontraksi yang


Interpretasi CST
Negatif Positif mencurigak Tdk Hiperstimul
an memuaskan asi

Baseline Normal < 100 110 – 109 Abnormal Abnormal


(120 – 150) > 170 150 – 170
Band Normal Berkurang/ < 5 x dlm Kontraksi tdk 5 kali/>
menghilang 40’’ adekuat dalam 10’,
lamanya
>90’’

akselerasi √ sporadis / X √ periodik Hasil √/X


X rekaman tdk
baik
Deselerasi X des.lambat √ des. √ des. des. Lambat
√ des. Dini Lambat Lambat
berulang <50% dri
jmlh
kontraksi
√ des
variabel
Hasil CST yang mencurigakan harus terus diobservasi
secara ketat (CST diulang setiap 30 – 60 menit); bila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan Ph darah
janin. Hasil CST yang tidak memuaskan harus
diulang dalam waktu 24 jam. Bila terdapat
hiperstimulasi, kontraksi harus segera dihilangkan
(tokolisis) dan kehamilan/persalinan diakhiri
Kontraindikasi CST
Mutlak

– Adanya risiko ruptur uteri, misalnya bekas section sesarea atau


miomektomi

– Perdarahan antepartum: plasenta previa, solusio plasenta.

– Ketuban pecah dini

– Tali pusat terkemuka

– Vasa previa.

Relatif

– Persalinan preterm

– Kehamilan kembar (< 36 minggu)

– Inkompetensia serviks
CONTOH KASUS CTG
G1P0A0 hamil 38 minggu, datang dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam SMRS.
G4P3A0 hamil 37 minggu, dengan rencan SC atas
indikasi hipertensi kronis
G1P0A0 hamil 38-39 minggu, datang dengan keluhan
mulas sejak 1 hari SMRS. Mulas terasa sering dan disertai
dengan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu.
G1P0A0 hamil 38 minggu, datang dengan keluhan
mulas-mulas sejak 1 hari SMRS
Terimakasih ..

Anda mungkin juga menyukai