Managemen Stroke, Cedera Kepala Dan Cedera Medula
Managemen Stroke, Cedera Kepala Dan Cedera Medula
OLEH
TARWOTO
10/27/2018 Cidera Kep_SUnardi 2
Fungsional otak
3. Sirkulasi (circulation)
_Hipotensi– iskemik—kerusakan sekunder otak.
Hipotensi jarang akibat kelainan intrakranial,
sering ekstrakranial, akibat hipovolemi,
perdarahan luar, ruptur organ dalam, trauma
dada disertai tamponade jantung atau
pneumotorak, shock septik.
_Tindakan: hentikan sumber perdarahan,
perbaiki fungsi jantung ,menggantidarah yang
hilang dengan plasma, darah
10/27/2018 Cidera Kep_SUnardi 7
Kegawatan
• Tekanan Intra Kranial meninggi
_Terjadi akibat vasodilatasi, udem otak,
hematom
_Untuk mengukurnya sebaiknya dipasang
monitor TIK. TIK normal adalah 0-15 mmHg.
Diatas 20 mmHg sudah harus diturunkan
dengan:
1. Hiperventilasi
2. Setelah resusitasi ABC lakukan hiperventilasi
terkontrol dengan pCO2 27-30 mmHg.
Dipertahankan selama 48-72 jam lalu dicoba
dilepas, bila TIK naik lagi diteruskan selama 24-
48 jam. Bila tidak turun periksa AGD dan CT
scan untuk menyingkirkan hematom
10/27/2018 Cidera Kep_SUnardi 8
Lanjutan Penatalaksanaan
Oleh
Tarwoto
PENGERTIAN
a. Stroke Iskemia
Iskemia terjadi akibat surplay darah ke jaringan otak
berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau
sebagian pembuluh darah otak.
b. Stroke Haemoragik
Stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid,
mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak tertantu. Biasanya terjadi pada saat pasien
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun juga pada
kondisi istrirahat.
2. Klasifikasi stroke berdasarkan perjalanan
penyakit
a. Transient Iskemic Attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang
timbul secara tiba-tiba dan menghilang dalam
beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala
yang muncul akan hilang secara spontan dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Progresif (Stroke in Evolution)
Perkembangan stroke terjadi berlahan-lahan
sampai akut, munculnya gejala makin memburuk.
Proses progresif beberapa jam sampai beberapa
hari.
c. Stroke Lengkap (Stroke Complete)
Gangguan neurologik yang timbul sudah
menetap atau permanen, maksimal sejak awal
MANIFESTASI KLINIS
• Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran
lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut
gejala klinis meliputi :
• Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah
(hemiparesis) yang timbul secara mendadak.
• Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota
badan
• Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor
atau koma)
• Afasia ( kesulitan dalam bicara )
• Disartria ( bicara cadel atau pelo)
• Gangguan penglihatan, diplopia
• Ataksia
TEST DIAGNOSTIK
• Computerized Tomografi Scaning (CT Scan) : Mengetahui area
infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena.
• Elektro Encephalografi (EEG) : Mengidentifikasi masalah didasrkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
• Angiografi Serebral : Membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik
oklusi atau ruptur.
• Sinar X tengkorak : Mengetahui adanya kalsifikasi karotis interna
pada trombosis cerebral.
• Pungsi Lumbal : Menunjukkan adanya tekanan normal, Jika tekanan
meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik
subarachnoid atau perdarahan intrakranial. Kontraindikasi pada
peningkatan tekanan intrakranial.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pada fase akut
• Pertahankan jalan napas , pemberian oksigen, penggunaan
ventilator.
• Monitor peningkatan tekanan intrakranial
• Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
• Monitor Jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
• Evaluasi status cairan dan elektrolit
• Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan,
dan cegah resiko injuri.
• Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
lambung dan pemberian makanan.
• Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan
antikoagulan.
• Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,
keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial
b. Fase rehabilitasi
• Pertahankan nutrisi yang adekuat
• Program managemen bladder dan bowel
• Mempertahankan keseimbangan tubuh
dan rentang gerak sendi (ROM)
• Pertahankan integritas kulit
• Pertahankan komunikasi yang efektif
• Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
• Persiapan pasien pulang.
2. Pembedahan
• Dilakukan jika perdarahan serebrum
diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih
dari 50 ml untuk dekompresi atau
pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal
bila ada hidrosefalus obstruktif akut.
3. Terapi obat-obatan
• Manitol : 20 %
• Antihipertensi
• Anti konvulsi
INTERVENSI
Rencana Tindakan
1. Kaji status neurologik setiap jam
Antifibrolitik : Amicar
Antihipertensi
Steroid, dexametason
Fenitoin, fenobarbital
Pelunak feses
17. Bantu pasien untuk pemeriksaan
diagnostik.
TRAUMA MEDULA SPINALIS
PENGERTIAN
3. Spasme otot
• Gangguan spasme otot terutama terjadi pada truma komplit
tranversal, dimana pasien terjadi ketidakmampuan melakukan
pergerakan.
4. Spinal shock
• Tanda dan gejala spinal shock meliputi flacid paralisis dibawah garis
kerusakan, hilangnya sensasi, hilangnya refleks-refleks spinal,
hilangnya tonus vasomotor yang mengakibatkan tidak stabilnya
tekanan darah, tidak adanya keringat dibawah garis kerusakan dan
inkontinensia urine dan retensi feses.
5. Autonomic dysreflexia
• Autonomic dysreflexia terjadi pada cedera
thorakal enam keatas, dimana pasien
mengalami gangguan refleks autonom seperti
terjadinya bradikardia, hipertensi paroksimal,
distensi bladder.
• Keseimbangan cairan
• Ggn eliminasi
• Body image
• Ggan mobilisasi
• Nutrisi
• dll
ASKEP HNP