Anda di halaman 1dari 32

Disusun Oleh :

Ni Made Yogaswari S.Ked


FAB 118 007

Pembimbing :
dr. HYGEA TALITA P. TOEMON, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK
KSM ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UPR
Anamnesis dilakukan dengan pasien
sendiri (autoanamnesis) dan Suami
pasien (alloanamnesa) pada Jumat, 12
Oktober 2018, pukul 05.30 WIB di
ruang Nusa Indah kelas III (Kamar 2)
 Nama : Ny. MR
 Usia : 30 Tahun
 No. MR : 16.66.35
 Agama : Kristen - Katolik
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jl. Damang Sawang, Tumbang Anjir
 Tanggal MRS : 10 Oktober 2018, pukul 15.15 WIB
Keluhan Utama
Kaki dan Tangan
Lemas
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
o Kedua tungkai terasa lemas sejak 3 hari SMRS. Diawali pegal-pegal pada kedua tungkai. Rasa pegal-
pegal ini kemudian diikuti rasa kram yang terjadi di paha kiri, betis kiri dan kanan bersamaan,
selanjutnya kram dirasakan pada kedua tungkai.
o Kemudian 2 hari setelah itu, kram dirasakan pada kedua bahu dan lengan. Jari-jari pun terasa sangat
kaku dan sulit untuk digerakkan.
o Sebelum tungkai terasa lemas pasien mengaku mengikuti perjalanan jauh selama 3 hari.
o Os mengaku ada muntah 4 kali. Awalnya muntah berisi makanan, kemudian hanya berisi cairan kurang
lebih setengah gelas air mineral setiap kali muntah. Nyeri ulu hati (+). Penurunan nafsu makan (+). BAB
(-). BAK (+) normal.
o Memakan makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, seperti nasi, tepung atau jagung dalam jumlah
yang banyak disangkal, melakukan latihan fisik berat dalam waktu dekat, memakan obat-obatan
tertentu, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dalam waktu dekat disangkal.
 Riwayat keluhan serupa (+) sejak 1 tahun yang lalu, hipertensi (-), DM (-), kejang
(-), dan trauma (-)

 Riwayat keluhan serupa (-), hipertensi (-), DM (-), dan kejang (-)
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : E4M6V5
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Laju nadi : 81x/menit, kuat angkat, dan
regular
 Laju napas (RR) : 18x/menit (thorako-abdominal)
 Suhu : 36,8oC di axilla
Kepala : Tampak pucat
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor +/+
Hidung : NCH (-), Rhinorea (-) , deviasi (-/-)
Mulut : Bibir kering (-) faring hiperemis (-) tonsil T1-T1
Telinga : simetris +/+, sekret (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran tiroid (-)
↑ JVP (-)
Pulmo
Inspeksi Simetris kiri = kanan, ketertinggalan gerak (-), bentuk
normal
Palpasi Fremitus vokal kanan = kiri, ekspansi dada kiri =
kanan
Perkusi Sonor di semua lapang paru
Auskultasi Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki kering -/-
Cor
Inspeksi Thrill (-), IC tidak terlihat
Auskultasi  S1-S2 tunggal dan regular, murmur (-), gallop (-)
 Heart rate = 81/menit, regular, tunggal
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V di lin. midclavicularis sx
Perkusi Kesan batas jantung normal
ABDOMEN
Inspeksi Tampak datar, caput medusa (-), vena kolateral (-)
Auskultasi Peristaltik usus 8x/menit (normal)
Palpasi Pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), nyeri
tekan (-)
Perkusi Pekak hepar terdengar, lapang abdomen lainnya
timpani
EXTREMITAS
Extremitas superior dextra Extremitas superior sinistra
 Akral hangat, CRT <2 detik  Akral hangat, CRT <2 detik
 Edema (-), palmar eritema (-),  Edema (-), palmar eritema (-),
Tremor (-) tremor (-)

Extremitas inferior dextra Extremitas inferior sinistra


 Akral hangat, CRT <2 detik,  Akral hangat, CRT <2 detik,
sianosis (-) sianosis (-)
 Edema pretibial (-), tremor (-)  Edema pretibial (-), tremor (-)
Status Present Temuan
Kesadaran Compos mentis
GCS E4V5M6
Tingkah laku Normal
Perasaan hati baik
Orientasi Orientasi waktu, tempat, personal
baik
Jalan pikiran Normal
Kecerdasan Normal
Daya ingat kejadian Normal
Kemampuan bicara Baik
Cara berjalan Sedikit bergoyang dan tidak stabil
Gerakan abnormal Tidak ada
Status Temuan
N. I Tidak dilakukan
N. II Visus dan lapang pandang normal, refleks cahaya +/+
N. III, IV, VI Ptosis (-/-), gerakan bola mata normal (paralisis (-)),
ukuran pupil 3mm/3mm, diplopia (-/-), nistagmus (-/-)
N. V Sensorik dan motorik normal, refleks kornea (+/+),
refleks masseter normal
N.VII Kerutan dahi simetris, kelopak mata menutup kuat, sudut
nasolabialis simetris,
N. VIII Pemeriksaan N. VIII tidak dilakukan
N. IX, X Deviasi uvula (-), menelan masih baik
N. XI Kontraksi M. sternocleidomastoideus dan trapezius
normal.
N. XII Deviasi lidah (-), atrofi (-), lidah tremor (-)
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 4 4 4 4
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonu
s
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas + + + +
Nyeri - - - -
Refleks + + + +
Fisiologis
Refleks - - - -
Patologis
Tremor - - - -
Indikator Nilai Rujukan Hasil
Hb 11,0 - 16,0 g/dL 13,1 g/dL
Leukosit 4.000 - 10.000/μL 23.680/uL
Hematokrit 37-54% 37,0%
Trombosit 150.000 – 400.000/μL 432.000/μL
GDS <200 mg/dL 77 mg/dL
Na 135 - 148 mmol/L 142 mmol/L
K 3,5 - 5,3 mmol/L 1,5 mmol/L
Ca 0,98 - 1,2 mmol/L 1,13 mmol/L
Creatinin 0,7-1,5 mg/dl 1,40 mg/dl
 Muntah
 Badan lemas dan kelemahan ekstremitas
 Nafsu makan menurun
 Hipokalemia
 Leukositosis
 trombositosis
 Diagnosa klinik : Tetraparese
leukositosis
hipokalemia
trombositosis

 Diagnosis topik : Tetraparese

 Diagnosis kausal : Hipokalemia


 IVFD NaCl drip KCL 50 cc  25 tpm
 Inj. Mecobalamin 2 x 500mg
 Inj. Cefriaxon 2 x 1 gram
 Inj. Sangobion 2 x 1
 PO. KSR 3 x 1
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia
• Kelemahan/kelumpuhan parsial
ringan/tidak lengkap/kondisi yang
ditandai hilangnya sebagian
Paresis gerakan/gerakan terganggu.

• Hilangnya sebagian fungsi otot untuk


satu/lebih kelompok otot yang dapat
menyebabkan gangguan mobilitas bagian
Kelemahan yang terkena.

19
JENIS-JENIS 20

PARESE
Monoparesis Hemiparesis Paraparesis Tetraparesis
TETRAPARESE 21

• Dikenal juga sebagai Quadriparesis


• “tetra” : dari bahasa Yunani
• “quadra” : dari bahasa latin
• Merupakan paresis/ kelemahan/ hilangnya sebagian
fungsi motorik pada keempat ekstremitas 
disebabkan oleh penyakit atau trauma
• Penyebab : Kerusakan otak, kerusakan SS Perifer,
Kerusakan Neuromuskuler, atau penyakit otot
Menurut The National Spinal Cord Injury 22

Data Research Centre :

 Angka insidensi tetraparesis 200.000 per tahun


di AS, 20 per 100.000 penduduk
 Angka kejadian adalah sekitar 1 diantara
100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan
biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan
pertama bervariasi dari 1–20 tahun, frekuensi
serangan terbanyak di usia 15–35 tahun dan
kemudian menurun dengan peningkatan usia.
PERIODIK PARALISIS
23

Gangguan pada
ion kalium
(hipokalemia
Tidak mengenai yang tersering)
otot-otot kranial
dan otot
Kelemahan akut pernafasan
anggota gerak,
umumnya
keempat anggota
gerak yang
bersifat flaksid.
HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
24

Hipokalemi periodik paralisis (HypoKPP) 


salah satu bentuk primer dari periodik paralisis ,
disebabkan oleh satu atau lebih mutasi pada
channel ion calcium, sodium, potasium di
membran otot.
Serangan akut, tiba2 potasium masuk kedalam
sel, sehingga kadarnya rendah diplasma, bisa
mencapai kurang dari 1,5 meq/L.
Paralitik Miopatik 25

Lebih sering. Serangan episodik Serangan tidak bervariasi

Kelemahan saat aktivitas berlebihan


Bervariasi (fattique hingga flaksid),
dan setelah usia pertengahan jadi
dicetuskan o/ turunnya kadar K di
permanent muscle weakness
serum
(PMW).

Sekitar 25% jatuh ke tipe miopatik


Pasien tidak pernah mengalami
atau permanent muscle weakness
serangan lumpuh yang episodik
(PMW)
DIAGNOSA 26

• Riwayat kelemahan yang periodic


• Kelemahan : otot kaki dan tangan, tetapi
kadang- kadang dapat mengenai otot mata, otot
pernafasan dan otot untuk menelan, di mana
kedua keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal.
• ECG menunjukkan sinus bradikardi dan tanda2
hipokalemi (gel T datar, gel U tinggi di lead II,
V2, V3, and V4, dan depresi segmen ST)
ETIOLOGI
 Hipokalemia dapat terjadi karena
adanya faktor pencetus tertentu,
misalnya makanan dengan kadar
karbohidrat tinggi, istirahat
sesudah latihan fisik, perjalanan
jauh, pemberian obat, operasi,
menstruasi, konsumsi alkohol
 Kadar insulin juga dapat
mempengaruhi kelainan ini pada
banyak penderita, karena insulin
akan meningkatkan aliran kalium
ke dalam sel.

27
KLASIFIKASI

28
 adanya redistribusi kalium ekstraselular ke dalam cairan intraselular secara akut
tanpa defisit kalium tubuh total.
 Kelemahan otot terjadi karena kegagalan otot rangka dalam menjaga potensial
istirahat (resting potential)
 Kegagalan mengontrol kanal ion ini akan menyebabkan influks K+ berlebihan ke
dalam sel otot rangka dan turunnya influks kalsium ke dalam sel otot rangka
sehingga sel otot tidak dapat tereksitasi secara elektrik, menimbulkan kelemahan
sampai paralisis.
 Terapi bersifat simtomatik, bertujuan menghilangkan gejala kelemahan otot yang
disebabkan hipokalemia.
 Terapi berupa pemberian kalium oral, modifikasi diet dan gaya hidup untuk
menghindari pencetus, serta farmakoterapi
 Disarankan pemberian kalium oral dengan dosis 20-30 mEq/L setiap 15-30 menit
sampai kadar kalium mencapai normal.
 Kalium klorida (KCl) adalah preparat pilihan untuk sediaan oral. Suplementasi
kalium harus diberikan hati-hati karena hiperkalemia akan timbul saat proses
redistribusi trans-selular kalium berhenti
 Pada kasus berat atau dengan manifestasi perubahan EKG, harus diberikan kalium
intravena (IV) 0,5 mEq/ kg selama 1 jam, infus kontinu, dengan pemantauan ketat.
 Pasien yang memiliki penyakit jantung atau dalam terapi digoksin juga harus
diberi terapi kalium IV dengan dosis lebih besar (1 mEq/kg berat badan) karena
memiliki risiko aritmia lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai