Anda di halaman 1dari 57

IMPLEMENTASI PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL –

PARENTERAL TERHADAP PASIEN MALNUTRSI BERBASIS


ASUHAN GIZI TERSTANDAR

OLEH:
RUDI HARTONO, S.Gz
Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017
KASUS MALNUTRISI

• Menurut data WHO tahun 2005, Indonesia


tergolong sebagai negara dengan status
kekurangan gizi yang tinggi pada 2004 karena
5.119.935 balita dari 17.983.244 balita
Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi
kurang dan gizi buruk.
• Sebesar 60% pasien rawat inap mengalami
malnutrisi (PGRS, 2013)
KASUS GIZI BURUK/MALNUTRISI BERAT

Jumlah Pasien Balita Gizi Buruk Yang Mendapat


Perawatan Di seluruh Kab/Kota Provinsi
Kalimantan Barat
361

94

2016 2017
Dinkes Prov Kalbar, 2017
Lanjutan…

• Pengalaman di negara maju telah membuktikan


bahwa hospital malnutrition khususnya pasien
ranap, berdampak buruk terhadap proses
penyembuhan penyakit dan penyembuhan
pasca bedah.
• Selain itu, pasien yang mengalami
penurunan status gizi akan mempunyai risiko
kekambuhan yang signifikan dalam waktu
singkat. Semua keadaan ini dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas serta menurunkan
kualitas hidup.
MENYAMAKAN PERSEPSI TTG MALNUTRISI

DIFINISI
Asupan protein dan atau energi yang tidak
adekuat dalam jangka waktu yang lama dan
menyebabkan hilangnya cadangan lemak tubuh dan
atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang
berkaitan dengan kelaparan, malnutrisi terkait
penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut
atau injury. (PAGT, 2014)
PENYEBAB MALNUTRISI

• Kondisi fisiologis akibat penyakit akut atau kronis atau injury/ trauma
yang menyebabkan peningkatakan kebutuhan gizi;
• Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna;
• Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya
keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada
manula dan atau anak-anak, orang-orang terlantar;
• Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk
mengakses makanan;
• Kurangnya Pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terutama
mengenai jumlah energi dan jumlah serta jenis protein
• Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan
(PAGT, 2014)
BEBERAPA PENYEBAB TERJADINYA MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
(Kusumayanti, et all, JICN 2004); (O Daly (2010)

anoreksia
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah,
dan diare
Asupan Energi yang tidak adekuat

infeksi berat

gangguan menelan

Pasien yang menjalani Hemodialisa

kemoterapi.

Pasien kritis seringkali mengalami stress akibat trauma, cedera, pembedahan, sepsis dan
penyakitnya sehingga mengakibatkan peningkatan metabolisme dan katabolisme

lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama


TANDA MALNUTRISI – 1

PENGUKURAN ANTROPOMETRI
• Malnutrisi yang dapat dilihat dari berat badan
• BMI/IMT
• IMT <18,5 menunjukkan underweight, IMT untuk lansia (> 65
tahun) <22,IMT anak-anak IMT <5 persentil
• Gagal tumbuh misalnya kegagalan percepatan pertumbuhan atau
keterlambatan perkembangan.
• Pertambahan berat badan ibu hamil yang tidak adekuat
Kehilangan berat badan, dewasa> 20% dalam 1 tahun,> 10% dalam
6 bulan,> 7,5% dalam 3 bulan, >5% dalam 1 bulan,> 1 sampai 2%
dalam 1 minggu
• Pertumbuhan anak-anak, tidak mencapai berat badan yang
diharapkan dan atau penurunan kurva pertumbuhan, melewati dua
atau lebih persentil pada grafik pertumbuhan
• Underweight dengan kehilangan lemak tubuh dan atau otot.
TANDA MALNUTRISI-2
RIWAYAT NUTRISI
• Perkiraan asupan energi< 50%-75% dari perkiraan RMR atau
RMR yang terukur
• Tidak dapat atau tidak mau mangonsumsi energi
• / protein yang cukup untuk mempertahankan berat badan
yang ideal
• Menghindari makanan dan atau tidak tertarik untuk makan
• Konsumsi alkohol yang berlebihan atau obat obatan lain yang
mengurangi nafsu makan
• Perubahan indikator fungsional, misalnya kekuatan
menggenggamatau ukuran lain dari aktivitas fisik dan atau
kekuatan
TANDA MALNUTRISI-3
TANDA FISIK
• Hilang lemak subkutan misalnya. Orbitall, trisep, lemak diatas
tulang rusuk.
• Kehilangan otot seperti Pengecilan otot teporalis, klavikula
(pectoralis dan punggung), bahu (punggung), otot interoseus,
tulang belikat (latissimus dorsi, trapezious, deltoids), paha
(paha depan) dan betis (gastrocnemius).
• akumulasi cairan general atau terlokalisir ( ekstremitas,
vulvar/scrotal, asites)
• Perubahan indikator fungsional misalnya kekuatan
menggenggam
TANDA MALNUTRISI-4

RIWAYAT PERSONAL
• Infeksi mayor seperti, sepsis, pneumonia, peritonitis,
dan infeksi akibat luka, luka bakar berat, trauma,
cedera kepala tertutup, cedera paru akut, sindrom
gangguan pernapasan pada orang dewasa, dan operasi
mayor yang
• berhubungan dengan malnutrisi pada penyakit atau
cedera akut
• • Diagnosis medis dari malnutrisi termasuk malnutrisi
pada penyakit atau cedera akut, malnutrisi pada
penyakit atau kondisi kronis dan malnutrisi akibat
kondisi sosial dan lingkungan
PENYAKIT PENYERTA PADA PASIEN BALITA
MALNUTRISI BERAT

• Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA);


• Diare persisten;
• Cacingan;
• Tuberculosis;
• Malaria; dan
• HIV/AIDS
• (Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010)
DAMPAK KONDISI PASIEN MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
(O Daly (2010) .

• Meningkatkan kematian;
• Komplikasi;
• Memperlama lama rawat;
• Meningkatkan biaya dan
• memperpanjang waktu penyembuhan
DUKUNGAN NUTRISI ENTERAL DAN
PARENTERAL
• Pada kondisi tertentu seringkali mulut dan
saluran cerna tidak dapat berfungsi secara
optimal, misalnya pada penurunan kesadaran,
gangguan neuromuscular, kelainan bedah
traktus gastrointestinal, penyakit peradangan
saluran cerna, gangguan malabsorbsi berat, dan
lain-lain. Untuk itu diperlukan alternatif lain
dalam memberikan nutrisi pada anak sesuai
masalahnya, yaitu nutrisi enteral dan parenteral
(Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan
(PIKAB) VIII, 2010)
KETEPATAN DALAM DUKUNGAN PEMBERIAN NUTRISI
ENTERAL DAN PARENTERAL

• Dukungan nutrisi secara enteral dapat


dilakukan apabila saluran cerna masih dapat
dimanfaatkan secara optimal namun fungsi
oral anak terganggu, sedangkan nutrisi
parenteral diperlukan apabila terdapat
masalah pada saluran cerna baik parsial
maupun total, sehingga asupan nutrisi
enteral tidak adekuat.
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
• DIFINISI
Adl: Pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan
asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas
yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.

• Untuk mengatasi masalah khususnya pasien dengan


keadaan malnutri berat tersebut, sangat diperlukan asuhan
gizi yang efektif dan efisien. Asuhan Gizi di rumah sakit
dilaksanakan oleh para tenaga profesional yang tergabung
dalam Tim Asuhan Gizi/ /Nutrition Suport Tim (NST) (PGRS,
2013).
PERAN TIM ASUHAN GIZI
(PGRS, 2013)

Dokter (DPJP) Bidan/Peraw at Dietisien Farmasi


1. Bertanggung jawab 1. Melakukan 1. Mengkaji hasil skrining gizi 1. Mempersiapkan obat dan
dalam aspek gizi skrining gizi pasien perawat dan order diet awal zat gizi terkait vit, min,
yang terkait dengan pada assesmen dari dokter. elektrolit dan nutrisi
keadaan klinis awal perawatan 2. Melakukan parenteral
pasien. 2. Merujuk pasien asesmen/pengkajian gizi 2. Menentukan
2. Menentukan yang berisiko lanjut pada pasien yang kompatilitas zat gizi
preksripsi diet awal maupun sudah berisiko malnutrisi, malnutrisi yang diberikan pada
(order diet awal) terjadi malnutrisi atau kondisi khusus meliputi kepada pasien.
3. Bersama dietisien dan atau kondisi pengumpulan, analisa dan 3. Membantu mengawasi
menetapkan khusus ke dietisien. interpretasi data riwayat gizi; dan mengevaluasi
preskripsi diet 3. Melakukan riwayat personal; pengukuran penggunaan obat dan
definitive pengukuran antropometri; hasil cairan parenteral oleh
4. Memberikan edukasi antropometri yaitu laboratorium terkait gizi dan klien/pasien bersama
kepada pasien dan penimbangan perawat.
hasil pemeriksaan fisik terkait
keluarganya berat badan, 4. Berkolaborasi dengan
gizi.
mengenai tinggi/panjang dietisien dalam
3. Melakukan koordinasi dengan
peranan terapi gizi. badan secara pemantauan interaksi
dokter terkait dengan diet
5. Merujuk klien/pasien berkala obat dan makanan.
definitive.
yang membutuhkan
4. Koordinasi dengan dokter, 5. Memberikan edukasi
asuhan gizi atau kepada pasien dan
konseling gizi perawat, farmasi, dan tenaga
lain dalam pelaksanaan keluarga mengenai
intervensi gizi. interaksi obat dan
5. Melakukan monitoring respon makanan.
pasien terhadap intervensi
gizi.
Manfaat Asuhan Gizi Terstandar
• Mempertahankan status gizi agar tidak
menurun.
• Mencegah/mengurangi kemungkinan
timbulnya komplikasi metabolik maupun
infeksi serta interaksi obat dan bahan gizi
yang pada akhirnya diharapkan mampu
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
• Biaya perawatan menjadi lebih rendah akibat
masa rawat inap yang lebih pendek
IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
TERSTANDAR PADA PASIEN MALNUTRISI
ASSESMENT GIZI
BEBERPA INDIKASI YANG DAPAT DIKAJI
gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, keadaan lain yg
memerlukan restriksi; keadaan lain yang memerlukan
restriksi cairan; Sangat kurus (IMT<16); Anorexia
berat, kesadaran menurun, mual muntah, Tidak bisa
makan dan minum melalui mulut; Malnutrisi (BB =45
kg, TB:170 cm)/IMT< 18 (sangat kurus); Ca lidah sejak
6 bulan yang lalu; Extremitas, otot dan tulang; lemah,
hilang lemak subkutan; ada massa di mulut;
hipoglikemia l,kondisi reseksi usus massif, reseksi
kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7
hari di ICU , infeksi pernafasan, saluran eliminasi
urin, pasca pembedahan
DIAGNOSA GIZI
• Malnutrisi berkaitan dengan asupan energi
dan protein yang kurang & peningkatan
kebutuhan (Ca lidah) dalam waktu lama (6
bulan) dan adanya peningkatan kebutuhan
ditandai dengan IMT 17,6, kurus, lemah,
hilang lemak subkutan, perubahan BB
35,7% dalam waktu 6 bulan
INTERVENSI GIZI (KEPUTUSAN TIM
ASUHAN GIZI)
• Memberikan asupan makanan adekuat
melalui enteral mencapai 80% dari
kebutuhan;
• Mengoreksi malnutrisi secara bertahap; Jenis
makanan enteral polimerik tinggi protein,
bentuk cair dan route NGT Frekuensi : 6 x
250 cc, 1 x 200 cc (tiap 2 jam sekali);
Kebutuhan : Energi :1710 kkal, Protein
:67,5 gr, Lemak: 47,5 gr, Karbohidrat 256,5 gr.
SETELAH MENDOKUMENTASIKAN PROSES ASUHAN
GIZI TERSTANDAR, KEMUDIAN TIM ASUHAN GIZI
RUMAH SAKIT MENENTUKAN INTERVENSI YANG
PALING TEPAT TERKAIT PASIEN MALNUTRISI BERAT
(KOLABORASI)
MODIFIKASI IMPLEMENTASI PEMILIHAN CARA
PEMEBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL ASSESSMENT GIZI
DIAGNOSA GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
Peritonitis Difus Imaturitas
YA TIDAK Fungsi GIT Atresia Intestinal
Obstruksi Intestinal
FUNGSI GIT Intractable diarrhea, vomiting
INTAKE PERORAL INTAKE PERORAL NEC
ADEKUAT INADEKUAT Pancreatitis yang berat
NUTRISI PARENTERAL Short Gut Syndrome
Severe Inflammatory bowel
MODIFIKASI disease
DIET JANGKA
JANGKA
PENDEK
PANJANG/RETRIKS JALUR
INTAKE PERORAL
INTAKE PERORAL I CAIRAN SENTRAL
ADEKUAT
INADEKUAT
JALUR PERIFER FUNGSI GIT
JANGKA MAKANAN JANGKA KEMBALI
PENDEK ENTERAL PANJANG
YA
OROGASTRIK TIDAK
NASOGASTRIK GASTROTOMI
FUNGSI GIT
NASODUODENAL JEJUNOSTOMI
NASOIEIUNAL

INADEKUAT;NUTRISI
COMPROMISED FORMULA SPESIAL
NORMAL PARENTERRAL
NUTRISI
STANDAR
ADEKUAT;PERSIAPAN
NUTRISI ENTERAL
ADEKUAT; PERTIMBANGAN DIET KOMPLEKS
INADEKUAT NUTRISI ORAL
NUTRISI ORAL
MONITORING DAN
EVALUASI

NO MONITORING EVALUASI WAKTU

1 ASUPAN SETIAP
Membandingkan daya terima HARI
makanan dengan yang disajikan
(target)
2 ANTROPOMET Perubahan berat badan 1
RI MINGGU
3 FISIK Perubahan fisik (otot, lemak 1
subkutan) MINGGU
NUTRISI ENTERAL
DEFINISI
Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah
nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui
rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube
ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik
tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual
maupun dengan bantuan pompa mesin
gastrostomy dan jejunum percutaneous)
(Yuliana, 2009).
LANJUTAN…

• Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada


semua pasien kritis kecuali pasien mengalami
distensi abdomen, perdarahan
gastrointestinal, diare dan muntah.
• Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien
dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan
nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.
(Ziegler, 2009).
TUJUAN
• Memenuhi kebutuhan optimal pasien
• ü Mencegah atrofi mukosa usus
• ü Mempertahankan fungsi barrier usus
• ü Menghambat absorpsi toksin
• ü Mencegah translokasi bakteri
• ü Mempertahankan/memperbaiki
• imunitas usus
Penggolongan Formula Enteral

• Formula Polimerik
• Formula Semi Elemental
• Formula Elemental
Syarat Formula Enteral
Kandungan nutrisi sesuai Kebutuhan
• Ideal : 1 kkal dalam 1 cc cairan
• 2. Kandungan nutrisi seimbang Kebutuhan
energi sebagian besar diambil dari KH dengan
komposisi
• umum untuk Indonesia yaitu :
• KH : 60 – 70 %
• - Protein : 15 – 20 %
• - Lemak : 20 – 30 %
LANJUTAN..

• Osmolaritas sama dengan cairan tubuh.


• Ideal : 350 – 400 m Osmolaritas sesuai dengan
osmolaritas cairan ekstraseluler
• Mudah diabsorbsi
• Tanpa atau mengandung serat
• Makanan enteral yang banyak mengandung serat
bersifat bulk dapat meningkatkan frekuensi defekasi,
terutama dibutuhkan untuk px geriatri dan konstipasi
FORMULA POLIMERIK
• Mengandung makronutrien dalam bentuk utuh
(intak)
• Memerlukan proses cerna sebelum diserap
• Pada umumnya ditoleransikan dengan baik
• Formula polimerik lengkap mengandung makro
dan mikro nutrien (termasuk serat)
• Formula polimerik tidak lengkap mengandung
makronutrien hanya satu macam atau lebih,
dengan tanpa zat gizi lain.
FORMULA SEMI ELEMENTAL

• Formula yang sebagian kandungan


nutriennya masih memerlukan proses cerna
(semi digested)
• ØProtein dalam bentuk dipeptida dan
tripeptida, oligopeptida, dan asam amino
bebas
FORMULA ELEMENTAL

• Formula dengan kandungan yang siap serap


• Kandungan proteinnya berupa kristal asam
amino, mono atau di peptida atau campuran
• Kabohidrat berupa mono atau disakarida atau
campuran
• Lemak dapat berupa asam lemak rantai
sedang atau asam lemak rantai panjang, baik
esensial maupun non esensial
KAPAN PEMBERIAN NE

• Sesegera mungkin, antara 24-48 jam setelah


trauma atau operasi dengan tujuan a.l.
memberi makan usus (gut feeding);
• Pada bayi BBLR dapat diberikan dalam waktu
24 – 72 jam setelah lahir dengan pemberian
secara kontiniu
• Pada anak atau bayi dengan resiko malnutrisi
yang disebabkan oleh penyakit kronis
pemberian NE dapat dimulai segera.
TAHAPAN PEMBERIAN NE DINI

• Pada pasien dewasa untuk memberi makan


usus dimulai dengan volume 10 – 50 ml / jam,
secara tetesan terbukti aman dan dapat
ditoleransi dengan baik
FORMULA ENTERAL RUMAH SAKIT

Jenis Formula Indikasi Pemberian


Dengan Susu Lambung, usus halus, kolon
bekerja normal

Makanan Blender Memerlukan tambahan


makanan berserat

Rendah Laktosa Intoleran laktosa


Tanpa Susu Tidak Tahan Protein susu
SYARAT FORMULA ENTERAL

• Kandungan nutrisi sesuai Kebutuhan Ideal : 1


kkal dalam 1 cc cairan
• Kandungan nutrisi seimbang Kebutuhan
energi sebagian besar diambil dari KH dengan
komposisi umum untuk Indonesia yaitu :
• - KH : 60 – 70 %
• - Protein : 15 – 20 %
• - Lemak : 20 – 30 %
Lanjutan…..

• Osmolaritas sama dengan cairan tubuh.


• Ideal : 350 – 400 m Osmolaritas sesuai dengan
osmolaritas cairan ekstraseluler
• Mudah diabsorbsi
• Tanpa atau mengandung serat
• Makanan enteral yang banyak mengandung serat
bersifat bulk dapat meningkatkan frekuensi defekasi,
terutama dibutuhkan untuk px geriatri dan konstipasi
SYARAT FORMULA ENTERAL Lanjutan

• Bebas atau rendah laktosa


• Intoleransi laktosa sering terjadi pada
malnutrisi. Disarankan 0,5% dari total
Karbohidrat
• Rendah/bebas dari bahan yang
• mengandung purine dan kolesterol.
• Jenis formula enteral secara umum biasanya
adalah jenis polimerik yang mengandung nilai
gizi seimbang cukup vitamin dan mineral.
BAHAN MAKANAN SEHARI FRS
Bahan Makanan Berat (g)
Maizena 20
Telur ayam 150
Jeruk 100
Margarin 10
Susu penuh bubuk 120
Susu skim bubuk 40
Gula pasir 80
Cairan 1500 ml
BAHAN PANGAN LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF
FORMULA ENTERAL
• TEMPE
• KACANG HIJAU
• BERAS
• GANYONG
• TEPUNG DAUN KELOR
KANDUNGAN GIZI DAUN KELOR
KANDUNGAN ASAM AMINO DAUN KELOR
FAKTA ILMIAH DAUN KELOR

• Penelitian membuktikan bahwa penambahan


daun kelor memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan kadar transferin darah tikus yang
KEP
(Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2015, Vol.2 No.2 :
108 – 11)
• Pada keadaan KEP, transferin merupakan salah satu serum protein
yang berkurang jumlahnya dalam sirkulasi hati. Berkurangnya
transferin sebagai bagian dari serum protein dikarenakan pada
kondisi KEP, tubuh kehilangan suplai asam amino yang
menyebabkan penurunan sintesis serum protein.
Rekomendasi Zat Gizi
Zat gizi yang direkomendasikan adalah
penambahan pemberian glutamin (Martindale, et
al., 2009; Ziegler, 2009). Penelitian lain juga
mendukung penambahan pemberian glutamin
dilakukan oleh Jonqueiraet al. (2012) yaitu
untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan maka selain pemberian
enteral ditambahkan pula infus dengan volume
minimal yaitu 15 ml/ jam dengan diet semi
elemental, normokalori, hipolipid, dan
hiperprotein dengan penambahan glutamine.
LANJUTAN….

Penelitian lain juga mendukung penambahan


pemberian glutamin dilakukan oleh Jonqueiraet al.
(2012) yaitu untuk meningkatkan toleransi
pasien terhadap nutrisi yang diberikan maka
selain pemberian enteral ditambahkan pula infus
dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam dengan
diet semi lemental, normokalori, hipolipid, dan
hiperprotein dengan penambahan glutamine.
Glutamin
Manfaat :
Glutamin sgt dibutuhkan utk kerja sel dlm
proses penyembuhan luka ,sebagai bahan
bakar untuk sel-sel usus, dan pembentukan
amonia didalam ginjal
• Berdasarkan penelitian terbaru penggunaan
nutrisi enteral pada pasien tidak lagi
menunggu bising usus pasien efektif ataupun
terjadinya flatus/kentut pada pasien post
operasi.
• Pemberian support nutrisi enteral secara
awal terbukti efektif dalam meningkatkan
system imun dan mengurangi risiko infeksi
(Ziegler, 2009; Menerez, 2012).
NUTRISI PARENTERAL

• Nutrisi parenteral diberikan pada keadaan


Ketidakmampuan untuk mencerna atau
menyerap makanan secara memadai, yaitu
pada kasus muntah yang persisten, diare
berat, sindrom malabsorbsi berat, trauma
perut, ileus yang lama, reseksi usus yang luas.
• Usus harus diistirahatkan yaitu fistula enteral
serta penyakit inflamasi usus akut
LANJUTAN….

• Nutrisi Parenteral diberikan bila asupan


nutrisi enteral tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan tidak dapat diberikan
dengan baik. Nutrisi parenteral diberikan
pada pasien dengan kondisi reseksi usus
massif, reseksi kolon, fistula dan pasien
sudah dirawat selama 3-7 hari (Ziegler, 2009).
Nutrisi Parenteral juga dijadikan nutrisi
suportif/suplemental bagi :
• pasien pra bedah yang mengalami deplesi nutrien
berat/kehilangan BB sampai lebih 10% dari BB semula.
• Pasca bedah pada pasien yang tidak mampu makan secara
normal selama 5 hari atau lebih
• Kondisi trauma (luka bakar, fraktur multipel, sepsis)
• Kanker
• Malnutrisi protein atau protein kalori
• Pada kondisi yang menolak atau ketidakmampuan makan
seperti anoreksia nervosa, atau kelainan neurologis
seperti paralisis pseudobulbar yang membuat pasien tidak
dapat makan secara normal.
KOMPONEN TPN

• Mengandung kombinasi dari gula dan karbohidrat (untuk


energi), protein (untuk kekuatan otot), lemak, elektrolit dan
trace element.
• Larutan TPN harus mengandung beberapa substansi,
tergantung dari keadaan pasien
• Kandungan Nutrisi :
 Air (30 – 40 ml/kg/day)
 Energi (30 – 60 kacl/kg/day) tergantung dari energi expenditur
 Asam amino (1 – 2 g/kg/day) tergantung dari tingkat
katabolisme
 Asam lemak esensial
Strategi Mencegah Kekurangan Gizi

Nutrisi Enteral memiliki komplikasi yang lebih


rendah dibandingkan NutrisiParenteral. Namun,
seringkali penggunaan EN sendirian tidak mampu
mencukupi target kalori yang dibutuhkan pasien.
Oleh karena itu kombinasi penggunaan EN dan PN
merupakan strategi untuk mencegah kekurangan
nutrisi.
Beberapa kelebihan EN jika dibandingkan dengan PN
yaitu biayanya lebih murah, penyerapan nutrisi oleh
usus lebih baik, risiko infeksi lebih rendah dan insiden
komplikasi metabolik lebih rendah (Ziegler, 2009).
Hasil Penelitian Tentang Dampak Positif
Pemberian Enteral -Parenteral Nutrition
• Beberapa komplikasi yang terjadi pada pemberian
nutrisi melalui PN yaitu neumothorax, hiperglikemia,
bleeding, dan thrombus pada pemasangan central
venous cathether (CVC). Pemberian PN dapat
menurunkan risiko kematian dibandingkan pemberian
melalui EN.
• Risiko kematian juga dapat diturunkan dengan
penambahan asupan energy 1000 kcal/hari dan
dengan pemberian protein 30 gr/hari. Kondisi
tersebut berefek apabila BMI < 25 atau ≥ 35 (Ziegler,
2009; Alberda, 2009).
KOMBINASI EN DAN PN
Pemberian nutrisi melalui EN dan PN memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Secara umum, nutrisi enteral memiliki
komplikasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan nutrisi parenteral. Penggunaan EN
secara sendirian
terkadang tidak mampu memenuhi target kalori
yang dibutuhkan pasien. Oleh karena itu
kombinasi penggunaan EN dan PN merupakan
strategi untuk mencegah kekurangan nutrisi
(malnutrisi) (Joseph, 2010; Casaer, et al., 2011).
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai