Obstetric Post-op
Life support
work-up work-up
Oxygen Oxytocin
Shock position Manual compression Airway
IV line, push Tampon placement Breathing
Hemodilution Surgical (lap) Circulation
Transfusion Stabilization
Placenta removal
Life Support = terapi simptomatik vs
“Yang penting kan terapi definitif ”
• Kalau pasien ini tidak selamat dari shock,
maka tidak akan dapat di histerektomi
• Urusan infus dan atasi shock dulu adalah
tugas Dokter Spesialis, BUKAN tugas perawat /
bidan atau dukun
• “Hello SpAn: You have to be there to
take the responsibility”
LIFE SUPPORT
• Airway
– jaga airway jika kesadaran menurun
• Breathing
– oxygen simple mask sejak datang
– intubasi trachea dan nafas buatan jika distress nafas
• resp rate > 25, nafas cuping hidung / flare (+)
• retraksi intercostal
• Circulation
– start infusion, 2-large bore, RL 1000 push
– check Hb, prepare blood transfusion
PPH
determine EBL = Estimate Blood Loss
|
place in shock position (elevate legs)
start 2 large bore infusions
save 5-10 cc blood sample for crossmatch
|
RL 1000 push (+ 1000 prn)
warm-pink-dry perfusion cold-pale-moist perfusion
pulse < 100 / SBP > 100 pulse >100 / SBP <100
| |
Slow down infusion administer more RL
up to 3 x EBL
BP 60, pulse >160 per menit
Akral pucat, dingin, tidak sadar,
Jalur iv double dipasang,
dan hemodilusi dimulai
Infus cairan
• Cairan Kristaloid
– RL, NaCl 0.9%, RA 3 x EBL
• Cairan Koloid
– Gelatin 2 x EBL
– HES 1 x EBL
Hemorrhage =
loss of volume, Hb, albumin, electrolytes
Erythrocytes
Koloid sintetik
Albumin setara albumin
Natrium
WATER
Blood Dext 5% RL PS
RL 2000
Bleeds RL Hb 10
1000
NORMO
volemia
+
Hb 14 RL 2000 ANEMIA
RL 2000
Bleeds RL
Hb 7
2000
Guidelines for the clinical use of
red cell transfusions
British Journal of Hematology 2001, 113, p24-31
End-1
Tatalaksana Obgyn
• Oxytocin
• Kompresi manual
• Pembedahan (laparotomy)
• Pengangkatan placenta
Oxytocin
• oxytocin yang diberikan iv bolus
menyebabkan vasodilatasi mendadak dan
penurunan tekanan darah (drop) yang bisa
menyebabkan cardiac arrest
• berikan oxytocin dalam tetesan iv dengan
memperhatikan perubahan tekanan darah
• Obat obatan dengan durasi aksi yang lebih
lambat :
– methergin
– misoprostol
Manual compression and
Utero-vaginal tampon placement
• Dua tindakan darurat ini tidak perlu anestesia
Placenta removal
• Jika cervix belum menutup, pelepasan
placenta manual dapat dikerjakan tanpa
anestesia atau cukup dibantu sedasi dalam
– thiopental 3mg/kg iv dan propofol atau
midazolam 1-3mg iv, tetapi waspada penurunan
tekanan darah drop jika hipovolemia belum
diatasi
– ketamin 1mg/kg iv, tidak menyebabkan
hipotensi tetapi kontra-indikasi relatif pada
hipertensi (>140 mmHg)
Placenta removal
• Jika cervix sudah menutup, tindakan ini harus
dikerjakan dengan anestesia-umum
• setelah obat induksi, berikan halothan ringan
langsung 0.5% - 1%.
– koordinasi dengan Obsgin untuk mencoba dilatasi cervix
dengan jari. Jika tangan sudah bisa melewati cervix,
hentikan halothan.
• jika terlambat menghentikan halothan, risiko uterus tidak bisa
segera kontraksi setelah placenta keluar (bahaya HPP)
• obat anestesia inhalasi lain dapat dipakai juga tetapi
tidak sebaik halothan untuk melebarkan cervix
Surgical (laparotomy)
• harus cepat diputuskan untuk melakukan
laparotomi / histerektomi selagi sirkulasi
masih dapat distabilkan dengan resusitasi
cairan (opsi lain: ligasi arteria dll)
• Indikasi:
– tidak ada respons kontraksi dengan oxytocin
– tampon gagal menghentikan perdarahan
– placenta tidak bisa lepas keliuar
uterus yg sudah tidak bisa kontraksi lagi, proses histerektomi
Pertimbangan Pilihan Anastesia
• anestesia regional bukan pilihan yang baik sebab
pasien masih hipovolemia atau “pernah
hipovolemia” (kontra-indikasi)
– semua neuraxial regional anesthesia menyebabkan
vasodilatasi; sympathetic block mengurangi contractility
jantung (negative inotropics)
– prosedur bedah tidak pasti, perdarahan tambahan sangat
mungkin terjadi
– sering sudah terjadi dilutional coagulopathy
– koreksi hipovolemia cenderung under-resuscitation
Prosedur Anestesia Umum
pre-
oksigenasi
RSI
(waspada
difficult airway)
Maintenance
Preoksigenasi
• untuk memastikan FRC sudah terisi O2
max (denitrogenasi) untuk cadangan
selama RSI jika ada kesulitan intubasi
• sebagai support terhadap kemungkinan
meningkatnya shunt unit di paru jika
pasien ada kelebihan cairan resusitasi
RSI
• Setelah preoksigenasi, siap suction, siap posisi meja
• Obat induksi diberikan dan segera diikuti NMBA yang rapid
onset short duration
– succinylcholine 1 mg/kg, duration 5-10 menit
– rocuron 1 mg/kg, duration 30-60 menit
• Selama menunggu onset pasien tidak diberi nafas buatan
untuk mencegah insuflasi gaster yang menambah risiko
regurgitasi-aspirasi paru
• Intubasi setelah 1 menit, gunakan stilet untuk memudahkan
insersi
• Segera tiup cuff dan mulai nafas buatan
• obat inhalasi diberikan setelah airway + breathing aman
Maintenance
• obat inhalasi apa saja dapat dipakai asal tidak
lebih dari 1 MAC dan perlu perhatian pada
kontraksi uterus jika uterus masih
dipertahankan.
• obat iv ketamin dapat diberikan iv
intermittent 1 mg/kg diulang tiap 5-10 menit
dengan 0.5 mg/kg disertai NMBA
– tambahkan midazolam 1-2 mg iv atau diazepam 5-
10 mg iv untuk mengurangi emergence reaction
post-op work-up = stabilization
• Airway
– kalau ragu, tunda ekstubasi sp pF rasio > 250-300 dan
edema paru (-)
• Breathing
– pertahankan SpO2 > 95% dengan terapi O2 atau nafas
buatan IPPV dengan PEEP
– usahakan FiO2 serendah mungkin utk mencapai SpO2 95%
• Circulation
– pertahankan normovolemia, CVP >10, IVC baik, produksi
urine baik
– perfusi baik, tensi nadi baik
– Hb > 7, laktat <2 dan BE kurang dari -5
Gangguan hemostasis
• Dilutional coagulopathy
– thrombocytopenia
• bila < 50,000 dan Bleeding time > 3 menit
thrombocyt 10 unit target mendekati 100,000
– pemanjangan PPT
• vit K 1 mg/ hari
• bila > 1.5x control FFP 5-10 ml/kg
– pemanjangan APTT
• bila > 1.5x control FFP 5-10 ml/kg
• DIC (jarang)
TERIMA KASIH