Anda di halaman 1dari 41

Faizal Iqbal Basri, S.Kep.

, Ns
Pendahuluan
• Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan dimulai sejak manusia itu
ada. Dengan adanya pendidikan manusia akan memiliki
bekal untuk membantu hidupnya dan membangun
negaranya. Pendidikan bisa berupa pendidikan formal dan
pendidikan non formal.

• Pendidikan itu sendiri adalah segala situasi hidup yang


mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup
Definisi Pendidikan
• Pendidikan, Yunani “paedagogiek” (pais=anak,
gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah
ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan
bimbingan kepada anak.

• Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan


menjadi ‘education’ yang berarti membawa
keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk
dituntun agar tumbuh dan berkembang.
• Pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan (Notoatmojdo, 2003).

• Pendidikan adalah usaha dasar yang dilakukan


oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar
sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di
masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008).
• Pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengn nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan (Faud Ihsan, 2010).

• Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991),


pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
pembuatan mendidik.
• Jean Piaget (1896) pendidikan berarti
menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak
banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi
oleh pembandingan dengan penciptaan lain.
Pandangan tersebut memberi makna
bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
• Pendidikan sebagai proses yang di dalamnya
seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
di lingkungan masyarakat dimana ia berada.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai
proses sosial, di mana seseorang dihadapkan
pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata
sekolah) sehingga yang bersangkutan
mengalami perkembangan secara optimal
(Dictionary of Education dalam T. Sulistyono,
2003).
Fungsi Pendidikan
• Fungsi pendidikan adalah serangkaian tugas
atau misi yang diemban dan harus
dilaksanakan oleh pendidikan (Drs. Dirto
Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan,
1995: 57).
• Lembaga pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
• Pendidikan di dalam keluarga mempunyai tugas
untuk mengembangkan keyakinan beragama,
nilai- nilai kebudayaan, nilai- nilai moral dan
keterampilan.
• Pendidikan di sekolah mempunyai tugas
memberikan berbagai pengetahuan dan
keterampilan, serta mengembangkan berbagai
nilai dan sikap.
• Pendidikan di luar jalur sekolah mempunyai tugas
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
warga masyarakat untuk dapat berperan dalam
berbagai bidang kehidupan secara produktif,
efisien, dan efektif.
• Di dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal 3 dijelaskan
fungsi pendidikan nasional di Indonesia adalah
“Mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional”. Fungsi pendidikan
nasional adalah berusaha memerangi segala
kekurangan, keterbelakangan, dan kebodohan
serta memantapkan ketahanan nasional,
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
berlandaskan kebudayaan bangsa dan ke Bhineka
Tunggal Ika-an (penjelasan pasal 3 Undang-
undang No. 2 tahun 1989).
• Yang dimaksud dengan “mewujudkan tujuan
nasional” dalam rumusan tentang fungsi
pendidikan ialah mewujudkan empat tujuan
negara sebagaimana termaktub pada alinea 4
pembukaan undang- undang Dasar 1945 yaitu :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Tujuan Pendidikan
• Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah
seperangkat sasaran kemana pendidikan itu
diarahkan. Wujud tujuan pendidikan dapat
berupa pengetahuan, keterampilan, serta nilai
dan sikap.
• Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem
nilai yang disepakati kebenaran dan
kepentingannya dan ingin dicapai melalui
berbagai kegiatan, baik didalam jalur pendidikan
sekolah maupun di jalur pendidikan luar sekolah
(Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu
Pendidikan, 1995: 59).
• Bab VIII pada Undang- undang Dasar telah
dijabarkan ke dalam Undang-undang No. 4
tahun 1950 dalam Bab II pasal 3 sebagai
berikut :
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah
membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”.
• Dalam Laporan Komisi Pembangunan Sistem
Pendidikan Nasional tahun 1980 dibawah
pimpinan Prof. Dr. Slamet Iman Sentosa, tujuan
pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan, ketrampilan mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan
yang dapat membangun diri sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa”.
• Dalam GBHN tahun 1983, dirumuskan tujuan
pendidikan, yaitu :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila,
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa”.
Dr. M.J. Langeveld (Belanda) mengklasifikasikan tujuan
pendidikan dalam 6 macam, yaitu :
1. Tujuan umum, total atau akhir
Tujuan ini merupakan tujuan yang paling jauh dan yang paling
akhir dicapai, dan merupakan keseluruhan / kebulatan tujuan
yang ingin dicapai, misalnya kedewasaan, manusia muslim
sejati, manusia Indonesia seutuhnya dan sebagainya.
2. Tujuan khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum yaitu
pengkhususan berdasarkan usia, jenis kelamin, intelegensi
(anak super normal, normal, di bawah normal), bakat atau
minat.
3. Tujuan tak lengkap
Tujuan ini hanya meliputi sebagian kehidupan manusia,
misalnya segi psikologis, biologis atau sosiologis saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan ini hanya berlaku sementara, kalau sudah
tercapai tujuan yang di inginkan, maka tujuan
sementara itu lalu ditinggalkan, contohnya
memasukan anak ke pesantren.

5. Tujuan intermedier
Tujuan ini merupakan tujuan perantara untuk
mencapai tujuan yang pokok, contohnya memasukan
anak pada pusat pelatihan kerja.

6. Tujuan insidental
Merupakan tujuan yang ingin dicapai pada saat-saat
tertentu, misal memberi tahu cara-cara makan yang
sopan pada saat makan bersama.
Di sekolah diperkenalkan hirarki tujuan pendidikan,
yaitu :

1. Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan terkhir atau tertinggi
yang berlaku bagi semua lembaga dan kegiatan
pendidikan. Tujuan ini di tuangkan ke dalam
GBHN (Tap MPR No. II/MPR/1988) atau ke dalam
Undang-undang No. 2 tahun 1989.

2. Tujuan institusional
Merupakan tujuan tiap- tiap lembaga pendidikan.
3. Tujuan kurikuler
Disebut juga tujuan bidang study, misalnya
tujuan pengajaran matematika yang secara
langsung diacu oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya (mengajar).

4. Tujuan instruksional
Merupakan tujuan yang dipegang oleh guru
waktu mengajar di muka kelas. Tujuan ini
dibedakan menjadi 2, yaitu :
•Tujuan Instruksional Umum (TIU)
•Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang
dikelompokkan sesuai dengan sifat dan tujuannya.
Menurut Philip H. Coombs mengklasifikasikan pendidikan
kedalam tiga bagian yaitu:
1. Pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang
tidak dilembagakan).
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan
adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, pada umumnya tidak teratur dan sistematis,
sejak seseorang lahir sampai mati, seperti di dalam
keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di
dalam pergaulan sehari-hari.
2. Pendidikan formal (pendidikan sekolah)
Pendidikan sekolah adalah pendidikan disekolah, yang
teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi
dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

3. Pendidikan non-formal (pendidikan luar sekolah yang


dilembagakan)
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah semua
bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,
tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan
persekolahan. Dalam hal ini, tenaga pengajar, fasilitas,
cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta
komponen-komponen lainya disesuaikan dengan keadaan
peserta, atau peserta didik supaya mendapatkan hasil
yang memuaskan (Fuad Ihsan, 2010).
Jenis pendidikan dalam system pendidikan nasional terdiri dari:
1. Pendidikan sekolah
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang
berjenjang dan berkesinambungan, sampai dengan
pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup
pendidikan umum, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
2. Pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak
selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan, tetapi
dapat berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah
menyediakan program pendidikan yang memungkinkan
terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial,
keagamaaan, budaya, ketrampilan, dan keahlian (Fuad Ihsan,
2010).
Jenjang Pendidikan
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
2). Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitar, dan dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
3). Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan
pendidikan menengah yang diselenggarakan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian (Mudyahardjo, 2008)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pendidikan
• Usia
Usia adalah yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat ia akan berulang tahun. Berbagai macam
pendidikan atau sekolah dibatasi oleh umur. Sehingga
umur mempengaruhi seseorang dalam mengakses
pendidikan (Ahmadi, A dan Uhbiyati, 2001).
• Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang
sesuai dengan jabatan dtau profesi masing-masing.
Status pekerjaan yang rendah mempengaruhi tingkat
pendidikan seseorang.
• Status Ekonomi
Status ekonomi berpengaruh terhadap status
pendidikannya. Individu yang berasal dari keluarga
yang status ekonominya menengah dan tinggi
dimungkinkan lebih memiliki pendidikan yang tinggi
pula.
• Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yaitu
yang berarti interaksi antara manusia dan unsur budaya
yaitu bentuk kelakuan yang sama terdapat di keluarga.
Manusia mempelajari kelakuanya dari orang lain di
lingkungan sosialnya. Budaya ini diterima dalam
keluarga meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan
adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang nantinya
berpengaruh pada pendidikan seseorang.
• Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di
sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkebangan dan perilaku
orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sehingga sistem
adaptasi yang melibatkan baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Seseorang yang
hidup dalam lingkungan berpendidikan tinggi
akan cenderung untuk mengikuti lingkunganya
Aliran-aliran dalam Pendidikan
• Nativisme

Nativisme (aliran pembawaan) adalah aliran yang


berpendapat bahwa perkembangan seseorang
ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Dalam
aliran nativisme faktor lingkungan dianggap kurang
memberi pengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikan anak. Seseorang akan menjadi ahli lukis,
agama, dan lain-lain itu semua semata-mata karena
pembawaan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap
aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer,
Immanuel Kant, Gottfried Wilhemleibnitz.
• Empirisme

Aliran empirisme adalah aliran yang berpendapat


bahwa semua pengetahuan yang diperoleh
manusia merupakan hasil dari pengalaman
manusia. Aliran ini beranggapan bahwa
pengetahuan yang dimiliki seseorang bukanlah
bawaan sejak lahir atau bukan merupakan faktor
keturunan. Tokoh- tokoh yang berpengaruh
dalam aliran ini adalah : Francis Bacon, Thomas
Hobbes, John Locke, David Hume.
• Konvergensi

Konvergensi merupakan aliran pendidikan yang


berpendapat bahwa kepribadian manusia
tergantung pada pendidikan, pembawaan, dan
lingkungan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh
dalam aliran ini adalah : William Strern , AlGhazali
• Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran ilmu Jiwa yang
berkembang di Amerika. Pelopor aliran ini adalah William
James, Thorndike, dan Waston. Aliran behaviorisme
memiliki ciri- ciri :

Aliran ini mempelajari perbuatan manusia dari perbuatan


dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Semua perbuatan dikembalikan pada reflek. Reflek adalah
reaksi yang tidak disadari terhadap suatu rangsang.
Pada dasarnya manusia itu dilahirkan sama. Manusia
merupakan makhluk yang berkembang karena kebiasaan-
kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi
kehidupannya.
• TamanSiswa
Taman siswa adalah perguruan nasional yang
dipelopori oleh Tiga serangkai yaitu Ki Hajar
Dewantara, Dr. Tjipto, dan Dr. Douwes Dekker.
Taman siswa yang tersebar diseluruh Indonesia
dipimpin oleh induk organisasi Majelis Luhur
Taman Siswa, yang berkedudukan di Yogyakarta.
Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman
Siswa antara lain : Tut Wuri Handayani (Di
Belakang Memberi Dorongan), Ing Madya
Mangun Karsa (Di Tengah Menciptakan Peluang
Untuk Berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha
(Di Depan Memberi Teladan).
• Kayu Tanam
Kayu Tanam atau yang dikenal dengan Ruang Pendidikan INS
(Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad
Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera
Barat).

Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam adalah :


a. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
c. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
d. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab
e. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
Tokoh yang berpengaruh dalam aliran Kayu Tanam adalah
Mohammad Syafei,

• Asas-Asas Pendidikan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam


adalah:

a. Berpikir logis dan rasional


b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Menentang intelektualisme
• Realisme
Realisme merupakan aliran pendidikan yang
timbul pada tahun ± 1600, munculnya aliran
ini disebabkan oleh kemanjuan- kemajuan
ilmu pengetahuan alam yang dipelopori oleh
Copernicus, Galilei dan kemrosotan sistem
Humanisme sendiri. Tokoh- tokoh yang
berpengaruh dalam aliran Realisme adalah
Francis Bacon (Inggris) dan Rene Descartes
(Perancis).
• Rationalisme
Rationalisme merupakan aliran kejiwaan yang
muncul pada abad ke 18. Aliran ini berpendapat
bahwa akal (ratio) adalah sumber kebenaran, dan
tidak mau mengakui bahwa kebenaran itu
besumber kepada kepercayaan atau tradisi
(Aliran- aliran Pendidikan dan Pengajaran dengan
Tokoh- tokohnya, 1974 : 10). Beberapa tokoh
yang berpengaruh dalam aliran ini adalah John
Locke, Jean Jacques Rousseau.
• Philantropinisme
Merupakan aliran pendidikan yang memuja akal
manusia, jadi aliran ini termasuk rationalisme.
Dengan pendidikan dan pengjaran mereka
hendak membentuk manusia bahagia. Aliran ini
terpengaruh oleh pandangan dari John Locke dan
J.J. Rousseau. Kaum Philantropinisme mendapat
julukan sebagai sahabat manusia. Tokoh yang
berpengaruh pada aliran ini adalah Cristian
Gotthilf Salzmann (1744-1811).
• Aliran- aliran pendidikan pada abad 19
Pada abad 18 banyak orang yang mendewa-
dewakan pengetahuan, sehingga orang
beranggapan bahwa kemajuan- kemajuan
Kerohanian hanya bisa dicapai dengan otak
yang cerdas, hal tersebut menimbulkan zaman
intelektualisme. Tokoh yang berpengaruh
adalah John Friederich Herbart dan Freiderich
Frobel.
• Aliran- aliran pendidikan (Modern) pada abad 20
Pada abad ke 20 tedapat bermacam- macam aliran
pendidikan yang simpang siur dan berbeda azasnya. Aliran-
aliran pendidikan ini adalah :

1. Pendidikan individu, aliran ini beranggapan bahwa


individu sebagai objek pendidikan.
2. Pendidikan sosial, aliran ini menitih beratkan perhatian
pada masyarakat sebagai suatu kebulatan yang
mempunyainilai yang tinggi.
3. Pendidikan normatif, aliran ini beranggapan bahwa
pendidika itu harus dikuasai oleh norma yang tepat,
yaitu ketentuan yang absolut yang berasal dari agama
dan filsafat.
4. Pendidikan discriptif, merupakan lawan dari pendidikan
yang normatif yaitu bagaimana terjadinya bukan
bagaimana seharusnya.
• Aliran- aliran didaktik Modern
Aliran ini lebih meniti beratkan pada pendekatan,
contohnya penelitian yang dilakukan Dr. Maria
Montessori, ia memimpin sebuah rumah sakit
jiwa di Roma. Dari pengalamannya merawat
anak- anak ia menyimpulkan bahwa anak- anak
yang mengalami gangguan jiwa ternyata lebih
membutuhkan pendidikan dari pada pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai