Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

PNEUMOTHORAX

Disusun Oleh :
Debby Rahmadini (712016040)
BAB I
A. LATAR BELAKANG

Paru-paru merupakan unsur


elastis yang akan mengempis
seperti balon dan mengeluarkan
semua udaranya melalui trakea
dan saluran nafas atas.

Paru-paru mengapung dalam


rongga thorax, dikelilingi oleh
satu lapisan tipis cairan
pleura yang menjadi pelumas
bagi gerakan paru-paru
dalam rongga thoraks.
Pneumotoraks adalah keadaan
terdapatnya udara atau gas
dalam rongga pleura.

udara(+)  maka akan menimbulkan


penekanan terhadap paru-paru 
paru-paru tidak akan mengembang
dengan maksimal sebagaimana
biasanya ketika bernafas.

Pneumotoraks dapat dibagi menjadi:


spontan dapat bersifat primer dan
sekunder. traumatic dapat bersifat
iatrogenik maupun non iatrogenik
pneumotoraks lebih sering
terjadi pada penderita
dewasa dan berumur
sekitar 40 tahun

Laki-laki lebih
sering dari pada
wanita, dengan
perbandingan 5:1

Pada pria resiko


pneumotoraks
spontan
(20-40tahun).
BAB II
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara
dalam ruang potensial antara pleura
visceral dan parietal
• (Mansjoer, 2000)

Pneumotoraks merupakan suatu kondisi


dimana terdapat udara pada kavum
pleura
• (Berck, 2010)
• kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per
tahun
• (Rowinsky, 2000)

• laki-laki lebih sering dari pada wanita (4: 1), paling sering pada
usia 20–30 tahun
• (Rowinsky, 2000)

• Pneumotoraks spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun


sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan empisema
• (Crofton, 1995)
KLASIFIKASI
 Menurut penyebabnya, dikelompokkan menjadi
dua:
Pneumothorax spontan:
Pneumothorax primer
Pneumothorax sekunder

Pneumothorax traumatik:
traumatik iatrogenik Pneumotoraks traumatik non-
aksidental iatrogenik
traumatik iatrogenik artifisial Pneumotoraks traumatik
(deliberate) iatrogenik
Pneumotoraks tertutup

perembesan udara dari


alveoli

Infeksi paru Batuk, mengejan

Membentuk jaringan Tekanan intra alveolar


parut naik

dinding alveoli menjadi


titik lemah

bleb atau kista kecil di


bawah permukaan pleura
viseralis pecah
Pneumotoraks
Terbuka

dinding dada terbuka (luka


tusuk, fraktur iga, trauma
tembus)

udara dari atmosfir masuk ke


dalam ruang pleura

Tekanan atmosfer lebih besar


dari pada tekanan pleura

paru kolaps
Tension Pneumotoraks

gerakan udara satu arah dari paru


ke ruang pleura melalui lubang kecil

udara keluar dari paru dan masuk ke


ruang pleura sewaktu inspirasi

udara tersebut tidak bisa kembali ke


paru pada waktu ekspirasi karena
lubang kecil kolaps saat paru
mengempis

udara masuk ke rongga pleura dari


cabang trakeobronkus yang rusak
MENURUT LUASNYA PARU YANG
MENGALAMI KOLAPS

Pneumotoraks
Pneumotoraks
totalis
parsialis
> 50% volume paru
< 50% volume paru
PATOFISIOLOGI
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan
pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan
visceralis terdapat cavum pleura.

Cavum pleura normal berisi Tekanan intrapleura selalu


sedikit cairan serous jaringan. berupa tekanan negatif.

Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses


respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan
fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12
cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -
6 cmH2O
• sesak napas, nyeri dada (didapatkan pada
75-90% pasien)
• batuk-batuk (didapatkan pada 25-35%
1. Anamnesis pasien)
• tidak menunjukkan gejala (didapatkan pada
5-10% pasien

• suara napas melemah sampai menghilang


2. Pemeriksaan • fremitus melemah sampai menghilang
• resonansi perkusi dapat normal atau
Fisik hipersonor

• bayangan radiolusen yang tanpa struktur


3. Foto rontgen jaringan paru (avascular pattern) dengan
thoraks batas paru berupa garis radioopak tipis yang
berasal dari pleur
FOTO RÖ PNEUMOTORAKS (PA), BAGIAN YANG
DITUNJUKKAN DENGAN ANAK PANAH MERUPAKAN
BAGIAN PARU YANG KOLAPS
• didapatkan adanya kolaps
4. CT paru, udara di rongga
Scan pleura, dan deviasi dari
struktur mediastinum.

• pemeriksaan invasif tetapi


memiliki sensitifitas yang
5. Endoskopi lebih besar dibandingkan
pemeriksaan CT-scan
CT SCAN PADA PNEUMOTHORAKS
E. DIAGNOSIS BANDING

Abses
Emboli Edema Emfisema Infark paru
Pleuritis
paru paru pulmonum jantung dengan
kavitas
1. Infeksi Sekunder

• pleuritis, empiema dan hidropneumotoraks

2. Gangguan hemodinamika

• penurunan cardiac output, sehingga dapat


menimbulkan syok kardiogenik

3. Emfisema

• emfisema kutis atau emfisema mediastinalis


aspirasi
sederha torakos VAST
pemasa
terapi observa na Pleurod kopi dan
WSD ngan
oksigen si dengan esis single torakoto
tube
kateter port mi
vena
 Prognosis pneumotoraks dipengaruhi oleh
kecepatan penanganan dan kelainan yang
mendasari timbulnya pneumotoraks. Hampir
semua penderita dapat diselamatkan jika
penanganan dapat dilakukan secara dini
BAB III
A. KESIMPULAN
• Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana
rongga pleura terisi oleh udara  menyebabkan
pendesakan terhadap jaringan paru yang
menimbulkan gangguan dalam pengembangannya
terhadap rongga dada saat proses respirasi  sesak
napas dan nyeri dada

• Diagnosa pneumotoraks : foto röntgen  translusen


tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang
paru yang terkena, disertai adanya garis putih
yang merupakan batas paru (colaps line). Dan
menentukan seberapa berat proses yang terjadi
melalui luas area paru yang terkena pendesakan
serta kondisi jantung dan trakea
DAFTAR PUSTAKA

 American College of Chest Physicians. Management of


spontaneous pneumothorax: An American College of Chest
Physicians Delphi Consensus Ststement. Chest 2001 ; 119: 590-
602).
 Alsagaff H, Mukti A. Dasar-DasarIlmuPenyakitParu. Airlangga
University
 Press.edisi 2. Surabaya: 2002
 Amirulloh R.1985.PenatalaksanaanPneumotoraks di
dalamPraktek. http://www.
 kalbe.co.id. [diaksestanggal 20 Juli 2012].
 Berck,M.2010.Pneumothorax.http://nefrologyners.wordpress.com/2
010/11/03/pneumothorax-2/.Diakses tanggal 20 juli 2012.
 Bourgouin P, Cousineau G, Lemire P, Hebert G. Computed
tomography used to exclude pneumothorax in bullous lung disease.
J Can Assoc Radiol 1985;36:341-342).
 Bradley M, Williams C, Walshaw MJ. The value of routine
expiratory chest films in the diagnosis of pneumothorax. Arch
Emerg Med 1991;8:115-116).
 Corwin EJ. 2009. BukuSakuPatofisiologiEdisiKetiga.
Jakarta : EGC.
 Daley Brian J. 2012. Pneumothorax.Medscape
emedicine.Updated : 2012 July 20. Available from
http://emedicine.medscape.com.
 Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks spontan dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi empat.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2009.hal. 1064-5.
 Mansjoer A. 2000.
KapitaSelektaKedokteranedisiketigajilid 2. Media
Aesculapius Jakarta : FKUI.
 Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad.
Pneumothorax (Collapsed Lung). Cited : 2011 January
10. Available from :
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm6.
 Sutton D. A Textbook of Radiology and Imaging. Edisi
ke-4. Churchill Livingstone, Edinburgh, london,
Melbourne and New York; 1987

Anda mungkin juga menyukai