yang integral dan komperhensif, disamping mengandung ajaran utama yakni sebagai Syari’ah, Islam juga memotivasi umatnya untuk mengembangkan kebudayaan Islam, yakni kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
kebudayaan bisa diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal" Kebudayaan adalah manifestasi dan perwujudan segala aktifitas manusia sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia merupakan perwujudan ide, pemikiran, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dalam bentuk tindakan dan karya. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Defenisi kebudayaan dalam islam secara umum difinisi kebudayaan dapat dilihat melalui beberapa pendekatan, antara lain : 1. Pendekatan Deskriftif, menyatakan kebudayaan merupakan keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang di terima manusia sebagai anggota masyarakat.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
2. Pendekatan Historis, kebudayaan merupakan sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengerahui oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa. 3. Pendekatan Normatif, kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekumpulan ide-ide dan kebiasaan yang mereka pelajari, mereka miliki kemudian diwariskan dari satu generasi kegenerasi lain.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
4. Pendekatan Psikologi, kebudayaan merupakan semua kelangsungan dari proses belajar suatu masyarakat.
5. Pendekatan Struktural, kebudayaan merupakan
pekerjaan dan kesatuan aktivitas sadar manusia yang berfungsi membentuk pola umum dan melangsungkan penemuan-penemuan, baik yang material maupun yang non material.
6. Pendekatan Genetik, kebudayaan merupakan produk,
alat-alat, benda-benda ataupun ide dan simbol.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Kebudayaan islam Dari sini, dapat kita difinisikan bahwa kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai Tauhid dan Syari’ah Islam. Dengan kata lain, dapat kita pahami bawa segala sesuatu yang merupakan produk budaya manusia dapat kita klasifikasikan kedalam Kebudayaan Islam, manakala produk budaya tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Tauhid dan Syari’ah
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam Salah satuu prinsip pokok kebudayaan Islam adalah bahwa produk budaya tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Tauhid dan Syari’ah Islam. Hal ini senada dengan kaidah fiqih yang menyatakan “al-Adatu Muhakkamah” yang artinya segala sesuatu yang berkembang dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Tauhid dan Syari’ah Islam, maka dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang Islami. Dengan kata lain, jika kita berbicara kebudayaan, maka segala sesuatu yang berkembang dalam masyarakat manakala tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka dapat kita klasifikasikan sebagai kebudayaan Islam.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Sejarah Intelektual Islam Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, periodisasi sejararah kebudayaan Islam dapat di kelompokkan menjadi 3 fase/periode, yakni : 1. Periode Klasik, yaitu periode yang dimulai dari tahun 650- 1250 M. 2. Periode Pertengahan, yaitu periode antara tahun 1250- 1800 M. 3. Periode Modern, yaitu antara tahun 1800- sekarang
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Periode klasik 650-1250 M
Pada periode ini, lahir beberapa ulama dan filosof
besar dalam Islam. Dalam pada itu, para imam Mazhab yang terkenal dengan al-imamu madzahibul arbain yang terdiri atas, Imam Syafi’I, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali, merupakan tokoh yang hidup dan mengembangkan dialektika pemikiran keagamaannya pada periode ini.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Dalam Bidang Filsafat, pada periode ini tercatat nama-nama besar seperti Al-Kindi (801 M), al-Razi (865 M), al-Farabi (870M), Ibn Miskawaih (930 M), Ibn Sina (1037 M), Ibn Bajjah (1138 M), Ibn Rusdy (1126 M) dan yang lainnya. Pada periode ini, Islam sedang dalam masa puncak kejayaannya, baik dalam bidang ilmu filsafat maupun ilmu keagamaan. Kejayaan tersebut, termanifestasikan dalam kejayaan Islam lewat Dinasti Umaiyah I yang berpusat di Damaskus, Dinasti Umaiyah II yang berpusat di Andalusia (Spanyol) dan Dinasti Abasiyah yang berpusat di Baqdad
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Pada periode ini Islam bisa dikatakan sedang
mengalami masa kemunduran. Hal ini di tandai dengan munculnya kecenderungan untuk mempertentangkan antara : - Akal dengan wahyu - Iman dengan Ilmu - Dunia dan akhirat
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Dalam diskursus pemikiran kontemporer, kemunduran Islam pada periode ini yang masih terasa hingga sekarang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses sejarah yang ditandai dengan meluasnya pemikiran al-Gazali yang cenderung memisahkan filsafat dengan agama. Lewat pemikiran al-Gazali pula, Himmah untuk melakukan eksplorasi ilmu agama dan filsafat mulai meredup, yang dalam hal ini ditandai oleh pandangan al-Gazali yang menyatakan pintu Ijtihad telah tertutup. Beberapa karya al-Gazali yang berkenaan dengan hal ini seperti yang terungkap dalam “Tahafutul falasifah “ (kerancuan filsafat)
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Periode Modern (1800- sekarang) Merupakan periode yang ditandai dengan munculnya gerakan- gerakan pembaharuan dalam pemikiran Islam. Beberapa tokoh yang terkenal dalam gerakan pembaharuan Islam seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Fazlur Rahman, Jamaluddin al-afghani. Periode ini sekaligus menandai berkembangnya resistensi terhadap pemikiran al-Gazali yang menyatakan pintu Ijtihad dalam Islam telah tertutup.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam Dalam sejarah Islam, Masjid selain sebagai sarana untuk melakukan ibadah, masjid juga merupakan Awal mula berkembangnya Islam dan segala pernak pernik didalamnya, seperti pemikiran, ekonomi, politik dan kebudanyaan. Salah satu fakta yang tidak bisa di pungkiri adalah bahwa salah satu strategi Rasulullah dalam membangaun masyarakat madani adalah di awali dengan mendirikan masjid terlebih dahulu sebagai sentra pengembangan Islam. Dari hal ini, dapat kita pahami bahwa masjid pada dasarnya memiliki peran ganda yakni selain sebagai pusat untuk melaksanakan aktifitas ritual, masjid juga di gunakan sebagai centra hubungan sosial, seperti pendidikan dan yang lainnya.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia Transmisi Islam ke Indonesia bukan hanya pada sisi ajaran dogmatis keagamaan saja, melainkan juga di barengi oleh proses akulturasi budaya antara para pembawa ajaran Islam dengan budaya lokal setempat. Dalam pada itu, kalangan muslim Indonesia seringkali juga mengalami kerancuan dalam memahami mana yang ajaran Islam dan mana yang merupakan hasil akulturasi budaya setempat. Beberapa pola demikian dapat kita cermati dalam tradisi memakai pakaian ala arab seperti gamis dan sorban
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Beberapa bukti masuknya nilai-nilai Islam dalam produk budaya setempat atau proses akulturasi, dapat di lihat dalam pola dakwah yang di kembangkan oleh para wali di tanah jawa, seperti Sunan Kali Jaga yang menggunakan instrumen pewayangan sebagai media dakwah. Di samping itu, berkembangnya produk budaya lokal yang telah mengalami akulturasi dengan nilai-nilai Islam dapat dilihat juga dalam perkembangan perkampungan Arab di Indonesia yang di barengi dengan perkembangan keseniannya, seperti tari Japens yang merupakan ciri khas dari masyarakat Arab Indonesia.
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Terima Kasih
Tim Dosen PAI UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta