Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

Deep VEIN THROMBOSIS


BAB I PENDAHULUAN
 Trombosis adalah terbentuknya bekuan darah dalam pembuluh
darah.
 Trombus adalah bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang
terbentuk walaupun tidak ada kebocoran.
 Trombus terbagi menjadi 3 macam yaitu trombus merah (trombus
 koagulasi), trombus putih (trombus aglutinasi) dan trombus
campuran.
 Trombus merah dimana sel trombosit dan lekosit tersebar rata
dalam suatu masa yang terdiri dari eritrosit dan fibrin, sering
terdapat pada vena.
 Trombus putih terdiri dari fibrin dan lapisan trombosit, leukosit
dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri.
 Bentuk yang paling sering adalah trombus campuran.
BAB II PEMBAHASAN
Definisi

Deep vein thrombosis (DVT) atau biasa disebut


trombosis vena dalam merupakan bekuan darah di
vena dalam yang sebagian besar tersusun atas
fibrin, sel darah merah, serta sebagian kecil
komponen leukosit dan trombosit. Penyebabnya
dapat berupa penyakit pada jantung, infeksi, atau
imobilisasi lama dari anggota gerak.
BAB II PEMBAHASAN

◦ Di negara Eropa dan Amerika Serikat kurang


lebih 50 per 100.000 populasi/tahun.
◦ 1 per 10.000 – 20.000 populasi pada umur di
bawah 15 tahun - 1 per 1000 populasi pada
usia di atas 70 tahun
◦ Ras Asia lebih rendah dibandingkan pada ras
Kaukasia, Afrika-Amerika Latin, dan Asia
Pasifik.
◦pria = wanita
BAB II PEMBAHASAN
Stasis vena
 Aliran darah vena cenderung lambat, bahkan dapat stasis terutama
di daerah yang mengalami imobilisasi cukup lama. Stasis vena
merupakan faktor predisposisi terjadinya trombosis lokal, karena
dapat mengganggu mekanisme pembersihan aktivitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombosis.
 Kerusakan pembuluh darah; melalui trauma langsung yang
mengakibatkan faktor pembekuan Aktivasi sel endotel oleh sitokin
yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan proses
peradangan
 Perubahan daya beku darah. Dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis.
Kecenderungan trombosis terjadi apabila aktivitas pembekuan
darah meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun. DVT sering
terjadi pada kasus aktivitas pembekuan darah meningkat, seperti
pada hiperkoagulasi, defisiensi anti-trombin III, defisiensi protein-C,
defisiensi protein S, dan kelainan plasminogen
BAB II PEMBAHASAN












BAB II Diagnostik

 Edema tungkai
unilateral,
 Nyeri
 eritema,
 hangat,
 Pembuluh darah
superfisial dapat diraba
 Tanda Homan yang
positif (sakit di calf atau
di belakang lutut saat
dalam posisi dorsoflexi)
BAB II Diagnostik
Laboratorium : Radiologi :
 Terjadi peningkatan kadar D-  Venografi
dimer dan penurunan  Pemeriksaan gold standar
antitrombin (AT).
 Prinsip pemeriksaannya adalah
 D-dimer adalah produk menyuntikkan zat kontras ke
degradasi fibrin. dalam sistem vena, akan
 Pemeriksaan D-dimer dapat terlihat gambaran sistem vena
dilakukan dengan ELISA atau di betis, paha, inguinal sampai
latex agglutination assay. ke proksimal vena iliaca.
 D-dimer <0,5 mg/ mL dapat  Venografi dapat
menyingkirkan diagnosis DVT mengidentifikasi lokasi,
 bukan pemeriksaan gold penyebaran, dan tingkat
standar untuk DVT keparahan bekuan darah serta
menilai kondisi vena dalam.
BAB II Diagnostik
 Ultrasonografi (USG)
Doppler  Magnetic Resonance
 Saat ini USG sering dipakai Venography
karena non-invasif.  Pemeriksaan ini tidak
 USG vena femoralis, menggunakan kontras,
poplitea, betis sangat hanya memanfaatkan
sensitif (>90%) untuk kandungan methemoglobin
deteksi trombosis vena bekuan darah.
proksimall  pada umumnya untuk
 Kurang sensitif (80%) perempuan hamil atau TVD
dalam mendeteksi di daerah pelvis, iliaka dan
trombosis vena betis. vena kava di mana duplex
scanning pada ekstremitas
bawah menunjukkan hasil
negatif.
BAB II Terapi

Non-Farmakologi
 bedrest,
 meninggikan posisi
kaki, dan dipasang
compression stocking
dengan tekanan kira-
kira 40 mmHg
dimulai 2-3 minggu
TERIMA KASIH …

Anda mungkin juga menyukai