KELOMPOK 2
• Di Indonesia, pemenuhan pangan yang menjadi hak asasi setiap
Latar Belakang
rakyat di atur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
pangan. Peta penduduk rawan pangan yang diumumkan oleh BPS
pada tahun 2009 masih menunjukkan situasi yang sangat
memprihatinkan. Jumlah penduduk sangat rawan pangan, yaitu
dengan asupan kalori kurang dari 1.400 kkal per orang per hari
mencapai 14,47%, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun
2008, yaitu 11,07%. Rendahnya aksesibilitas pangan, yaitu
kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan
anggotanya, mengancam penurunan konsumsi makanan yang
beragam,bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumahtangga. Yang
pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah
kekurangan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan, yaitu
Factor Penyebab Kerawanan Pangan Di
Kasus rawan pangan dan gizi banyak
Indonesia
dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, di
samping faktor determinan lain (FAO, 2013),
sehingga dapat dikatakan bahwa rawan
pangan dalam hal ini adalah sebagai
Hasil analisis data Susenas 2008-2012 menunjukkan kondisi rawan daya beli.
bahwa persentase jumlah penduduk rawan pangan
meningkat, terutama untuk kondisi rawan pangan
berat (<70% AKG), di mana selama kurun waktu
tersebut meningkat rata-rata 17,17 persen per tahun, Tingkat kedalaman kerawanan pangan
demikian juga secara relatif juga meningkat rata-rata ditunjukkan dengan indikator
15,50 persen pertahun (Tabel 1). Sebaliknya, kecukupan konsumsi kalori perkapita
masyarakat dengan kondisi tahan pangan justru perhari dengan nilai AKG 2.000 kkal
menurun. Kondisi ini mengindikasikan semakin (WNPG, 2004).
memburuknya kondisi gizi
Program Pemerintah Dalam Menangani Masalah Rawan
Pangan