Anda di halaman 1dari 47

dr. Farah Ayu Niswana, Sp.

THT-KL
ANATOMI
• jaringan limfoid yang terletak di fossa
tonsilaris di kedua sudut orofaring
• bagian dari cincin Waldeyer
• jaringan limfoid tdd sel limfoid yang
mengandung sel limfosit (0,1-0,2% dari
kesuluruhan limfosit tubuh orang dewasa)
ANATOMI

• berbentuk oval
• panjang 2-5 cm
• masing-masing tonsil mempunyai 10-30
kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil
• Tonsil bisa meluas ke inferior dan
menyambung dengan jaringan tonsil lingual
pada dasar lidah
ANATOMI
FISIOLOGI
• Jaringan limfoepitel; sistem pertahanan tubuh
terhadap protein asing yang masuk ke saluran
makanan atau ke saluran nafas  spesifik
atau non spesifik
• Terdapat sistem imun kompleks : sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit, APC; sel
limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa Ig G
FISIOLOGI
• Menangkap dan mengumpulkan bahan asing
dengan efektif dan sebagai organ produksi
antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik
• Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan
pada usia 3 – 10 tahun
TONSILITIS AKUT
ETIOLOGI
• Haemolytic streptococcus (>>>)
• Staphylococci
• Pneumococci
• Haemophilus influenzea
• Virus
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri
Disfagia Demam
telan

Sakit Gejala
telinga prodormal
PEMERIKSAAN KLINIS
Hiperemi pada
arkus anterior
Bau mulut
tonsil, uvula, soft
palatina

Tonsil kemerahan
dan bengkak Pembesaran KGB
dengan leher
detritus/beslag
PENATALAKSANAAN

Istirahat yang cukup dengan hidrasi cukup

Analgesik antipiretik

Antibiotik  7-10 hari


• Sensitif terhadap Streptococcus
• Penicillin
• Erythromycin
KOMPLIKASI

Tonsilitis kronis Abses peritonsiler Abses parafaring

Abses servikal Otitis akut media Demam rematik

Glomerulonefritis Endokarditis
akut bakterial subakut
TONSILITIS DIFTERI
ETIOLOGI
• Clostridium diphteriae
• Masa inkubasi 2-6 hari
• Menular melalui droplet
• Karier : tidak ada keluhan
GAMBARAN KLINIS
• Pseudomembran berwarna keabu-abuan pada
tonsil, mudah berdarah jika dilepaskan
• Bull neck
• Tampak sakit berat
• Demam > 38oC
KOMPLIKASI
• Endotoxin  sel jantung dan saraf
• Myocarditis, cardiac arrhytimias, dan acute
circulatory failure
• Paralysis of soft palate, diaphragma and ocular
muscles
• Laring : obstruksi jalan napas
PENATALAKSANAAN

ANTITOXIN
• Diberikan sedini mungkin  karena hanya
menetralisir toxin sebelum penetrasi ke sel.
• Dosis (The Committee on Infectious Disease of the
American Academic of Pediatries) :
 Pharyngeal atau laryngeal : 20.000 - 40.000 u
 Nasopharyngeal : 40.000 - 80.000 u
 Diphtheria yg luas + bull neck: 80.000-100.000 u
  3 hr
PENATALAKSANAAN
ANTIBIOTIKA
• Menghentikan produksi toxin eradikasi organisme, mencegah perluasan
• Penicillin dan Erythromycin
 Drug of choice
 Erythromycin : 40-50 mg/kg BB selama 14 hari
 Penicillin :
- Aquaeous Peniclin
100.000 – 150.000 u/kgBB/hari/iv terbagi menjadi 4 dosis, 14 hari
- Procaine Penicillin
12.500 – 50.000 u/kg/BB/hari/i.m.  terbagi menjadi 2 dosis, 14 hari
 Kedua AB ini juga efektif terhadap GABHS
 Eradikasi organisme harus dievaluasi dengan 2 x kultur negatif setelah terapi
paripurna.
TONSILITIS KRONIS
ETIOLOGI
• Tonsilitis akut berulang : tonsil tidak membunuh
semua kuman  bersarang di tonsil  fokus
infeksi
• Infeksi subklinis tanpa serangan akut
• Pada anak dan dewasa muda
• Faktor predisposisi : infeksi kronis di sinus atau
gigi
• Terapi tidak tepat dan adekuat, gizi/imun rendah,
jenis kuman tidak sama di permukaan dan
jaringan tonsil
GAMBARAN KLINIS
• Infeksi berulang
• Iritasi kronis pada tenggorok, disertai batuk
• Bau mulut, pus di dalam kripte
• Disfagia
PEMERIKSAAN
• Tonsil membesar; bervariasi
• Detritus
• Kripte melebar
• Mobilitas tonsil menurun
• Pembesaran KGB leher
PENATALAKSANAAN
• Konservatif  tergantung faktor predisposisi
• Tonsilektomi
KOMPLIKASI
• Abses peritonsiler
• Abses parafaring
• Abses intratonsil  nyeri, disfagia
• Tonsilolit
• Kista tonsil
• Demam rematik, glomerulonefritis akut,
kelainan kulit dan mata
TONSILEKTOMI
INDIKASI
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
• Hb < 10 r/dL
• Infeksi akut
• Anak < 3 tahun
• Kelainan darah
• Kelainan sistemik tidak terkontrol
• Sebaiknya dihindari saat mens
HIPERTROFI ADENOID
PENDAHULUAN
• Gangguan bernapas saat tidur timbul gejala
klinis yang berhubungan dengan tidur:
mendengkur, upper airway resistance
syndrome atau obstrutive sleep
apnea/hipopnea syndrome (OSAHS).
• Prevalensi gangguan bernapas saat tidur pada
anak-anak adalah 11%P
• Perkiraan OSA pada usia prasekolah sekitar 1-
3%
PENDAHULUAN
• Hipertrofi adenoid atau adenotonsilitis kronis
yang menimbulkan obstructive sleep apnea
dapat memperburuk kualitas hidup anak,
terutama dalam hal gangguan tidur 
Adenoidektomi atau adenotonsilektomi
menyebabkan perbaikan kualitas hidup yang
signifikan
ANATOMI FISIOLOGI
• Massa yang tdd jaringan limfoid pada dinding
posterior nasofaring, di atas palatum durum
• Termasuk dalam cincin waldeyer
• Fisiologis : pada anak, mengalami
hipertrofi/membesar usia 3 tahun,
menghilang usia 14 tahun, ukuran maksimal 3-
7 tahun
PATOMEKANISME
• Infeksi saluran napas atas berulang 
hipertrofi  sumbatan pada koana dan tuba
eustachius
• Hipertrofi adenoid akibat adenoiditis berulang
kali antara usia 4-14 tahun
• Hipertrofi merupakan respon terhadap
kolonisasi dari flora normal dan
mikroorganisme patogen
PATOMEKANISME
• Sumbatan koana  napas melalui mulut,
fasies adenoid, faringitis, bronkitis, sinusitis
kronis
• Sumbatan tuba  otitis media akut
berulanggg, OMSK
• Gangguan tidur, snoring, retardasi mental,
gangguan tumbuh kembang
GAMBARAN KLINIS
• Obstruksi nasi; parsial atau total
– Mengorok
– Sengau/bindeng
– Napas melalui mulut
• Facies adenoid
– Mulut terbuka
– Gigi atas prominen
– Bibir atas pendek
– Hidung kecil
– Maksila tidak berkembang
– Sudut alveolar atas lebih sempit
– Arkus palatum lebih tinggi
GAMBARAN KLINIS
• Ke telinga : tuli konduksi, Otitis media efusi
• Sleep apneu
– adanya episode apnea saat tidur
– hiper somnolen saat siang hari
– Hipoksemia
– bradikardia
PENEGAKAN DIAGNOSA
• Anamnesa dan gejala klinis
• Pemeriksaan fisik
– Rinoskopi anterior : fenomena pallatum molle
negatif
– Rinoskopi posterior : sulit pada anak
– Nasoendoskopi : melihat ukuran adenoid secara
langsung
– Radiologi : skull lateral soft tissue
PENATALAKSANAAN
• Konservatif
• Adenoidektomi
TERIMA KASIH
Curiculum Vitae : dr. Farah Ayu Niswana, Sp. THT - KL

• Tempat/Tgl Lahir : Malang, 06 Desember 1985


• Pendidikan :
1. S1 dan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
2. Dokter Spesialis THT – KL Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
• Pengalaman Organisasi :
1. Osis SMAN 5 Surabaya Th 2002 - 2003
2. Anggota Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Th 2005
3. BEM FKUB Malang (Koordinator Bid Luar Negeri) Th 2006 - 2007
4. Anggota brigade Siaga Mahasiswa UB Th 2009 - Sekarang
5. LKMI HMI FKUB Malang Th 2008 - 2009
6. Seminar PKB THT – KL (Staff Kesekretariatan) Th 2011
7. Seminar PKB THT – KL (Staff Acara) Th 2013
8. Seminar PIN THT – KL (Staff Bendahara) Th 2015
• Pengalaman Bekerja :
1. Rsi Hasanah Mojokerto 2010 - 2011
2. Dokter Spesialis THT – KL RSU Mitra Delima 2016 - Sekarang

Anda mungkin juga menyukai