Anda di halaman 1dari 31

KELOMPOK L

NINDITA CAHYA MUMPUNI 16-111


YUMNAINA NURHADI 16-112
JULIA EKA PUTRI 16-113
NANDITA NUR AFIFA 16-114
DINDA VIRGATHA DEA 16-115
IMANIA ZULFA 16-117
NAGARA SALIM SAID 16-118
RINDA PUSPA SAFITRI 16-119
ANNISA SYIFA MAHARANI 16-120
JEVINA SICILIA 16-121
Seorang anak laki-laki usia 11 tahun datang ke RSGM
Unej ingin menambalkan gigi belakang kanan bawah
yang berlubang, karena sering kemasukan makanan.
Hasil pemeriksaan klinik tampak gigi 46 karies profunda,
tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekanan negatif.,
SKENARIO 1 tampak juga gigi 75 tinggal sisa akar dan fistel pada
buccal gigi 75, tidak ada kegoyangan pada gigi 75. oral
hygiene pasien sangat jelek karena banyak kalkulus pada
RA dan RB. Hasil anamnesa tidak ada kelainan sistemik.
Apa yang harus dilakukan oleh drg berdasarkan scenario
tersebut.
STEP 1  TIDAK ADA
1. Apa diagnosa sementara dari kasus pada
skenario?
2. apa rencana perawatan yang dilakukan dari
diagnosa gigi 46 & 75?
STEP 2 3. Prognosis dari perawatan yang dilakukan?
4. Rencana perawatan pada oral hygiene pasien
yang sangat jelek karena banyak kalkulus?
STEP 3
 Diagnosa pada gigi 46 adalah karies profunda
stadium 1 tanpa adanya peradangan
STEP 3 berdasarkan hasil tes perkusi dan tidak
disebutkannya hasil anamnesis adanya nyeri
Apa diagnosa pada saat ada rangsangan.
sementara dari  Diagnosa gigi 75 Karies profunda perforasi dari
gambaran klinis terlihat sisa akar dan
kasus pada terbukanya ruang pulpa atau perforasi
skenario? sehingga terdapat fistel. Abses periapikal
 pada gigi 46 dapat dilakukan perawatan pulp
STEP 3 capping untuk mempertahankan vitalitas gigi.
 Di cek apa terdapat kalkulus pada sekitar gigi
apa rencana 46 dan apabila terdapat kalkulus maka pelu
dilakukan scalling dan root planning terlebih
perawatan dahulu sebelum ditumpat
yang dilakukan  dan bahan yang digunakan untuk menumpat
dari diagnosa adalah gic karena ada kandungan anti karies
gigi 46 & 75? flouride. Bisa juga dapan menumpat
menggunakan bahan RMGI.
STEP 3  Lalu untuk gigi 75 dilakukan dainase.
 Tujuan dilakukannya drainase adalah mencegah
perluasan abses atau infeksi ke jaringan yang lain,
apa rencana mengurangi rasa sakit, memperbaiki vaskularisasi
perawatan jaringan, dan mencegah terjadinya jaringan parut
akibat drainase spontan.
yang dilakukan
 Lalu dilakukan ekstraksi gigi 75 Setelah dilakukan
dari diagnosa ekstraksi dapat di berikan space menintainer untuk
gigi 46 & 75? menjaga space untuk erupsi gigi permanen.
 Prognosisnya pada gigi 46 baik karena umur
masih muda dari tingakat keparahan tidak
STEP 3 berat.
 Kontrol plak seperti scalling jika dilakukan
Prognosis dari maka prognosisnya akan baik.
perawatan  Tingkat vaskularisasinya masih baik.
yang  Dan prognosis untuk gigi 75 baik. Karena dapat
dilakukan? digantikan dengan gigi permanen. Karena
benih gigi sudah dekat dengan waktu erupsi.
STEP 3  Pemberian KIE yaitu orang tua pasien di
berikan edukasi untuk menyikat gigi 2x sehari
Rencana dan menggunakan sikat gigi yang kecil sesuai
perawatan pada rahang anak” dan menggunakan pasta gigi
oral hygiene yang tidak mengandung bahan abrasiv.
pasien yang  Menginstruksikan kepada pasien untuk datang
sangat jelek ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali untuk
karena banyak melakukan scalling untuk membersihkan
kalkulus? kalkulus.
STEP 4
1. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan dan menganalisa
diagnose, rencana perawatan dan
prognosis gigi 46 dan 75.
STEP 5
2. Mahasiswa mampu memahami
urutan kasus emergensi dan non
emergensi yang sesuai dengan
scenario tersebut.
1. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan dan menganalisa
STEP 7 diagnose, rencana perawatan dan
prognosis gigi 46 dan 75.
 Pemeriksaan digunakan untuk menentukan diagnose
dan etiologi penyakit pasien.
 Hal yang pertama kita lakukan adalah melakukan
pemeriksaan subjektif dengan mendengar keluhan
utama dari pasien, menanyakan gejala penyakit, obat-
obatan yang terakhir dikonsumsi, penyakit sistemik,
PEMERIKSAAN kebiasaan buruk.
SECARA  Pemeriksaan objektif dengan melihat keadaan umum
LENGKAP dari pasien dengan mengecek tanda-tanda vital pasien,
melakukan inspeksi, tes palpasi, tes tekanan, tes
perkusi, tes vitalitas.
 Penentuan diagnose dapat ditunjang dengan
pemeriksaan radiografi.
1. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
 melihat lokasi lesi atau sesuatu yang asing yang
terdapat pada rongga mulut
• Memperkiraan waktu erupsi gigi pengganti
• Untuk melihat ada tidaknya penyakit periodontal dan
PEMERIKSAAN trauma
PENUNJANG 2. SIALOGRAPHY
• Untuk menilai kelenjar dan duktus saliva apakah
obstruksi atau tidak
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
DIAGNOSIS RENCANA PERAWATAN

1.  Pemeriksaan
klinis:  untuk gigi 46 dilakukan
pulp capping,
karies profunda, tes
GIGI 46 vitalitas (+), tes perkusi kemudian restorasi
dan tekanan (–). tupatan bias
Diagnosis:Pulpitis
menggunakan RMGI
Reversible atau komposit.
DIAGNOSIS RENCANA PERAWATAN

Pemeriksaan klinis: sisa


akar, terdapat fistel pada
bagian bukal, tidak ada  Drainase fistula pada sisi
kegoyangan. bukal gigi 75.
GIGI 75 Diagnosis: Abses Apikalis  Ekstraksi sisa akar gigi 75,
Kronis. dengan pertimbangan
Termasuk kedalam anestesi lokal topikal dan
diagnosis berdasarkan infiltrasi dengan dosis
klasifikasi ICD 10 yaitu sesuai BB pasien.
Retained Dental Root
(K08.3).
Rencana perawatan untuk rahang atas
ORAL HYIENE maupun rahang bawah pasien yang
dipenuhi kalkulus dilakukan scaling serta
YANG
perlu dilakukan KIE atau DHE untuk
BANYAK memotivasi pasien untuk meningkatkan
KALKULUS tingkat kebersihan rongga mulutnya agar
tidak terjadi kembali gigi berlubang.
Prognosis : Baik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Pada usia anak-anak dan remaja tingkat
vaskularisasi nya cukup baik, sehingga komplikasi
PROGNOSIS dry socket biasanya jarang terjadi.
GIGI 75
Tetapi perlu diperhatikan posisi benih gigi permanen
Premolar 2 apakah sudah muncul pada gambaran
radiografis, agar saat diekstraksi dokter gigi lebih
berhati-hati.
Prinsip rencana perawatan yang dapat
diaplikasikan sebagai berikut:
 Menghilangkan rasa sakit/keluhan
 Mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat
PRINSIP  Memberikan edukasi
MELAKUKAN  Meningkatkan kondisi periodontal
RENCANA
 Restorasi gigi yang mengalami karies
PERAWATAN
 Prosedur perawatan yang lebih lanjut :
endodontic, prostodontik, ortodontik, dan
 Fase pemeliharaan (recall).
2. Mahasiswa mampu memahami
urutan kasus emergensi dan non
emergensi yang sesuai dengan
scenario tersebut.
STEP 7
 EMERGENSI DENTAL adalah suatu kondisi
yang membutuhkan penanganan segera
untuk menghindari konsekuensi yang dapat
membahayakan hidup pasien yang terjadi di
tempat praktek dokter gigi.
 Rasa sakit adalah sebagai pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan
kerusakan jaringan.
 Rasa sakit dapat muncul sebagai reaksi terhadap efek
anastesi yang sudah mulai habis.
RASA SAKIT  Kecemasan dan ketakutan prosedur dental telah
memiliki pengaruh terhadap derajat rasa sakit yang
dirasakan pasien.
 Semakin cemas atau takut seorang pasien, maka
semakin kuat rasa sakit yang dirasakan pasien ketika
menjalani prosedur pencabutan gigi.
 Trauma : facial / oral laserasi dan dentoalveolar injuri
 Trauma dapat menyebabkan gigi lepas dari soketnya,
apabila hal ini terjadi maka gigi dapat dicoba
dilletakkan kembali pada soket atau letakkan gigi
diantara pipi dan gingiva, air susu, atau product
TRAUMA preservasi gigi yang disetujui ADA kemudian ke dokter
gigi.
 Trauma dapat menyebabkan gigi fraktur sehingga
pulpa terekspos yang menyebabkan pulpitis
irreversible
 Kondisi gigi yang berdampak  Trismus yang parah
pada penyakit sistemik akut
KONDISI LAIN atau peningkatkan
Mencari penyebab dari
temperatur sebagai hasil dari trismus terlebih dahulu
infeksi gigi baru dilakukan perwatan
• suatu keadaan menurunnya kesadaran akibat
ketidakseimbangan dalam sirkulasi atau distribusi
darah ke perifer.
• disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke dalam

sinkop pembuluh darah yang lebih besar sehingga otak


kekurangan darah, faktor psikogenik seperti
perasaan takut, ngeri atau rasa nyeri yang hebat,
faktor non-psikogenik seperti rasa lapar, kondisi
fisik yang jelek, serta lingkungan yang panas,
lembab dan padat.

• disebabkan oleh reintroduction protein asing


ke dalam tubuh pasien yang tersensitisasi
Syok melalui kontak sebelumnya.
• Obat-obatan yang sering menyebabkan reaksi

anafilaktik ini tertama adalah penisilin atau derivat


PABA, sefalosporin, sulfonamid, vankomisin,
NSAID.
Penatalaksanaan
Gejala pasien sinkop
1. Baringkan pasien di lantai hal ini penting
untuk hiperekstensi kepala dan untuk
menaikkan ekstremitas bawah.
 weakness,
2. Jangan mendorong pasien ke arah
 dizziness, depankarena akan menutup jalan nafas
3. Lepaskan seluruh pakaian yang dapat
SINKOP  pucat, mengganggu pernafasan.
 rasa dingin, 4. Semprotkan air dingin ke wajah pasien
5. Pasien disuruh menghirup bau amonia
 nadi lemah,
6. Jika pasien tidak pulih secara cepat
 Akhirnya pasien mulai sesudah menghirup bau amonia, kita tidak
kehilangan kesadaran boleh menganggap sebagai suatu sinkop
sederhana tetapi dengan komplikasi
secara penuh. didalam sistem sirkulasi dan pernafasan.
Pada kasus ini seorang dokter gigi harus
segera mulai melakukan prosedur
resusitasi.
Tindakan penangan untuk gejala syok
GEJALA anafilaktik

 dispnea, 1. Berhentikan pemberian obat.


 dizziness, 2. Baringkan pasien dengan kepala miring ke
salah satu sisi
SYOK  headache,
3. Angkat leher pasien kemudian ekstensikan
 itching, kepala/dagu dan jaga aliran udara agar
ANAFILAKTIK bebas dari obstruksi baik anatomis maupun
 nadi lemah , mekanis
 nafas cepat dan dalam, 4. Beri oksigen
 kulit pucat dan dingin, 5. Jika arteri carotis tidak teraba maka segera
lakukan resusitasi jantung paru
 lemah dan kehilangan
kesadaran. 6. Segera hubungi ambulans dan rujuk ke
rumah sakit.
• Pasien diposisikan duduk tegak  instruksi
untuk berkumur air hangat agar
membersihkan rongga mulut  operator
membasahi tampon, kapas atau handuk kecil
 kapas basah ditekankan pada daerah yang
BLEEDING mengalami bleeding (20 menit) 
perdarahan berhenti.
• Pasien dilarang meminum minuman
beralkohol dan melakukan hal yang dapat
merusak soket.

• Pasien berkumur air hangat 


pemberian obat analgesic  kompres
SWELLING dengan air bersuhu dingin pada daerah
yang bengkak  ambang sakit
(BENGKAK) menurun dan bengkak menyusut.
Prosedur dental dianggap sebagai keadaan yang penuh tekanan,
sehingga pasien sering mengalami kecemasan atau rasa takut
yang berlebihan.
Kecemasan dental ini dapat memicu serangan asma.
Pentalaksanaan pasien asma:
1. Pasien harus dibuat nyaman dan santai agar komplikasi akibat
ASMA kecemasan dental dapat dihindari.
2. Dosis tinggi (> 400 mg) steroid inhalasi penderita penyakit
asma dapat menyebabkan supresi adrenal dan menempatkan
penderita pada risiko krisis adrenal. Jika ada keraguan
mengenai apakah cover steroid diperlukan, dokter gigi
sebaiknya menghubungi dokter saluran pernapasan yang
menangani penderita sebelum pengobatan dimulai.
 Dari anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan
bahwa keluhan utama yaitu adanya rasa sakit pada gigi 46 saat
makanan masuk ke dalam karies dan pasien juga tidak dicurigai
memiliki kelainan sistemik.
 Sehingga perawatan yang dilakukan pertama adalah mengobati
gigi 46 agar keluhan utama pasien dapat hilang.
URUTAN  Perawatan selanjutnya adalah memberikan medikasi berupa
EMERGENSI antibiotic untuk fistula gigi 75 yang sisa akar agar bakteri yang ada
dalam rongga abses dapat mati.
PERAWATAN  Kemudian melakukan drainase pada abses apikalis kronis, apabila
drg tidak yakin atau ragu dapat melakukan rujukan ke spesialis
bedah mulut.
 Setelah di drainase melakukan ekstraksi gigi 75 yang sisa akar.
 Terakhir melakukan scalling dan root planning karena banyak
kalkulus dan melakukan KIE/DHE.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai