Anda di halaman 1dari 31

ANAMNESA ALAT INDRA

ANAMNESA ALAT INDERA

 Difokuskan pada bentuk subyektif


 Memiliki hubungan yang erat dengan persepsi
 Persepsi merupakan kemampuan mengidentifikasi
sesuatu melalui proses identifikasi sesuatu
melalui proses mengamati, mengetahui ddan
mengartikan stimulus yang diterima melalui indra
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
sensori

Usia
 Bayi memiliki jalur saraf yang belum matang sehingga
tidak bisa membedakan stimulus sensori
 Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ
sensori dan fungsi persarafan, sehingga mengalami
penurunan fungsi pada organ sensori, yaitu penurunan
penglihatan, pendengaran, kesulitan persepsi, penurunan
diskriminatif rasa dan bau, perubahan taktil, gangguan
keseimbangan dan disorientasi tempat dan waktu
Medikasi

 Beberapaantibiotik seperti streptomisin,


gentamisin dapat merusak syaraf
pendengaran
 Kloramfenikol mengiritasi saraf optik
 Obatanalgesik, narkotik, sedatif dan
antidepresan dapat mengubah persepsi
stimulus
Lingkungan

 Stimulus lingkungan yang terlalu ramai dan bising


dapat membuat kebingungan, disorientasi dan
tidak mampu membuat keputusan
 Stimulus lingkungan yang terisolasi mengarah
pada deprivasi sensori
 Kualitas lingkungan yang buruk dapat
memperparah kerusakan sensori
Tingkat Kenyamanan

 Nyeri dan kelelahan dapat merubah persepsi


seseorang dan bagaimana dia bereaksi terhadap
stimulus
Penyakit yang diderita

 Katarak menurunkan fungsi penglihatan


 Infeksi telinga menurunkan fungsi pendengaran
 Penyakit diabetes kronok menurunkan
penglihatan, kebutaan, maupun neuropati perifer
 Penyakit vaskular perifer menyebabkan penurunan
sensasi pada ekstremitas dan kerusakan kognisi
 Penyakit sroke menimbulkan penurunan
kemampuan verbal, kerusakan fungsi motorik dan
penerimaan sensori
Merokok
 Penggunaan tembakau mengakibatkan atrofi pada
saraf pengecap sehingga menurunkan persepsi
rasa
Tindakan medis

 Intubasi endotrakea menyebabkan kehilangan


berbicara sementara
Tingkat Kebisingan

 Paparankonstan pada tingkat kebisingan


tinggi mengakibatkan penurunan
pendengaran
Tanda dan gejala

Seseorang yang mengalami gangguan sistem sensorik bermacam-macam


tergantung dari saraf yang mengalami gangguan, tanda dan gejala yang umum
timbul antara lain :
 Tidak dapat merasakan dan membedakan berbagai macam sensasi yang
diberikan pada tubuh
 Munculnya tanda ronberg yaitu mengalami ketidak seimbangan tubuh pada
saat menutup mata
1. Pemerisaan Fisik Indra Penglihatan

 Pemeriksaan visus
 Menilai pasien dengan penglihatan buruk
 Pemeriksaan lapang pandang
 Pemeriksaan buta warna
Kelainan pada mata

 Astigmatis (silindris)
 Miopi (rabun jauh)
 Hipermetropi (rabun dekat)
 Presbiopi (rabun dekat dan jauh)
 Rabun senja
 Keratomalasi (kornea keruh)
 Katarak
 Juling
 Gloukoma
 Buta warna
2. Pemeriksaan fisik indra pendengaran

 Tes ketajaman auditorius


 Uji garputala
uji weber : membedakan tuli kondusif dan tuli sensori
uji rinne : membandingkan hantaran udara dan tulang
uji scwabach :membandingkan hantaran bunyi dari 2 subyek
3. Pemeriksaan fisik pengecap

 Pasien dengan keluhan hilangnya rasa bisa dievaluasi secara psikofisis untuk
fungsi gustatorik selain menilai fungsi olfaktorius
 Melakukan tes rasa untuk semua mulut untuk kualitas, intensitas, dan
persepsi kenyamanan dengan sukrosa, asam sitrat, kafein dan natrium clorida
 Tes rasa listrik (elektrogustrometri) digunakan secara klinis untuk
mengidentifikasi defisit rasa pada kuadran spesifik dari lidah
 Biopsi papilla foliate atau fungiformis untuk pemeriksaan histopatologik dari
kuncup rasa masih eksperemintal akan tetapi cukupmenjanjikan mengetahui
adanya gangguan rasa
Dapat digolongkan menurut hasil
pemeriksaan sensorik yang objektif
sebagai berikut :
 Ageusia total adl ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis, asin, pahit
dan asam
 Ageusia parsial adl kemampuan mengenali sebagian rasa saja
 Ageusia spesifik adl ketidakmampuan untuk mengenali kualitas rasa pada zat
tertentu
 Hipogeusia total adl penurunan sensitifitas terhadap semua zat pencetus rasa
 Hipogeusia parsial adl penurunan sensitivitas terhadap sebagian pencetus rasa
 Disgeusia adl kelainan yang menyebabkan persepsiyang salah ketika
merasakan zat pencetus rasa
4. Pemeriksaan Fisik Peraba

Menurut sensibilitas terbagi 2 jenis :


 Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer)
 Testing higher integrative functions (uji fungsi integratif tertinggi)
Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori
primer)

 Nyeri superficial (tajam-tumpul)


 Nyeri tekan
Nyeri superfisial

 Merupakan metode uji sensasi dengan menggunakan benda yang memiliki 2


ujung, yaitu tajam dan tumpul
Nyeri tekan

 Metode uji sensori dengan mengkaji nyeri melalui penekanan pada tendon
dan titik saraf
Testing higher integrative function

 Stereognosis
mengenali obyek dengan perasaan
 Diskriminasi 2 titik
Identifikasi 2 titik dari 2 penekanan
 Identifikasi angka
metode grafitesia
 Ekstinsi
metode sentuhan kedua sisi tubuh
5. Pemeriksaan Fisik Indra Penciuman

 Adanya gangguan penciuman (osmia) dapat diakibatkan oleh proses patologis


sepanjang olfaktorius
 Penyebab utama gangguan penciuman yaitu penyakit rongga hidung maupun
sinus, infeksi saluran nafas atas dan trauma kepala
Gangguan penciuman (osmia)

 Anosmia (ketidak mampuan mendeteksi bau)


 Hiposmia (penurunan kemampuan mendeteksi bau)
 Disosmia (distorsi identifikasi bau/tidak bisa membedakan bau)
 Parosmia (perubahan persepsi bau tanpa adanya sumber bau)
 Phantosmia (persepsi bau tanpa adanya sumber bau)
 Agnosia (ketidak mampuan menyebutkan maupun membedakan bau, meski
pasien dapat mendeteksi bau)
Etiologi gangguan penciuman

 Defek konduktif
 Defek sensori neural
Defek konduktif

 Proses inflamasi (rinitis, sinus kronik)


 Massa/tumor (menghalangi aliran odoran ke epitel olfactorius)
 Abnormal developmental
Defek sensorineural

 Proses inflamasi (infeksi virus yang mempengaruhi struktur saraf)


 Penyebab kongenital (Kallman syndrome)
 Gangguan endokrin (DM, hipotiroidisme, maupun hipoadrenalisme dapat
mempengaruhi gangguan persepsi bau)
 Trauma kepala (terputusnya fila olfaktori halus)
 Toksisitas obat sistemik (obat neurotoksik :etanol, amfetamin, kokain
tropical, aminoglikosida, tetrasiklin, asap rokok)
 Defisiensi gizi (def Vit A, Zink)
 Proses degeneratif
Pemeriksaan Fisik

1. Tes odor stix


 menggunakan pena penghasil bau-bauan
 dipegang dalam jarak 3-6 inci dari hidung pasien
 Mengkaji persepsi bau secara kasar
2. Tes alkohol 12 inci

 Menggunakan paket alkohol isopropil


yang dipegang dalam jarak 12 inci
 Mengkaji persepsi bau secara kasar
3. Scratch and sniff card

 Menggunakan kartu yang memiliki 3 bau


 Mengkaji persepsi bau secara kasar
4. The University of Pennsylvania Smell
Identification Test (UPSIT)
 Metode paling baik untuk menguji penciuman dan
paling direkomendaasikan
 Menggunakan 40 item pilihan ganda berisi bau-
bauan berbentuk kapsul mikro
 Orang yang kehilangan seluruh fungsi
penciumannya memiliki skor kisaran 1-7 dari skor
maksimal 40.
5. Pemeriksaan fisik untuk menentukan
ambang batas
 Penentuan ambang deteksi bau menggunakan
alkohol feniletil yang ditetapkan dengan
menggunakan rangsangan bertingkat
 Masing-masing lubang hidung harus diuji
sensitifitasnya melalui ambang deteksi untuk
fenil-etil metil atil karbinol

Anda mungkin juga menyukai