Anda di halaman 1dari 20

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM

PEMILIHAN KEPALA DESA DRUJU WETAN KAB.


MALANG TAHUN 2012 SEBAGAI WUJUD
PENGAMALAN SILA KE-4

Oleh :
Afidatur Rafika
Demokrasi Pancasila

• Demokrasi adalah suatu sistem kenegaraan yang


dimana sistem pemerintahan. sebuah negara
berupaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat atas
negara serta memiliki hak yang setara dalam
mengambil keputusan untuk mengubah hidup
mereka. Bisa dikatakan, dalam demokrasi yang
menjadi nomor satu dalam sebuah negara adalah
rakyat.
demokrasi Pancasila terdapat 2 asas yang membentuk,
yakni :

a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan


terhadap rakyat, manunggal dengan nasib
dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau
dalam arti menghayati kesadaran senasib dan secita-
cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang
memperhatikan dan menghargai aspirasi seluruh rakyat
yang jumlahnya banyak dan melalui forum
permusyawaratan dalam rangka pembahasan untuk
menyatukan berbagai pendapat yang keluar serta
mencapai mufakat yang dijalani dengan rasa kasih
sayang dan pengorbanan agar mendapat kebahagiaan
bersama-sama.
3. Pemilu (Pemilihan Umum)

• Pemilu atau Pemilihan Umum yaitu proses memilih orang


untuk dijadikan pengisi jabatan-jabatan politik tertentu, mulai
dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan
sampai dengan kepala desa. salah satu upaya dalam
mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)

• Asas asas pemilu terdiri dari 6 asas, hal ini sesuai dengan Pasal
22E Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun
2003. Ke -enam asas tersebut sering disingkat dengan
"LUBER JURDIL" yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,
jujur dan Adil.
Asas asas pemilu terdiri dari 6 asas
• “LUBER JURDIL”
1. Langsung bahwa
pemilihrakyat yangjaminan
memiliki sudah memiliki
kesempatanhakyang
pilih
(pemilih) mempunyai(umum)
berlaku menyeluruh hak untuk
bagimemberikan
semua
2. Umum suaranya secaratanpa
warga negara, langsung
adanyasesuai dengan
diskriminasi
bahwa setiap pemilih
keyakinannya tanpa bebas memiliki
adanya perantara.
3. Bebas berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis
kebebasan dalam menentukan pilihannya
kelamin, pekerjaan dan status sosial. Pemilu
tanpa
dalam adanya paksaan
memberikan dan paksaan
suaranya, warga dari pihak-
negara
4. Rahasia ini bisa
pihak
Dalam
yang
diikuti
lain.
oleh
penyelenggaraan
sudah memilih
semua warga
pemilu,
dijamin
negara yang
setiap tidak
pilihannya
telah memenuhi persyaratan.
setiap pemilih
diketahui oleh dan
penyelenggara pihakpeserta
pemilu, pemilu
aparat,
manapun peserta pemilu,
dan dengan
5. Jujur mendapatkan
pengawas perlakuan
pemilu,
jalan apapun. yang pemilih
pemantau, sama, serta
dan
bebas dari kecurangan
smua orang yang terlibatpihak
harusmanapun.
bersikap jujur
6. Adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Tujuan penyelenggaraan pemilu

– Melaksanakan kedaulatan rakyat


– Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
– Untuk memilih wakil- wakil rakyat duduk di DPR,
DPD, dan DPRD serta memilih Presiden dan
wakil Presiden maupun Kepala desa.
– Melaksanakan pergantian personal pemerintahan
secara damai, aman, dan tertib (secara
konstitusional)
– Menjamin kesinambungan pembangunan nasional
Bentuk pemilu
• Langsung :dilaksanakan oleh para pemilih (yang
memiliki hak pilih) secara langsung tidak melalui
lembaga perwakilan, dengan cara para pemilih ia
memberikan “suara”ditempat –tempat pemungtan
suara (TPS).
• Tidak langsung adalah pemilu yang dilaksanakan
oleh para anggota perwakilan di lembaga
perwakilan (parlemen). Para pemilih dalam
memberikan suara bisa secara langsung
(voting)atau melalui mufakat musyawarah,
tergantung kesepakatan bersama
Implementasi pengamalan sila ke4

• Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan


sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan
beragama masing-masing, dan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung
tinggi persatuan.
Adapun pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila keempat
dari Pancasila adalah;

1. Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap


manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.

6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang


dicapai dalam musyawarah.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan


secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, dan keadilan, serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan bersama.

8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai


untuk melaksanakan permusyawaratan.
Pandangan islam
Bahwa Alloh yang menciptakan dan tuhan seru sekalian
alam seisinya itu sungguh- sungguh mentolerir/
mengizinkan adanya kedaulatan rakyat, dalam Q.s al –
ahzab (33): 36 yang dapat diartikan bahwa jika Alloh dan
Rasul telah menetapkan suatu perkara (hukum), maka
seorang mukmin atau mukminat tidak boleh menetapkan
ketentuan lain menurut keinginannya sendiri. “Tetapi
meskipun kedaulatan yang berarti rakyat yang berdaulat
dalam arti rakyat yang mempuyai kekuasaan, tetapi masih
ada yang lebih berdaulat atau berkuasa yaitu alloh swt”.
Disini suara rakyat bukanlah suara tuhan, karena
rakyat dapat saja melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan syariat.
Berdasarkan survei dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:

1). Banyak warga masyarakat yang tidak bersedia menggunakan


hak pilihnya / hak suaranya alasannya ;

a. Adanya sikap apatis dari keyakinan masyarakat bahwa


memilih atau tidak memilih tidak mempengaruhi kehidupan
mereka secara signifikan.
b. Para calon yang bertarung tidak memiliki kapasitas untuk
mewujudkan harapan mereka.
c. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa kebutuhan ekonomi
lebih penting daripada penyaluran hak politik mereka untuk
berpartisipasi dalam Pemilu.
d. Menurunnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap para
calon Kepala Desa

e. Masyarakat menganggap bahwa sikap dan budaya


politik peserta Pilkades (pasangan calon maupun calon Kepala
desa) dalam berkampanye sering melakukan prilaku – prilaku
yang tidak bermoral seperti penghinaan, permusuhan dan
kecurangan.

f. Masyarakat trauma dengan propaganda – propaganda politik


selama kampanye yang ternyata tidak terbukti pasca Pilkades.
2). Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa

• Dari penelitian ini di dapatkan hasil bahwa pelaku


praktik politik uang dalam pemilihan kepala desa di
Desa Druju wetan tahun 2012 yang lalu terdiri dari
tiga pelaku atau agen yaitu pertama kandidat calon
kepala desa, kedua tim sukses yang terbagi menjadi
dua yaitu tim sukses formal dan tim sukses non
formal. Kemudian pelaku yang ketiga yaitu pemilih
atau masyarakat biasa yang tidak berperan sebagai
tim sukses dari kandidat calon kepala desa. Pada
pemilihan Kepala Desa Druju Wetan tahun 2012 yang
lalu, terdapat tiga kandidat calon kepala desa yaitu NN,
MJ dan DK. Kandidat ini merupakan kandidat yang
memiliki hubungan keluarga.
3). Kampanye Negatif.

• Masyarakat hanya “menurut” pada sosok tertentu yang selama


ini dianggap tokoh masyarakat. Kampanye negatif seperti ini
dapat mengarah pada fitnah yang dapat merusak integritas
daerah tersebut.

4). Intimidasi
• Biasanya intimidasi terjadi justru dalam anggota keluarga
yang memiliki perbedaan dalam menentukan pilihan.
Akibatnya terjadi perseteruan yang menyebabkan perpecahan
yang berujung tidak saling menyapa dan menjauh satu sama
lain.
5). Data daftar pemilih yang tidak akurat.

• Terdapat kesenjangan atau tidak ada


sinkronisasi antara sinkronisasi Daftar
Penduduk Potensial Pemilih Pilkades dengan
Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu terakhir
serta distribusi dan konsolidasi data pemilih
pada desa- desa pemilihan dalam wilayah
Kecamatan
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori diatas, maka
permasalahan dapat dipecahkan sebagai berikut :

1. Seharusnya dilakukan sosialisasi tujuan pemilihan kepala


desa untuk meningkatkan daya dorong atau motivasi
masyarakat pada setiap pemilihan kepala desa
2. Seharusnya Seluruh pihak yang ada di Desa Druju wetan
bersama-sama menjaga ketertiban dan kelancaran
pelaksanaan Pilkades. Dari unsur- unsur terjadinya
kecurangan.
3. Seharusnya Masyarakat Desa Druju Wetan lebih
mengutamakan memilih dengan hati nurani tanpa paksaan
dari orang lain.
4. Seharusnya masyarakat Desa Druju wetan saling
menghargai Perbedaan pendapat
5. Seharusnya Pendataan kembali daftar calon pemilih tetap
kesimpulan
• Kurangnya sosialisasi dari tujuan pemilihan kepala desa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk meningkatkan daya
dorong atau motivasi masyarakat pada setiap pemilihan kepala
desa didusun Druju wetan.

• Rendahnya Keterlibatan Seluruh pihak yang ada di Desa Druju


wetan untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan kelancaran
pelaksanaan Pilkades dari unsure-unsur kecurangan.
saran
• melakukan sosialisasi tujuan pemilihan kepala desa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
meningkatkan daya dorong atau motivasi masyarakat
pada setiap pemilihan kepala desa didusun Druju
wetan.
• Keterlibatan Seluruh pihak yang ada di Desa Druju
wetan untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan
kelancaran pelaksanaan Pilkades dari unsure-unsur
kecurangan. Karena Sebagai pemilik hak pemilih dalam
pemilihan Kepala Desa kita jangan sampai menyia-
nyiakan hak suara hanya untuk iming-iming
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai