Anda di halaman 1dari 48

Landasan Ilmu Pendidikan Teknologi Kejuruan Prof. Dr. Elizar, M.Pd & Dr. Azwar Inra, M.

Pd

Dalfi 17138008
Iffah Rojiyyah 17138018
KMS. m. Avrieldi 17138021
Kurniati Rahmdani 17138023
Riana Agustina 17138034
Secara etimologi : proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok

Secara terminologi : proses meningkatkan


kepribadian dengan membina potensi pada
pribadinya
Mengendalikan dan
mengatur gejala-gejala
kekuasaan yang asosiasi

Mengorganisir kegiatan
manusia dan golongan-
golongan kearah tujuan dari
masyarakat seluruhnya
Paradigma Sosialisasi
melahirkan paradigma pendidikan
yang bersifat analitis mekanis
dengan mendasar pada doktrin
reduksionisme dan mekanistik

Paradigma Fungsional
Keterbelakangan dan kemiskinan
dikarenakan masyarakat tidak
mempunyai cukup penduduk yang
memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan sikap modern
Hubungan Pendidikan
dengan Negara
KELOMPOK B
ALI AKMAL ZONI
DEVI EFENDA
ELSA PRATIWI
M. IQBAL
POPI DARYUNI
Hubungan Pendidikan dengan
Negara

PENDIDIKAN
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN
dan NEGARA TERBAGI 2

Hubungan Mutualisme

Hubungan Ekplisit
Hubungan Mutualisme
Hubungan dimana Pendidikan dan
Negara saling Menguntungkan.

Citra positif NEGARA

Dukungan untuk
terwujudnya
Pendidikan pendidikan
sebagaimana
koonstituennya
Pendidikan

Hubungan Mutualisme

Negara
Hubungan Ekplisit(Kurang Seimbang)

Dalam Kondisi hubungan yang kurang seimbang, pendidikan sering hanya


di jadikan sebagai alat kepentingan kekuasaan Negara.
Hubungan Ekplisit Terhadap
Lembaga Pendidikan

SEKOLAH PERGURUAN TINGGI

Banyaknya di keluarkan
Pemberlakuan kurikulum Peraturan mentri dimana
Nasional Pada masa orde baru membuat kreatifitas mahasiswa
terpasung
• SENTRALISASI
• KELOMPOK : 3

• ARFIN JURI ABADI TANJUNG 17138006


• FADLY NENDRA 17138015
• KURNIA JESINAWILA SARI 17138022
• NURLIZA 17138030
• RIRIN NURPENDAH 17138035
Reduksionisme
• Pendidikan sebagai barang yang dapat dipecah-pecah
atau dipisah-pisah satu dengan yang lain

Mekanis
• Pecahan-pecahan atau bagian-bagian yang tersebut
memiliki keterkaitan linier fungsional, satu bagian
menentukan bagian yang lain secara langsung
Paradigma Sosialisasi memiliki peranan
pendidikan dalam pembangunan
• Mengembangkan kompetensi individu
1

• Untuk meningkatkan produktivitas diperlukan


2 kompetensi yang lebih tinggi

• Meningkatkan kemampuan warga masyarakat


3
1
6

Sistem Sentralisasi

Manajemen pendidikan
dikenal dua mekanisme
pengaturan :

Sistem Desantralisasi
1
Sentralisasi Pendidikan 7

Defenisi Sentralisasi

Sentralisasi adalah seluruh wewenang


terpusat pada pemerintah pusat.
Misalnya mengenai penentuan
kurikulum sendiri di daerah
masing-masing, tetapi dalam
sentralisasi dialihkan semuanya
ke pusat untuk mengaturnya.
Inilah yang menyebabkan
keasingan peserta didik
1
Kelebihan Sentralisasi 8

Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien Perencanaan dan


pengembangan organisasi lebih terintegrasi Penigkatan resource sharing
Perbaikan koordinasi
Kelemahan Sentralisasi 6

Kelemahan di sistem sentralisasi adalah:


 Kemungkinan penurunan kecepatan pengambilan keputusan dan
kualitas keputusan
 Demotivasi dan disinsentif bagi pengembangan unit organisasi
 Penurunan kecepatan untuk merespon perubahan lingkungan.
 Peningkatan kompleksitas pengelolaan
 Perspektifluas, tetapi kurang mendalam
THANK YOU FOR ATTENTION
DISENTRALISASI

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ellizar, M. Pd
Dr. Azwar Indra, M. Pd

Dianne Wira Suryane 16138020


Ajeng Rahma Sudarni 17138002
Munah Rahmawati 17138027
Nofi Nofrial 17138029
Reza Rahmadani 17138033
Desentralisasi Pendidikan
PENGERTIAN :

Desentralisasi merupakan kebijakan pemberian kewenangan


kepada daerah untuk melaksanakan dan mengurusi keperluan
dirinya sendiri

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat


keputusan dan kebijakan kepada orang-orang pada level bawah
(daerah)
Contoh pelaksanaan
desentralisasi :

Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS)
Pentingnya Desentralisasi Murbandono
Hs (1999)

1. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas

2. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.

3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga


dapat meningkatkan efisiensi.
.
4. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara
optimal.

5. Mengakomodasi kepentingan politik.

6. Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.


Keberhasilan Desentralisasi

 Mampu memenuhi tujuan politis


 Mampu membangun partisipasi masyarakat
 Mampu menyelenggarakan pendidikan dan memfasilitasi
proses belajar mengajar
Kelemahan Desantralisasi
 Wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau
golongan serta dipergunakan untuk mengeruk keuntungan
para oknum atau pribadi.
 Sulit dikontrol oleh pemerinah pusat
 Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desintralisasi ke
memungkinkan terjadinya perubahan secara gradual dan
tidak memadai serta jadwal pelaksanaan yang tergesa-gesa.
 Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara
pemerintah pusat, propinsi dan daerah.
 Kemampuan keuangan daerah yang terbata
Pelaksanaan desentralisasi dalam pengelolaan sekolah
memerlukan kesiapan berbagai perangkat pendukung
di daerah.

 Peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi


pendidikan dari tingkat daerah, provinsi sampai tingkat kelembagaan.
 Pembinaan kemampuan daerah.
 Pebentukan perencanaan unit yang bertanggung jawab untuk
menyusun perencanaan penddikan.
 Perangkat sosial, berupa kesiapan masyarakat setempat untuk
menerima dan membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi
pelaksanaan desentralisasi tersebut.
Terimakasih
Manajemen
Berbasis Sekolah
(MBS)
Ari Kharisma Pesa
Dony Marten
Fajri Andri Putra
Mardewifa
Rahmi
Untuk mengembangkan prosedur
kebijakan sekolah, memecahkan
masalah-masalah umum,
memanfaatkan semua potensi
individu yang tergabung dalam tim
tersebut. Sehingga sekolah selain
dapat mencetak orang yang cerdas
serta emosional tinggi, juga dapat
mempersiapkan tenaga-tenaga
pembangunan.
Manajemen (MBS)
Berbasis
Sekolah Manajemen adalah proses menggunakan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran.

Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar


atau asas.

Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan


mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberikan pelajaran
MBS adalah Suatu proses kerja komunitas sekolah
dengan cara menerapkan kaidah-kaidah
otonomi, akuntabilitas, partisipasi, untuk mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaran secara
bermutu.

UU Nomor 32 Tahun 2004 pergeseran kewenangan


dalam pengelolaan pendidikan dan melahirkan
wacana akuntabilitas Pendidikan

MBS merupakan sistem pengelolaan persekolahan yang


memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada institusi
Sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi,
tuntutan dan kebutuhan Sekolah yang bersangkutan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia (2003), tujuan MBS :

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama

Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,


masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya;

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu


pendidikan yang akan dicapai.
1
Kurikulum 3 5
yang bersifat Lingkungan Standarisasi
inklusif. sekolah yang
mendukung

2 4
Proses Sumber daya
pembelajaran yang berasas
yang efektif. pemerataan.
Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah
membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.

Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber


daya lokal.

1.Efektif dalam melakukan pembinaan peserta


didik,moral guru, dan iklim sekolah.

1.Adanya perhatian bersama untuk monitoring


dan evaluasi.
Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia (2011:191)

Manajemen Kurikulum

Manajemen Peserta Didik / Siswa

Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Manajemen Keuangan

Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat


Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua

Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah

Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Team-work yang Kompak dan Transparan


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Ainu
Alexsandra Harahap
Dina Novita Sari
Erifka Dwi Jayanti
Laila Hidayati
Karakteristik MBS

Output Proses

Input
Output

Prestasi Akademik

Prestasi Non Akademik


Proses
1 Proses Belajar Mengajar dengan Efektivitas
5
yang Tinggi
Sekolah Memiliki Budaya Mutu

2 6 Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak,


Kepemimpinan Sekolah yang Kuat Cerdas, dan Dinamis

3 7
Lingkungan Sekolah yang Aman dan Sekolah Memiliki Kewenangan
Tertib (Kemandirian)

4 8
Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan
Efektif Masyarakat
Proses
9 Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi)
13
Manajemen
Memiliki Komunikasi yang Baik

10 Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah


14
(Psikologi dan Fisik)
Sekolah Memiliki Akuntabilitas

11 15
Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah
Secara Berkelanjutan Baik

12 16
Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Sekolah Memiliki Kemampuan Menjaga
Kebutuhan Sustainabilitas
Memiliki
Kebijakan,
Tujuan, dan
Sasaran
Mutu

Input Sumberdaya
Manajemen Tersedia
dan Siap

Input

Staf yang
Fokus pada Kompeten
Peserta dan
Didik Berdedikasi
Tinggi

Memiliki
Harapan
Prestasi
yang Tinggi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

kekuasaan/
kewenangan
pengetahuan informasi penghargaan

Anda mungkin juga menyukai