Anda di halaman 1dari 22

DEMAM TIFOID

Tutorial Klinik

Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
2018

Pembimbing : dr. William S. Tjeng, Sp. A

Ulfah Wisdayanti 1710029019


Spicakent Dinyanti 1710029067
DEFINISI

• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut

yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

• Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan, ditopang

dengan bakteremia , invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke

dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe

usus, dan Peyer’s patch.

• Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama

dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini

biasanya disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis.


ETIOLOGI

Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak

berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal

370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung

empedu.
Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen
antigen antara lain (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari,
2015):

• Antigen O (antigen • Antigen H (antigen • Antigen Vi,


somatik) flagela)
terletak pada lapisan terletak pada
luar tubuh kuman. terletak pada flagela, kapsul (envelope)
Bagian ini mempunyai fimbriae atau pili dari kuman yang
struktur kuman. Antigen ini
lipopolisakarida atau mempunyai struktur dapat melindungi
disebut juga protein dan tahan kuman terhadap
endotoksin. Antigen ini terhadap formaldehid fagositosis.
tahan terhadap panas
dan alkohol tetapi tidak tetapi tidak tahan
tahan terhadap terhadap panas dan
formaldehid. alkohol.
PATOFISIOLOGI

• Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia.


Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella Typhi dapat
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas,
urin dan tinja

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks :


1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch,
2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam
makrofag Peyer Patch, Nodus Limfatikus Mesenterica, dan
organ- organ extra intestinal sistem retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP
di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas
membrane usus
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Cara Penularan dan Faktor-faktor yang Berperan

Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat


berperan, pada penularan adalah :
• Higiene perorangan yang rendah, seperti
budaya cuci tangan yang tidak terbiasa. Hal ini
jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta
pengasuh anak
• Higiene makanan dan minuman yang rendah.
PATOFISIOLOGI

• Faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. Banyak


sekali contoh untuk ini diantaranya :
– Makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan.
– Sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia
– Makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi
lalat, air minum yang tidak dimasak dan sebagainya
– Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air
limbah, kotoran dan sampah yang tidak memenuhi syarat-
syarat kesehatan
– Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai
– Jamban keluarga yang tidak emmenuhi syarat
– Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna
– Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
MANIFESTASI KLINIS

• Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada


awal penyakit.
• penampilan demam pada kasus demam tifoid yaitu step-
ladder temperature chart
• ditandai dengan demam timbul insidious, kemudian naik
secara bertahap setiap harinya dan mencapai titik tertinggi
pada akhir minggu pertama, setelah itu demam akan
bertahan tinggi dan pada minggu ke 4 demam turun
perlahan secara lisis, kecuali apabila terjadi focus infeksi
seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan
menetap.
• demam lebih tinggi saat sore hari dan malam hari
dibandingkan dengan pagi harinya. Pada saat demam sudah
tinggi, dapat disertai gejala sistem saraf pusat, seperti
kesadaran berkabut atau delirium, atau penurunan
kesadaran apatis sampai koma.
MANIFESTASI KLINIS

Onset bakteremia ditandai gejala demam dan


malaise.
Pasien umumnya datang ke RS menjelang akhir
minggu pertama, dengan gejala demam, gejala mirip
influenza, nyeri kepala, anoreksia, nausea, nyeri perut,
radang tenggorokan, batuk kering dan mialgia.

Lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang


tepi dan ujungnya kemerahan, nyeri abdomen, diare,
obstipasi, hepatomegali dan splenomegali jarang
ditemukan. Bradikardia relatif dan konstipasi juga
dapat ditemukan pada demam tifoid.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Darah Tepi 2. Pemeriksaan Serologi

• anemia dari yang ringan sampai  Uji Widal (mendeteksi antibodi


sedang : peningkatan laju endap darah, terhadap kuman S.typhi) :
gangguan eritrosit normokrom Maksud uji widal adalah untuk
normositer menentukan adanya aglutinin dalam ini.
• Leukopenia (Tidak selalu) serum penderita tersangka demam tifoid
• Trombosit ↓ yaitu;
• gambaran hitung jenis didapatkan : - Aglutinin O (dari tubuh kuman)
limfositosis relatif, aneosinofilia - Aglutinin H (flagel kuman)
• SGOT dan SGPT seringkali ↑ (menurun - Aglutinin Vi (simpai kuman).
kembali bila sembuh)
hanya aglutinin O dan H yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid. Semakin
tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Bakteriologis 4. Pemeriksaan kuman secara
dengan isolasi dan biakan kuman molekuler
Diagnosis ditegakan bila ditemukan Mendeteksi DNA asam nukleat gen
bakteri s. typhii dalam : flagellin s.typhi dalam darah dengan
• Darah teknik hibridisasi asam nukleat atau
• Urin amplifikasi DNA dengan cara PCR
• Feses (polymerase chain reaction) melalui
• Sumsum tulang (mudah identifikasi antigen Vi yang spesifik
ditemukan pada awal penyakit) untuk s. typhi.

Kendala metode PCR  resiko


kontaminasi yang menyebabkan
hasil positif palsu bila prosedur
kurang tepat.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Uji Widal
• Di Indonesia pengambilan angka
titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan
memakai uji widal slide aglutination
• Banyak pendapat apabila titer O
aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau
pada titer sepasang terjadi kenaikan
4 kali maka diagnosis demam tifoid
dapat ditegakkan.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Uji Tubex
• tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana
dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan
partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas.
• Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak
mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.

Ada 4 interpretasi hasil :


• Skala 2-3 adalah Negatif Borderline. Tidak menunjukkan
infeksi demam tifoid. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ulang 3-5 hari kemudian.
• Skala 4-5 adalah Positif. Menunjukkan infeksi demam tifoid
• Skala > 6 adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid
Uji diagnostik Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Keterangan
Pemeriksaan mikrobiologi
Biakan darah 40-80 NA Baku emas, namun sensitivitas rendah di
daerah endemis karena penggunaan
antibiotic yang tinggi, sehingga
spesifisitas sulit diestemasi

Biakan sumsum tulang 55-67 30 Sensitivitas tinggi, namun invasif dan


terbatas penggunaannya

Biakan urin 58 NA Sensitivitas bervariasi


Biakan tinja 30 NA Sensitivitas rendah di negara
berkembang dan tidak digunakan secara
rutin untuk pemantauan

Diagnostik molekular
PCR 100 100 Menjanjikan,namun laporan awal
menunjukkan sensitivitas mirip biakan
darah dan spesifisitas rendah

Nested PCR 100 100 Menjanjikan dan menggantikan biakan


darah sebagai baku emas baru
Diagnostik serologi

Widal 47-77 50-92 Klasik dan murah. Hasil


bervariasi di daerah endemis,
perlu standardisasi dan
kualitas kontrol dari reagen
Typhidot 66-88 75-91 Sensitivitas lebih rendah dari
Typhidot-M
Typhidot-M 73-95 68-95 Sensitivitas dan spesifisitas
lebih tinggi
Tubex 65-88 63-89 Hasil menjanjikan dan harus
diuji ditingkat komunitas

Lainnya

Deteksi antigen urin 65-95 NA Data awal

NA = not available
PENATALAKSANAAN

NON MEDIKAMENTOSA
1. Tirah Baring 2. Cairan
Istirahat sangat membantu • Cairan bisa berupa oral maupun
penyembuhan. Pasien harus diedukasi parenteral (jika sakit berat)
tinggal di rumah dan tidak bekerja • Cairan harus mengandung elektrolit
sampai pemulihan. dan kalori

3. Kompres air hangat


Supaya cepat membuang panas tubuh
melalui kulit sehingga suhu kembali
normal
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
PENATALAKSANAAN

Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi
usus

Suportif
Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
Tirah baring
isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
• Kasus demam tifoid berat seperti
delirium, stupor, koma sampai syok
dapat diberikan kortikosteriod IV
(Dexametasone) 3mg/kgBB dalam 30
menit dosis awal  dilanjutkan 1
mg/kgBB tiap 6 jam sampai 48 jam.
• Perdarahan usus  tranfusi darah
• Terjadi perforasi  laparotomi
• Demam  Paracetamol
10mg/kgBB/kali minum, hindari aspirin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai