Anda di halaman 1dari 22

MODIFIKASI SELULOSA AMPAS SAGU DENGAN

POLIMERISASI PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN-


SILANGAN

Oleh :
Kelompok 3
Anang Hendro Wibowo 24030115130096
Erlina Haryono 24030115130097
Ajeng Dyah Ryanasari 24030115140100
Yulia Indriastuti 24030115130106
Nurwarrohman Andre S 240301151 30107
LATAR BELAKANG

Potensi sagu di Indonesia (1.4 juta ha) mencapai lebih dari 50% potensi pertanian sagu dunia (2.2 juta ha).
Karena begitu besarnya produksi sagu di Indonesia, sangat diperlukan usaha pemanfaatan sagu dan produk
turunannya, termasuk limbah (ampas sagu/Ela) yang dihasilkan dari proses produksi sagu. Di Indonesia, sebagian
besar bahan baku sagu diolah menjadi tepung sagu. Limbah dari hasil panen pohon sagu bermacam-macam dan
umumnya belum dimanfaatkan, antara lain kulit batang dan ampas sagu. Apabila dibiarkan, limbah ini dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan berupa bau dan peningkatan kemasaman tanah (pH < 4), yang dapat
menghambat pertumbuhan, bahkan menyebabkan kematian tanaman.

Limbah sagu merupakan biomassa lignoselulosa yang mengandung komponen penting


seperti pati dan selulosa. Ampas sagu mengandung 64.6% pati dan sisanya serat kasar
14% , protein kasar 3.3%, lemak 0.3%, dan abu 5.0% (Hasibuan 2009). Ampas sagu
mengandung residu lignin sebesar 21%, sedangkan kandungan selulosa di dalamnya
sebesar 20% dan sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu.

Pencangkokan dan penautan-silangan digunakan karena pencangkokan dapat meningkatkan


keefektifan drag reduction dan stabilitas geser.
SELULOSA

Selulosa adalah polimer alam yang terdiri atas


subunit-subunit D-glukosa yang ditautkan satu sama
lain dengan ikatan β-1,4-glikosida. Selulosa dalam
tumbuhan terdiri atas bagian yang memiliki struktur
kristalin yang teratur, dan bagian dengan struktur
amorf yang tidak terlalu teratur dengan baik. Galur-
galur selulosa tergabung bersama dan membentuk
fibrilfibril selulosa. Bentuk ini sebagian besar bebas
dan berinteraksi satu sama lain melalui ikatan
hidrogen (Bobleter 1994).
AKRILAMIDA

Akrilamida merupakan salah satu monomer hidrofilik yang


digunakan sebagai bahan baku pembuatan poliakrilamida,
berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat
yang sangat mudah larut dalam air, metanol, etanol, etil
asetat, eter, aseton, sedikit larut dalam kloroform dan
mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan
rangkapnya. Monomer akrilamida mudah berpolimerisasi
pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet.
Akrilamida dalam larutan bersifat stabil pada suhu kamar
dan tidak berpolimerisasi secara spontan (Harahap 2006).
POLIMERISASI PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANGAN

Kopolimerisasi pencangkokan merupakan salah satu metode yang paling


umum digunakan untuk memodifikasi sifat-sifat kimia dan fisika polimer alami
dan sintetik. Kopolimer cangkok dibuat dengan cara menumbuhkan atau
menggabungkan polimer sintetik pada tulang punggung polimer alami. Ada
tiga metode sintesis kopolimer cangkok:
 Pertama, pencangkokan dari, yaitu polimer tulang punggung membawa tapak aktif
yang digunakan untuk menginisiasi polimerisasi monomer.
 Kedua, pencangkokan ke, yaitu polimer tulang punggung membawa gugus fungsi X
reaktif yang terdistribusi secara acak, bereaksi dengan polimer lain yang membawa
gugus fungsi Y.
 Ketiga, pencangkokan melalui, yaitu adanya makromer dengan BM rendah dan
tapak tak jenuh, polimer yang sedang tumbuh dapat bereaksi pada tapak tak jenuh
tersebut menghasilkan kopolimer cangkok.
METODE PENELITIAN

BAHAN ALAT
- ampas sagu
- Akuades - reaktor pencangkokan
- gas nitrogen - Oven
- Akrilamida
- amonium persulfat (APS) - pengaduk magnetik
- N,N-metilena-bis-akrilamida - peralatan kaca
(MBA)
- metanol teknis - penghalus sampel (blender)
- etanol teknis - neraca analitik
- aseton Merck
- NaOH p.a Merck - spektrofotometer inframerah
- HCl 37% Merck transformasi fourier (FTIR)
- H2O2 35% Merck, dan indikator
- pH universal Merck Prestige-21 Shimadzu.
METODE PENELITIAN
Bagan alir penelitian
METODE PENELITIAN
Bagan proses preparasi dan isolasi
selulosa ampas sagu
Rancangan reaktor kopolimerisasi pencangkokan dan pentautan
silangan

Keterangan:
a. Labu leher 3.
b. Pengaduk magnetik.
c. Termometer.
d. Pipa penyaluran gas nitrogen.
e. Tempat pemasukan campuran
monomer dan penaut silang.
f. Penangas.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar (a) dan (b) memperlihatkan perubahan bentuk fisik


ampas sagu selama penghilangan pati menjadi berwarna agak
merah dan kasar. Terjadi penurunan bobot yang diduga berupa
pati yang terhidrolisis, selulosa yang terdegradasi, dan logam-
logam.

Tekstur ampas sagu hasil merserisasi dalam NaOH 20% (v/v)


selama 1 jam pada suhu 0–50C lebih halus, lebih keras, dan
lebih cokelat dibandingkan dengan sebelum dimerserisasi (c).

Proses penghilangan lignin dengan H2O2 pH 12 selama 14 jam


pada suhu 450C menghasilkan ampas sagu yang lebih putih dan
lebih halus (d).
Bentuk fisik ampas sagu, belum bebas-pati (a),
bebas-pati (b), hasil merserisasi (c), dan hasil
delignifikasi (d).
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Kerangka utama yang digunakan pada kopolimerisasi adalah


selulosa hasil isolasi dari ampas sagu. Selulosa dijadikan kerangka
utama karena keberadaannya yang begitu banyak di alam dan
mudah diperoleh.
• Monomer yang dicangkokkan adalah akrilamida. Akrilamida
memiliki ikatan rangkap sehingga sangat memungkinkan terjadinya
pencangkokan.
• Reaksi yang terjadi pada proses polimerisasi ini yaitu reaksi adisi
Tahap Propagasi

• Tahap propagasi terjadi


setelah inisiasi. Pada tahap ini
terjadi penggabungan senyawa
utama dengan monomer.
Monomer akrilamida
dicangkokkan ke radikal
selulosa yang berperan
sebagai senyawa utama. Bila
reaksi tidak sempurna, tahap
ini akan menghasilkan
homopolimer.
Tahap Terminasi
• Tiga kemungkinan reaksi terminasi penautan-silangan
(a) antarmonomer pada monomer yang tercangkok ke selulosa (Anah
et al. 2010)
(b) antarselulosa (Achmad et al. 2006)
c) antarmonomer pada homopolimer (Anah et al. 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Rasio Perbandingan dan Efisiensi Pencangkokan, Derajat Penautan-
Silangan, dan Pengujian Kapasitas Absorpsi Air
HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji kapasitas absorpsi dilakukan dengan jalan memasukkan polimer ke dalam


pelarut air. Air akan terabsorpsi ke polimer karena adanya gugus hidrofilik.
Setelah mencapai tahap kesetimbangan, air yang terserap akan berikatan
hidrogen dengan gugus karboksilat sehingga tetap tertahan pada polimer dan
membengkakkannya.

Proses pembengkakan polimer oleh air (Swantomo et al. 2008)


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis FTIR berguna untuk mengetahui ciri struktural senyawaan kimia pada sampel dan
mendeteksi substitusi akibat modifikasi. Menurut FAO (1996), spektrum inframerah selulosa
dicirikan serapan bilangan gelombang sekitar 3500 cm-1 (ulur –OH), 2800–3200 cm-1 (ulur C-
H), dan daerah sidik jari dengan puncak ganda pada daerah 1000 – 1100 cm-1 .

Spektrum FTIR, garis merah adalah


selulosa hasil delignifikasi, garis hitam
adalah hasil pencangkokan selulosa hasil
isolasi, dan garis hijau adalah hasil
pencangkokan selulosa komersial dengan
metode sama yang telah di kerjakan oleh
Rinawita (2011).
KESIMPULAN
Modifikasi selulosa ampas sagu dengan pencangkokan dan penautan-
silangan telah berhasil dilakukan. Polimer yang terbentuk tidak termasuk ke
dalam polimer superabsorben karena memiliki derajat tautansilang di
bawah 90 g air/g polimer. Perlakuan perendaman polimer dengan air
selama 48 jam tidak terlalu berpengaruh banyak pada derajat tautan-silang
jika dibandingkan dengan perlakuan perendaman selama 24 jam.

SARAN
Metode kopolimerisasi ini perlu diperhatikan dalam segi sintesisnya, yaitu suhu dan
pengaliran nitrogen ke dalam reaktor, karena sangat memengaruhi hasil akhir.
Selain itu, perlu dilakukan optimasi metode kopolimerisasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Jumantara, B.A. 2011. Modifikasi Selulosa Ampas Sagu dengan Polimerisasi


Pencangkokan dan Penautan-silangan. Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai