Anda di halaman 1dari 56

PENGAMATAN INDUSTRI KECIL

(HOME INDUSTRY)

YUDI FERIANDI
SISTEMATIKA
PRESENTASI

1. Pendahuluan
2. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) utama
dalam bidang Kedokteran Kerja
3. Capaian pembelajaran dan sasaran pembelajaran
kedokteran kerja tahap profesi
4. Disain pembelajaran kedokteran kerja tahap profesi
5. Sistematika Laporan
6. Evaluasi pembelajaran kedokteran kerja mahasiswa
tahap profesi
PENDAHULUAN
PETA INDUSTRI KECIL DAN MIKRO

 Besarnya proporsi Industri


Kecil dan Mikro
 Lebih dari 60 % pekerja
bergerak di sektor Informal
KESEHATAN KERJA
KONDISI SAAT INI

 Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013 diketahui


bahwa setiap tahun ditemukan 2,34 juta orang meninggal terkait pekerjaan baik
penyakit maupun kecelakaan dan sekitar 2,02 juta kasus meninggal terkait
penyakit akibat kerja.
 Di Indonesia, gambaran penyakit akibat kerja saat ini seperti fenomena “Puncak
Gunung Es”, penyakit akibat kerja yang diketahui dan dilaporkan masih sangat
terbatas dan parsial berdasarkan hasil penelitian sehingga belum menggambarkan
besarnya masalah keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia.
 Hal ini disebabkan karena sumber daya manusia yang mampu melakukan
diagnosis penyakit akibat kerja masih kurang sehingga pelayanan untuk
penyakit akibat kerja belum optimal.
DEFINISI KESEHATAN KERJA

 Occupational Health is the promotion


and maintenance of the highest
degree of physical, mental and social
 Health is a state of complete physical,
well-being of workers in all
mental, and social well-being and not
occupations by preventing departures
merely the absence of disease and
from health, controlling risks and the
infinity (WHO)
adaptation of work to people, and
people to their jobs. (ILO / WHO
1950)
 bahwa pekerja merupakan kelompok berisiko
tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan
RISIKO yang disebabkan oleh proses kerja, lingkungan
PEKERJAAN kerja, dan perilaku pekerja sehingga
berpotensi mengalami penyakit akibat kerja;
TERHADAP  Pekerjaan merupakan Determinan Kesehatan
KESEHATAN sekaligus Determinan Sosial
BAHAYA/FAKTOR RISIKO/HAZARD

• Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi


Golongan fisika pengion dan non pengion dan tekanan udara

• Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap


Golongan kimia logam, gas, larutan, kabut, partikel nano dan lain-lain.

• Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.


Golongan biologi

• Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja


Golongan ergonomi statis, gerak repetitif, penerangan, Visual Display
Terminal (VDT) dan lain-lain.

• Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja,


Golongan psikososial kerja monoton, hubungan interpersonal, kerja shift,
lokasi kerja dan lain-lain
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA

1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,


antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor
utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA

8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.


9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik
yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida,
hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau
persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang
memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
KESEHATAN KERJA
 MULTI
DISIPLINER

 Lintas Keilmuan
 Lintas Program:
 Kesling
 Promkes
 GIZI
 KIA  Pekerja
Wanita
 P2P
 UKP
OCCUPATIONAL
DISEASES (PAK)

• Occupational Disease : “ the relationship to specific


causative factors at work has been fully established and
the factors concerned can be identified, measured and
eventually controlled “
• Occupational Disease : “ occur as a result of exposure to
physical, chemical, biological, ergonomic or psychososial
factors in the work place “(Occupational Medicine Practice (1996))

• Work Related Disease : “ maybe partially caused by


adverse working conditions. They maybe aggravated,
accelerated or exacerbated by workplace exposures and
may impair working capacity. Personal characteristic,
environmental and socio cultural factors usually
play a role as risk factors and are often more
common than occupational disease “
PAK DAN PAHK

Diseases affecting
Occupational diseases Work-related diseases working populations
(PAK) (PAHK) (Penyakit Umum pada
Pekerja)
• Memiliki hubungan yang • Memiliki penyebab • Tanpa hubungan sebab
kuat dan spesifik dengan multiple, dimana akibat dengan pekerjaan,
pekerjaan dan biasanya pekerjaan menjadi salah namun dapat diperparah
hanya satu factor utama satu factor penyebab dengan kondisi pekerjaan.
dan hanya ditemukan bersamaan dengan factor
pada populasi pekerja risiko lainnya di luar
pekerjaan dan lingkungan
kerja.
PERBEDAAN PAK & PAHK

Occupational Diseases Work Related Diseases


(PAK) (PAHK)
 Terjadi hanya/terutaman pada  Terjadi secara luas di masyarakat
populasi pekerja
 Penyebabnya multifaktorial
 Penyebabnya spesifik
 Paparan factor risiko/etiologi tidak
 Paparan factor risiko didapat di hanya didapat dari tempat kerja
tempat kerja
 Dilaporkan pada data morbiditas
 Wajib dilaporkan secara khusus secara umum
 Compensable (BPJS  Compensable melalui BPJS
Ketenagakerjaan) Kesehatan
PERAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Pada dasarnya merupakan upaya Health Promotion and Prevention of Diseases dengan
2 Fokus utama, yaitu:
Pengaruh pekerjaan terhadap Pengaruh Kesehatan terhadap
kesehatan: performa kerja:

 Identifikasi Bahaya Potensial di  Fit To Work Assessment


tempat kerja/Hazard Analysis
 Return to Work program
 Pencegahan dan deteksi dini Penyakit
Akibat Kerja
 Diagnosis PAK dan PAHK (7
Langkah Diagnosis)

PEMBEKALAN HIPERKES+ 17

PENGAMATAN INDUSTRI di P3D (POST ROTASI)


Individual and mass
Primordial education
Health education

Environmental modification
Health promotion
Nutritional interventions
LEVELS OF PREVENTION

Lifestyle changes

Primary
Immunization

Specific protection Chemoprophylaxis

Avoidance of risk factors


Early Diagnosis

Medical
prompt treatment
Secondary Vocational
Rehabilitation
Social

Tertiary Disability limitation


Psychological

Quaternary
 Eliminasi
HIRARKI  Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
KONTROL  Substitusi
 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta b.
Proses menyapu diganti dengan vakum
 Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
 Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
 Rekayasa Teknik
 Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
 Pemasangan general dan local ventilation
 Pemasangan alat sensor otomatis
 Pengendalian Administratif
 Pemisahan lokasi
 Pergantian shift kerja
 Pembentukan sistem kerja d. Pelatihan karyawan

Apabila Hirarki Kontrol Gagal menghilangkan


Hazard, maka alternative akhir adalah Penggunaan
Alat Pelindung Diri
PERAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA - PRIMER
KOMPETENSI KEDOKTERAN KERJA-SKDI (UMUM)

1. Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan 4A 11. Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien, keluarga dan
masyarakat 4A
2. Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai
kesehatan 4A 12. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan pengendaliannya 4A
3. Menyusun rencana manajemen kesehatan 4A
13. Merencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi asuransi
4. Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya pelayanan kesehatan misalnya BPJS,jamkesmas, jampersal, askes,
pencegahan dalam berbagai tingkat pelayanan 4A dll 4A
5. Mengenali perilaku dan gayahidup yang membahayakan 4A 14. Konsultasi terapi 4A
6. Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan 4A 15. Komunikasi lisan dan tulisan kepadateman sejawat atau petugas
kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi) 4A
7. Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan dengan
lingkungan 4A 16. Menulis rekam medik dan membuat pelaporan 4A
8. Memperlihatkan kemampuan perencanaaan,pelaksanaan, monitoring, 17. Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas
dan evaluasi suatu intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, 4A
dan tersier 4A
18. Melakukan rehabilitasi medik dasar 4A
9. Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi,
pemeriksaan medis berkala dan dukungan sosial 4A 19. Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja
serta merancang program untuk individu, lingkungan, dan
10. Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat institusi kerja
termasuk kesehatan lingkungan 4A
20. Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja dan
penanganan pertama di tempat kerja, sertamelakukan pelaporan
PAK
KOMPETENSI KEDOKTERAN KERJA - SKDI
SPESIFIK

1. Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan 4A


2. Konsultasi terapi 4A
3. Menulis rekam medik dan membuat pelaporan 4A
4. Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas 4A
5. Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja serta merancang
program untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja
6. Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja dan penanganan pertama di
tempat kerja, serta melakukan pelaporan PAK
KURIKULUM TAHAP AKADEMIK

Topics in Occupational Health :


• Introduction and General Overview of Occupational Health and Safety
• Law & Regulation
• Basic Principle of Industrial Hygiene
• Physical Factors in Working Environment
• Chemical Factor and Toxicology in Occupational Health and Safety
• Biological Factor
• Physiology of working
• Working Environment Psychosocial factor
• Health Promotion
• Health Services
• Nutrition
• Safety and Working Accident Prevention
• Ergonomic and prevention of Injury
• Occupational Diseases
TUJUAN MODUL (LEARNING GOALS)

 Modul ini ditujukan agar mahasiswa mampu menggali dan mengelola informasi
yang didapat, berdasarkan landasan ilmiah ilmu kedokteran sehingga mampu
melalukan pengelolaan masalah kedokteran kerja termasuk
penanganan penyakit kerja dan kecelakaan kerja dalam pelayanan
kesehatan kerja pada masyarakat industri guna mewujudkan tenaga kerja
yang sehat dan produktif, berdasarkan pengetahun dan kemampuan klinis yang
tepat. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi efektif, mempunyai
profesionalitas yang luhur dan selalu mawas diri dan mengembangkan dirinya
sampai akhir hayat.
CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OBJECTIVES)

Pada akhir pembelajaran modul ini mahasiswa mampu:


1. Menggunakan konsep teoritis mengenai kedokteran kerja
2. Menerapkan ilmu kedokteran dasar dan ilmu kedokteran klinis yang terkini untuk
mengelola masalah kesehatan yang berkaitan dengan kedokteran kerja
3. Menangani kasus – kasus kedokteran kerja secara komprehensif, holistik, terpadu dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan primer.
4. Mengakses, menilai informasi dan mendiseminasi informasi dan pengetahuan secara
efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait mengenai
kesehatan kerja.
5. Berperilaku profesional dan dapat mengembangkan komunikasi efektif dengan pasien,
keluarganya dan mitra kerja, untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja.
6. Mengembangkan pengetahuan dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat mengenai
kedokteran kerja.
SASARAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOMES)

Bila dihadapkan pada lingkungan kerja/industri, mahasiswa mampu:

1. Mengidentifikasi bahaya (Hazard) dan faktor risiko (Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan
penting dalam pekerjaan dan lingkungan kerja. 4A)

2. Melakukan analisis terhadap kasus PAK, PAHK, dan 1. Konsultasi terapi 4A


kecelakaan kerja serta mengidentifikasi langkah-langkah 2. Menulis rekam medik dan membuat
diagnosis penyakit akibat kerja dan penanganan pertama pelaporan 4A
di tempat kerja, penatalaksanaan komprehensif 3. Memperlihatkan kemampuan
berdasarkan keilmuan terkini melalui pendekatan pemeriksaan medis di komunitas 4A
interprofesional, serta melakukan pelaporan PAK. 4. Melakukan langkah-langkah diagnosis
penyakit akibat kerja dan penanganan
pertama di tempat kerja, serta melakukan
pelaporan PAK 4A
5. Melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan kecelakaan kerja serta
merancang program untuk individu,
lingkungan, dan institusi kerja 4A
METODE PEMBELAJARAN

 Pengamatan Lapangan/Industri Kecil (lingkungan dan perilaku kerja)  Sub


kelompok
 Industri Makanan dan Minuman (PIRT lebih diutamakan)
 Industri unggulan di wilayah kerja Puskesmas

 Pemeriksaan medis pekerja  Individual dalam sub kelompok


 Laporan akhir dan Case report  Laporan Hazard Identification & Risks Analysis
(Sub Kelompok) dan Case Report (Individual)
PENGAMATAN LAPANGAN (IDEAL)

Minggu I Minggu II Minggu III

• Dibagi menjadi • Kunjungan • Kunjungan


2-3 Sub Industri Intervensi
Kelompok • Penyusunan Okupasi
• Menentukan Laporan Awal (tentative)
Industri Kecil • Diskusi case • Finalisasi
yang akan report Okupasi laporan industri
diamati dan case report
• Penjajakan
terhadap
Industri yang
akan dikunjungi
PENGAMATAN LAPANGAN (TUGAS SUB
KELOMPOK)

Identifikasi
Pembagian sub Identifikasi Proses
Hazard/Bahaya pada
kelompok Industri
setiap proses

Identifikasi Risiko
Penyakit dan Kecelakaan Stratifikasi Risiko
Matriks Proses Industri-
Kerja berdasarkan berdasarkan metode
Hazard-Risiko
Proses industri dan semi kuantitatif
hazard yang muncul

Penyimpulan jenis
Hazard Industri dan
Pemeringkatan Risiko
IDENTIFIKASI PROSES INDUSTRI

 Mahasiswa mengidentifikasi
proses produksi dari
penyimpanan bahan baku,
pengolahan bahan baku,
pemrosesan produk akhir,
hingga pengemasan dan
penyimpanan produk
 Mahasiswa mampu memaparkan
gambaran umum proses
produksi, lingkungan kerja dan
perilaku kerja yang terlibat di
dalamnya
TABEL PROSES-HAZARD-RISIKO
TABEL PROSES-HAZARD-RISIKO
TABEL PROSES-HAZARD-RISIKO
TABEL STRATIFIKASI RISIKO
PENYIMPULAN HAZARD & RISIKO

Hazard Risiko:
 Fisika:……………..  PAK & KAK:
 Kimia:………………..  Risiko Rendah:……………….
 Biologi:………………..  Risiko Sedang:…………….

 Ergonomi/Fisiologi:………………  Risiko Tinggi:…………………..

 Mental/Psikososial: ………………  Risiko Sangat Tinggi:……………….


 KAK (Kecelakaan Akibat Kerja):
 Risiko Rendah:………………….
 Risiko Sedang:……………………
 Risiko Tinggi:……………………….
 Risiko Sangat Tinggi:…………………
7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
PERMENKES NO 56 TAHUN 2016
7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI

Pasal 4 PMK No. 56/2016


Diagnosis penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
dilaksanakan dengan pendekatan 7 (tujuh) langkah yang meliputi:
1. penegakan diagnosis klinis;
2. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja;
3. penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit;
4. penentuan kecukupan pajanan;
5. penentuan faktor individu yang berperan;
6. penentuan faktor lain di luar tempat kerja; dan
7. penentuan diagnosis okupasi.
LANGKAH 1MENEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:


1. anamnesis;
2. pemeriksaan fisik;
3. bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
khusus.
LANGKAH 2. MENENTUKAN PAJANAN YANG
DIALAMI PEKERJA DI TEMPAT KERJA

Beberapa pajanan dapat menyebabkan satu penyakit, sehingga dokter harus mendapatkan
informasi semua pajanan yang dialami dan pernah dialami oleh pekerja. Untuk
memperoleh informasi tersebut, dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap, mencakup:
1. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang dialami (pekerjaan
terdahulu sampai saat ini).
2. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan.
3. Produk yang dihasilkan.
4. Bahan yang digunakan.
5. Cara bekerja.
6. Proses kerja.
7. Riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia).
8. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan.
Informasi tersebut semakin bernilai, bila ditunjang dengan data yang objektif, seperti
MSDS (Material Safety Data Sheet) dari bahan yang digunakan dan catatan perusahaan
mengenai informasi tersebut diatas.
LANGKAH 3. MENENTUKAN HUBUNGAN
ANTARA PAJANAN DENGAN DIAGNOSIS KLINIS

 Pajanan yang teridentifikasi berdasarkan evidence based dihubungkan dengan


penyakit yang dialami.
 Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis dipengaruhi oleh waktu timbulnya
gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu.
 Penyakit lebih sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat
libur atau cuti.
 Hasil pemeriksaan pra-kerja dan berkala dapat digunakan sebagai salah satu data
untuk menentukan penyakit berhubungan dengan pekerjaannya.
 Mahasiswa harus menelaah literature (Buku Teks, Jurnal, Informasi
MSDS, Peraturan kementrian terkait, Handbook ILO/WHO, dsb.)
LANGKAH 4. MENENTUKAN BESARNYA PAJANAN

Penilaian untuk menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan


gejala penyakit dapat dilakukan secara :
 kualitatif :
 pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja
dan masa kerja.
 Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar pajanan

 kuantitatif :
 data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan secara periodik.
 data monitoring biologis.
LANGKAH 5. MENENTUKAN FAKTOR INDIVIDU
YANG BERPERAN

Faktor individu yang berperan terhadap timbulnya penyakit antara lain:


 jenis kelamin
 usia
 kebiasaan
 riwayat penyakit keluarga (genetik)
 riwayat atopi
 penyakit penyerta.
 dsb.
LANGKAH 6. MENENTUKAN PAJANAN DI LUAR
TEMPAT KERJA

 Penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh pajanan yang sama di luar tempat
kerja sehingga perlu informasi tentang kegiatan yang dilakukan di luar tempat
kerja seperti
 hobi,
 pekerjaan Rumah,
 pekerjaan sampingan
LANGKAH 7. MENENTUKAN DIAGNOSIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA

Berdasarkan enam langkah diatas, dibuat kesimpulan


penyakit yang diderita oleh pekerja adalah penyakit
akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja.
Jenis penyakit akibat kerja berdasarkan agen dan pekerjaaannya sesuai dengan
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD-
10) in Occupational Health (OH) yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO).
PELAPORAN

 Mekanisme pelaporan
Puskesmas dikenalkan
pada Mahasiswa
CONTOH:
SISTEMATIKA LAPORAN OKUPASI

 BAB III LAPORAN KASUS OKUPASI


 KATA PENGANTAR
3.1 Mahasiswa…….NPM…….
 DAFTAR ISI
3.2 Mahasiswa……….NPM…….
 BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF
dst…………
 BAB II IDENTIFIKASI HAZARD & ANALISIS
RISIKO  BAB IV KESIMPULAN dan SARAN

2.1 Profil Industrid dan Produk 4.1 Kesimpulan

2.1 Proses Industri/produksi 4.2 Saran

2.3 Identifikasi Hazard/Bahaya Industri  LAMPIRAN


2.4 Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sertifikat PIRT (bila ada)
2.5 Resume Hazard dan Risiko Dokumentasi
- Tabel Proses-Hazard-Risiko
- Matriks Semi Kuantitatif
- Simpulan Hazard dan Risiko
POIN-POIN EVALUASI UJIAN AKHIR P3D

Sasaran pembelajaran SKDI Komponen Evaluasi

1. Mengidentifikasi bahaya (Penilaian terhadap risiko masalah 1. Mahasiswa memahami proses produksi di industri
(Hazard) dan faktor risiko kesehatan 4A) yang diamati
penting dalam pekerjaan 2. Mahasiwa mampu menjelaskan jenis Hazard dan
dan lingkungan kerja. contohnya pada industri yang diamati dengan tepat
3. Mahasiswa mampun memaparkan hazard dan risiko
kesehatan serta kecelakaan kerja yang sesuai secara
hubungan kausatif
4. Mahasiswa mampu melakukan stratifikasi risiko
kesehatan dan kecelakaan kerja
2. Melakukan analisis terhadap 1. Konsultasi terapi 4A 1. Mahasiswa mampun melakukan pemeriksaan
kasus PAK, PAHK, dan 2. Menulis rekam medik dan membuat kesehatan dan penulisan rekam medik/case report
kecelakaan kerja serta pelaporan 4A yang baik
mengidentifikasi langkah- 3. Memperlihatkan kemampuan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan 7 langkah diagnosis
langkah diagnosis penyakit pemeriksaan medis di komunitas 4A okupasi pada pasien yang diamati
akibat kerja dan penanganan 4. Melakukan langkah-langkah diagnosis 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana medis
pertama di tempat kerja, penyakit akibat kerja dan penanganan 4. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana
penatalaksanaan pertama di tempat kerja, serta komprehensif (Level of Prevention) dan Integratif
komprehensif berdasarkan melakukan pelaporan PAK 4A (Sistem Rujukan dan Disiplin Ilmu)
keilmuan terkini melalui 5. Melakukan pencegahan dan 5. Mahasiswa mampu menjelaskan upaya
pendekatan penatalaksanaan kecelakaan kerja penghilangan/reduksi bahaya/Hazard (HIRARKI
interprofesional, serta serta merancang program untuk KONTROL)
melakukan pelaporan PAK. individu, lingkungan, dan institusi
kerja 4A
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai