Anda di halaman 1dari 61

CASE REPORT

Benign Paroxysmal
Positional Vertigo
Oleh:
Niken Rahmatia/1718012150

Pembimbing:
dr. Rina Hayati M.Kes Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama/Jenis Kelamin/ Umur:
Ny. F/Perempuan/ 50 th

Pekerjaan/Pendidikan :
Ibu rumah tangga

Alamat :
Bandar Lampung

3
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

• Kepala terasa pusing berputar


hebat 4

KELUHAN TAMBAHAN

• Nyeri kepala, mual, muntah


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
▹ Pasien datang ke poli THT-KL RSUAM dengan keluhan kepala pusing berputar hebat 1 hari yang

lalu. Pusing berputar tersebut dialami pasien selama ± 30 detik.

▹ Pasien merasa pandangan gelap dan lingkungan sekitar terasa berputar hebat, Pusing berputar

terutama timbul setelah pasien merubah posisi yaitu setelah pasien bangun tidur ke posisi duduk.

Keluhan timbul mendadak dan hilang timbul. Keluhan dirasakan berkurang bila pasien duduk

bersandar maupun tidur berbaring dan memejamkan mata. Pasien juga merasakan lemas, mual
5
disertai muntah setelah pusing berputar. Pasien hanya berobat ke dokter apabila keluhan

tersebut timbul. Pasien merasa membaik setelah minum obat yang diberikan oleh dokter. Namun

sekitar 1 bulan ini pasien sudah kambuh lebih kurang 3x.

▹ Selain keluhan pusing berputar, tidak ada keluhan penurunan pendengaran, telinga berdengung,

keluar cairan dari telinga maupun rasa penuh dalam telinga. Tidak ada penurunan ketajaman

penglihatan, maupun penglihatan ganda. Keluhan pada hidung dan tenggorok disangkal. Riwayat

konsumsi obat dalam waktu yang panjang disangkal oleh pasien. Riwayat alergi disangkal. Riwayat

diabetes melitus dan hipertensi disangkal.


Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sebelumnya pernah merasakan keluhan yang sama sejak
1 tahun yang lalu bahkan keluhan juga dirasa ketika merubah posisi kepala
seperti menunduk atau menoleh ke kanan dan ke kiri.

Riwayat penyakit yang sama dikeluarga : Tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat hipertensi : Tidak ada 6
Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat asma : Tidak ada

Riwayat Pribadi
Merokok (-), alkohol (-), pasien mengaku jarang berolahraga
Pemeriksaan Fisik

STATUS PEMERIKSAAN
GENERALIS FISIK
7

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran : ComposMentis Pada pemeriksaan kepala, leher,
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
thorax, jantung, paru, abdomen dan
Pernafasan : 20 x/ menit ekstremitas dalam batas normal.
Suhu : 35,8C
Pemeriksaan telinga
Auric
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Bentuk telinga Normotia
Aurikula Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -

8
Pemeriksaan telinga
Auric
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Preaurikuler & Kelainan kongenital - -
retroaurikuler Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Sikatrik - -
Fistula - -
Pembesaran KGB - -
Nyeri tekan - -

9
Auric
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Liang telinga luar Sempit/lapang lapang lapang
Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Fistula - -
Kelainan kulit - -
Sekret - -
Serumen - -

Auric
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Membran Kondisi Intak Intak
timpani Warna Putih, mutiara Putih, mutiara
Cone of light (+) arah jam 5 (+) arah jam 7
Kolesteatom - -
Granulasi - -

10
Pemeriksaan pendengaran

Tes Rinne Tes Weber Tes Schawabach

Aurikula +
Dextra Tidak ada Sama dengan
Aurikula + lateralisasi pemeriksa
Sinistra

11
Pemeriksaan hidung Pemeriksaan Dextra
Kavum Nasi
Sinistra

Kavum Nasi Rhinoscopy anterior


Pemeriksaan
Dextra Sinistra Cavum nasi
Lapang Lapang
Inspeksi
Mukosa cavum
Bentuk Tampak simetris kanan dan
nasi Hiperemis (-) Edema (-) Hiperemis (-) Edema (-)
kiri
Sikatrik - -
Sekret - -
Hematom - - Konka inferior Hipermis (-) Hipertrofi (- Hipermis (-) Hipertrofi (-
Palpasi ) )
Nyeri tekan sinus Konka media Hipermis (-) Hipertrofi (- Hipermis (-) Hipertrofi (-
paranasal - - ) )

Meatus inferior
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Krepitasi - -
Meatus media
Massa - - 12 Hiperemis (-) Massa (-) Hiperemis (-) Massa (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Pemeriksaan Kondisi
Pemeriksaan Kondisi Palatum mole Hipermis (-)
Faring & Rongga Mulut Uvula Hipermis (-), Deviasi (-)
Bibir Sianosis (-)
Arkus faring Hipermis (-), Simetris
Mukosa mulut
Hiperemis (-) Tonsil Normal, T1 – T1
Lidah Normal Hipofaring & Laring
Gusi Normal Pita suara
Gigi berlubang Tidak diperiksa
Normal
Epiglottis
Palatum durum
Hipermis (-) Esophagus
13
USULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Dix-
Elektronystagmography
Hallpike

14
DIAGNOSIS BANDING

Benign
Paroxysmal Meniere
Positional disease
Vertigo
Diagnosis Kerja
15

Benign Paroxysmal Positional Vertigo


PENATALAKSANAAN

Non-
Medikamentosa
Medikamentosa
• Betahistin • Canalith
3x12 mg (P.O) Repositioning 16

Treatment
(CRT) (Epley
Mannuver)
• Latihan
Brandt-Darrof
PROGNOSIS

• Ad bonam
Quo ad vitam

17

Quo ad
• Dubia ad
functionam bonam

Quo ad
• Dubia ad
Sanationam bonam
TINJAUAN
PUSTAKA 18
19

Anatomi dan Fisiologi Sistem


Keseimbangan Perifer
KLASIFIKASI VERTIGO

▹ Sentral diakibatkan oleh kelainan


pada batang otak atau cerebellum
▹ Perifer disebabkan oleh kelainan
pada telinga dalam atau nervus
cranialis vestibulocochlear (N. VIII).
BPPV ▹ Medical vertigo dapat diakibatkan
oleh penurunan tekanan darah, gula
darah yang rendah, atau gangguan
metabolic karena pengobatan atau
infeksi sistemik

20
21

EPIDEMIOLOGI
Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo
lebih banyak ditemukan
pada wanita dibanding pria
Dizziness telah ditemukan
menjadi keluhan yang (2:1), sekitar 88% pasien
paling sering diutarakan mengalami episode
oleh pasien, yaitu rekuren
Vertigo merupakan gejala sebesar 20-30% dari
yang sering didapatkan populasi umum. Dari
pada individu dengan keempat jenis dizziness
prevalensi sebesar 7%. vertigo merupakan yang
Beberapa studi telah paling sering yaitu sekitar
mencoba untuk menyelidiki 54%.
epidemiologi dizziness,
yang meliputi vertigo dan
non vestibular dizziness
22
VERTIGO PERIFER

Terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis

23

yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.

Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti pandangan gelap, rasa lelah dan
stamina menurun, jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu
berkonsentrasi, perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit, mual dan muntah-muntah,
memori dan daya pikir menurun, sensitif pada cahaya terang dan suara, berkeringat
VERTIGO PERIFER

Benign
Paroxysmal Meniere’s
Positional disease 24
Vertigo (BPPV)

Vestibular
Labyrinthitis
Neuritis

25
BPPV
• Paling sering ditemukan
• Vertigo: mendadak dan berlangsung kurang dari 1
menit

• Dipicu oleh perubahan posisi kepala (biasanya


terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling
diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang)
26

• Akibat adanya endapan kalsium di dalam salah satu


kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam.

• Tidak disertai hilangnya pendengaran maupun


telinga berdenging
27
Meniere’s Disease
• Suatu sindrom yang terdiri dari serangan
vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran
yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga.

• Penderita sulit mempertahankan posisi


berdiri tegak. 28

• Penyakit Meniere adalah salah satu


penyebab tersering vertigo pada telinga
dalam.

• Paling banyak ditemukan pada usia 20-50


tahun,
Penyebab dan Faktor resiko

komponen genetik

Beresiko besar: orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres,


kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin.
29
pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah
yang menuju labirin

gangguan elektrolit dalam cairan labirin

terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur.

faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan


pembuluh darah terhadap saraf (microvascular compression syndrome)
30

Hidrops endolimfa
PATOFISIOLOGI (peningkatan endolimfa
yang menyebabkan labirin
Menyebabkan penekanan
yang bila mencapai
dilatasi maksimal akan
membranosa berdilatasi)
terjadi ruptur labirin
pada kokhlea dan
membran
vestibulum.

potensial aksi di endolimfa akan


bercampur dengan
telinga dalam perilimfa.

Ketika tekanan sudah sama,


gejala vertigo, tinnitus, dan maka membran akan sembuh
gangguan pendengaran dengan sendirinya dan cairan
perilimfe dan endolimfe tidak
serta rasa penuh di bercampur kembali namun
telinga. penyembuhan ini tidak
sempurna
kriteria diagnosis AAO-HNS 1995
▹ Vertigo
• Episode rekuren dari dari vertigo berupa perasaan berputar
• Durasi serangan 20 menit sebanyak minimal 2 episode
definitif
• Serangan vertigo disertai dengan nistagmus
• Dapat disertai dengan mual dan muntah
• Tidak disertai ganggua neurologis
▹ Tinnitus 31

• Bervariasi, umumnya bernada rendah dan semakin menjadi


keras saat serangan
• Biasanya terjadi unilateral pada sisi yang terkena
• Bersifat subjektif dan nonpulsatil
▹ Gangguan pendengaran
• Gangguan berfluktuasi
• Bersifat sensorineural
• Bersifat unilateral dan progresif
• Terjadi minimal satu kali saat serangan
NEURITIS VESTIBULARIS
• Nama lain dari neuritis vestibularis adalah neuronitis,
labirinitis, neurolabirinitis viral, vestibulopati unilateral perifer
akut, vestibular neurolabirinitis, neuropativestibularitis,
vertigo episodik, dan vertigo epidemik.

• Neuritis vestibularis berkaitan dengan musim,


didahului dengan infeksi saluran nafas. Gejala dapat 32
berlangsung lama, dan kadang membuat pasien menjadi
takut untuk bergerak. Insidensi sebesar

• 3,5 per 100.000 populasi dan merupakan kelainan


vestibularis perifer terbanyak kedua setelah BPPV (Benign
Paroxismal Positional Vertigo)
Etiologi
Etiologi neuritis vestibularis belum dapat diketahui secara
pasti.

Diduga karena infeksi virus.


• Sering didahului oleh infeksi saluran nafas, dan terjadi musiman. 33
• Berdasarkan penelitian, didapatkan terdapat gambaran inflamasi
degenerasi pada n. Vestibularis, dimana hal ini menunjukkan adanya
transkripsi laten DNA dan RNA virus herpes simpleks pada ganglia
vestibularis.

Etiologi kedua paling banyak kemungkinannya adalah


iskemia.
• Suplai darah untuk telinga dalam diberikan oleh arteri auditorius interna
dan arteri cabang ke dalam arteri koklearis komunis adan arteri
vestibularis anterior yang menyuplai kanalis semisirkularis dan utrikulus
Manifestasi klinis

Gejala vertigo muncul mendadak sering


terjadi waktu malam dan saat bangun
Pasien biasanya datang dengan keluhan tidur pagi, biasanya berlangsung sampai
vertigo akut dan parah, disertai nausea, 2 minggu. Dengan gejala berat ini pasien
muntah dan ketidakseimbangan. harus berbaring dengan mata tertutup
34
serta posisi miring dengan sisi telinga
yang terganggu dibawah.
Karakter sindrom klinis neuritis vestibularis

Vertigo rotatorik dan nausea spontan berat, onset dalam beberapa jam, menetap lebih
dari 24 jam. Hal ini berbeda dengan penyakit meniere yang biasanya gejala berlangsung
beberapa jam saja.

Nistagmus horizontal rotatorik spontan dengan arah telinga yang sehat, dengan ilusi
gerakan disekitarnya.

Gangguan keseimbangan saat berdiri atau berjalan dengan kecenderungan 35


untuk jatuh ke arah sisi telinga yang kena.

Defisit fungsi kanalis horizontal unilateral yang dapat dideteksi dengan tes VOR
dan irigasi kaloris

Pemeriksaan otoskopi an pendengaran normal

Tidak terdapat defisit neurologis.


DIAGNOSIS
VERTIGO PERIFER 36
37

PERBEDAAN DENGAN VERTIGO SENTRAL


38

Wahyudi K. Vertigo. CDK Kalbemed. 2012; 39(10): 738-741


39
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan
neurologis dilakukan
Pemeriksaan fisik
dengan perhatian
umum
khusus pada fungsi
vestibuler/ serebeler. 40

Pemeriksaan
keseimbangan dan
koordinasi.
Romberg Test

▹ Pada tes ini, penderita berdiri


dengan kaki yang satu di depan
kaki yang lain, tumit yang satu
berada di depan jari-jari kaki yang 41
lain (tandem).
▹ Berdiri selama 30 detik dengan
mata terbuka dilanjutkan dengan
mata tertutup
▹ Normal: mampu berdiri dalam
keadaan mata tertutup
Tandem Gait
▹ Penderita berjalan dengan
tumit kaki kiri kanan
diletakkan pada ujung jari
kaki kanan kiri ganti 42

bergantian. Pada kelainan


vestibuler, perjalanannya
akan menyimpang dan
pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung
jatuh
Tes Melangkah Di Tempat
(Stepping Test)
▹ Penderita harus berjalan di tempat
dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti
berjalan biasa dan tidak diperbolehkan
43
beranjak dari tempat semula. Tes ini
dapat mendeteksi ada tidaknya
gangguan sistem vestibuler. Bila
penderita beranjak lebih dari 1 meter
dari tempat semula atau badannya
berputar lebih dari 30 derajat dari
keadaan semula, dapat diperkirakan
penderita mengalami gangguan
sistem vestibuler
Tes Salah Tunjuk (Past-
Pointing)
▹ Penderita diperintahkan untuk
merentangkan lengannya dan
telunjuk penderita diperintahkan
menyentuh telunjuk pemeriksa.
Selanjutnya, penderita diminta untuk 44

menutup mata, mengangkat


lengannya tinggi tinggi (vertikal) dan
kemudian kembali pada posisi
semula. Pada gangguan vestibuler,
akan didapatkan salah tunjuk
Dix-Hallpike manuever
Dix-Hallpike manuever
secara garis besar terdiri
dari dua gerakan yaitu
Dix-Hallpike manuever
kanan pada bidang kanal 45

anterior kiri dan kanal


posterior kanan dan Dix-
Hallpike manuever kiri
pada bidang posterior kiri.

46
Dix-Hallpike manuever
▹ Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi
kebelakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi
nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus
yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang
kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis
nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan
vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. 47

Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut :
▹ 1) Terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan
▹ 2) Nistagmus yang khas
▹ 3) Adanya masa laten
▹ 4) Lamanya serangan terbatas
▹ 5) Arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal
▹ 6) Adanya fenomena kelelahan/fatique nistagmus bila stimulus diulang
Tes kalori
▹ Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak
ada perforasi membran timpani maupun serumen.
Cara melakukan tes ini adalah dengan memasukkan air
bersuhu 30° C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna untuk
mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing, dan
gangguan fiksasi bola mata.
▹ Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat
48

gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan


selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus
yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian
nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus
dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya
serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan
nistagmus
49
Tes Supine Roll
▹ Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai
dengan BPPV dan hasil tes Dix- Hallpike
negatif, dokter harus melakukan supine roll
test untuk memeriksa ada tidaknya BPPV
kanal lateral.
50

▹ BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV


kanal horisontal adalah BPPV terbanyak
kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang
sesuai dengan BPPV, yakni adanya vertigo
yang diakibatkan perubahan posisi kepala,
tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis
BPPV kanal posterior harus diperiksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral.
PENATALAKSANAAN NON
FARMAKOLOGI

▹ Manuver Epley
▹ Paling sering digunakan pada kanal vertikal.
51
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi
yang sakit sebesar 45, lalu pasien berbaring
dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-
2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90 ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik.
Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada
pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara
perlahan.
Manuver Semont

▹ Manuver ini diindikasikan untuk


pengobatan cupulolithiasis kanan
posterior. Jika kanal posterior terkena, 52
pasien diminta duduk tegak, lalu kepala
dimiringkan 45 ke sisi yang sehat,
lalu secara cepat bergerak ke posisi
berbaring dan dipertahankan selama 1-3
menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke
posisi berbaring di sisi yang berlawanan
tanpa kembali ke posisi duduk lagi.
Manuver Lempert

▹ Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan


BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling 360,
yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien 53
menolehkan kepala 90 ke sisi yang sehat,
diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi
lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah
dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus.
Pasien kemudian menoleh lagi 90 dan tubuh
kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali
ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan
dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi
lambat dari partikel-partikel sebagai respon
terhadap gravitasi
Forced Prolonged Position

▹ Manuver ini digunakan pada BPPV


tipe kanal lateral. Tujuannya 54
adalah untuk mempertahankan
kekuatan dari posisi lateral
dekubitus pada sisi telinga yang
sakit dan dipertahankan selama 12
jam
▹ Manuver ini dikembangkan
Brandt-Daroff exercise sebagai latihan untuk di rumah
dan dapat dilakukan sendiri
oleh pasien sebagai terapi
tambahan pada pasien yang
tetap simptomatik setelah
55
manuver Epley atau Semont.
Latihan ini juga dapat
membantu pasien
menerapkan beberapa posisi
sehingga dapat menjadi
kebiasaan
56

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
• Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
ANTIKOLINERGIK penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin
dan homatropin

• Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan


antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan
ANTIHISTAMIN termasuk di antaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan pro- metazin.

• Betahistin sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek antivertigo


betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan
HISTAMINERGIK aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem
vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,
dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam.
57

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
• Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di
tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vesti-buler
BENZODIAZEPIN diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentralBeberapa obat golongan ini
yang sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam

• Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di


ANTAGONIS dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium
intrasel. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium
KALSIUM yang diindikasi- kan untuk penatalaksanaan vertigo

• Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan


Simpatomimetik secara hati-hati karena adanya efek adiksi
PEMBAHASAN 58
Pembahasan
▹ Berdasarkan anamnesa pasien didapatkan bahwa
keluhan pusing berputar hebat terutama timbul
bila pasien merubah posisi, mendadak, dengan
beberapa kali episode kekambuhan, hingga mual
muntah setelah serangan tersebut Berdasarkan
keluhan pasien pada kasus, pasien mengalami
vertigo perifer. Pasien tidak memiliki keluhan pada 59

pendengaran. Pasien didiagnosis sebagai Benign


Paroxysmal Positional Vertigo, dimana vertigo
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 1 menit. perubahan posisi kepala (biasanya
terjadi ketika penderita berbaring, bangun,
berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke
belakang) biasanya memicu terjadinya episode
vertigo ini.
60

Pembahasan
Medikamentosa
• Terapi medikamentosa diberikan pada
pasien dengan serangan vertigo yang Non medikamentosa
disertai mual muntah hebat, sehingga
belummemungkinkan untuk dilakuan • Penatalaksanaan non medikamentosa
tindakan maneuver diagnostik. Pada yang dapat dilakukan adalah Canalith
pasien diberikan betahistin. Senyawa Repositioning Treatment (CRT) (Epley
Betahistin (suatu analog histamin) dapat Mannuver)
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, • Selain itu dapat dilakukan Brandt-Daroff
dapat diberikan untuk mengatasi gejala exercise, manuver ini dikembangkan
vertigo. sebagai latihan untuk di rumah dan
dapat dilakukan sendiri oleh pasien
sebagai terapi tambahan pada pasien
yang tetap simptomatik setelah manuver
Epley atau Semont.
THANKS! 61

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai