Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT

Laryngopharyngeal reflux disease (LPRD)

Oleh:
Aprina Adha W 1718012149
Niken Rahmatia 1718012150
Rahmanindya DP 1718012144

Pembimbing:
dr. Rina Hayati M.Kes Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Identitas
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Bandar Lampung
• Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesa
Anamnesis dengan pasien pada tanggal 21 November 2018

Keluhan Utama • Suara serak sejak 2 bulan yang lalu

Keluhan • Nyeri menelan serta mual dan muntah sejak 2


Tambahan bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT-KL RSUAM dengan keluhan suara serak sejak 2 bulan yang lalu, Os
merasa tercekik di tenggorokan dan ada yang mengganjal serta merasa ada lendir namun sulit
dikeluarkan, oleh karena itu Os mengeluh sering berdehem. Selain itu Os juga mengeluh
suaranya menjadi serak. Keluhan suara serak muncul hilang timbul. Kadang Os mengeluhkan
tidak nyaman untuk berbicara. Os juga sering bersendawa dan merasakan isi lambung naik
keatas atau rasa ingin muntah ketika makan.
Os juga mengeluh nyeri menelan, nyeri menelan dikeluhkan setiap saat dan dirasakan
mengganggu. Keluhan ini sering muncul terutama saat Os makan. Keluhan ini sudah dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu dan terus berulang.
Os menyangkal adanya batuk, demam, sesak nafas keringat malam hari, dan berat badan turun.
Riwayat pengobatan sebelumnya (-), riwayat merokok dan minum alcohol (-), riwayat makan
pedas dan berlemak (+).
• Riwayat penyakit serupa disangkal, Riwayat TB disangkal.
RPD

• Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga


RPK

• Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal, Os suka


R. pribadi makan pedas dan berlemak

• (-)
Pengobatan
Pemeriksaan Fisik
STATUS PEMERIKSAAN
GENERALIS SISTEMIK

Pada pemeriksaan kepala, mata, leher,


Keadaan umum : Baik thorax, abdomen dan ekstremitas dalam
Kesadaran : Compos Mentis batas normal.
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : 36,60, C
Status lokalisasi Telinga
KANAN TELINGA LUAR KIRI
Normotia Bentuk telinga luar Normotia
Deformitas (-),nyeri tarik (-),warna kulit Daun telinga Deformitas (-), nyeri tarik (-), warna
sama dengan sekitarnya, edema (-) kulit sama dengan sekitarnya,
edema (-)

Warna kulit sama dengan sekitar, nyeri Preaurikular Warna kulit sama dengan sekitar,
tekan tragus (-), fistula (-), edema (-), nyeri tekan tragus (-), fistula (-),
abses (-) edema (-), abses (-)

Hiperemis (-),nyeri tekan (-), benjolan (-), Retroaurikular Hiperemis (-),nyeri tekan (-),
fistula (-) benjolan (-),fistula (-)

Tidak ada Tumor Tidak ada


KANAN LIANG TELINGA KIRI
Lapang, hiperemis (-), furunkel (-) Lapang / Sempit Lapang, hiperemis (-), furunkel (-)
Warna menyerupai kulit Warna Epidermis Warna menyerupai kulit
Tidak ada Sekret Tidak Ada
Minimal Serumen Minimal
Tidak ada Tumor Tidak ada
Tidak ada Edema Tidak Ada

KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRI


Putih mutiara Warna Putih mutiara
(+) arah jam 5 Reflek Cahaya (+) arah jam 7
(-) Perforasi (-)
Retraksi (-), bulging (-) Bulging/Retraksi Retraksi (-), bulging (-)
Hidung
Hidung luar Kanan Kiri
Kulit Warna sama dengan Warna sama dengan sekitarnya
sekitarnya
Dorsum Nasi Terletak di linea mediana Terletak di linea mediana nasi
nasi
Nyeri Tekan, Krepitasi Nyeri tekan (-), krepitasi Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
(-)
Ala Nasi Selulitis (-), edema (-) Selulitis (-), edema (-)
Nyeri Tekan Frontal Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Maksila Tidak ditemukan Tidak ada
Nares Anterior Normal, tidak sempit, Normal, tidak sempit, simetris
simetris
Tumor, Fistel Tidak ada Tidak ada
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri

Cavum Nasi Lapang, perdarahan (-), corpus Lapang, perdarahan (-), corpus
alienum (-) alineum (-)
Sekret (-) (-)

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Konka Inferior Eutrofi, hiperemis (-), permukaan Eutrofi, hiperemis (-), permukaan
licin, Edema (-) licin, edema (-)
Konka Media Eutrofi, hiperemis (-) , permukaan Eutrofi, hiperemis (-) , permukaan
licin licin
Septum Nasi Lesi (-), hiperemis (-), deviasi (-) Lesi (-), hiperemis (-), deviasi (-)

Polip , Abses, Massa Tidak ditemukan Tidak ditemukan


CAVUM ORIS FARING
CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan
FARING Hasil Pemeriksaan
Mukosa Tidak hiperemis
Gingiva Ulkus (-), edema (-) Dinding Faring Edema (-), Granular (-)

Gigi Karies dentis (-)


Mukosa Hiperemis (-)
Bentuk normal, ulkus (-),
Lidah
atrofi papil (-) Uvula Ditengah
Palatum Durum Permukaan licin
Palatum Mole Permukaan licin Arkus Faring Simetris, Hiperemis (-)
Uvula Posisi letak tengah
Sekret Tidak Ada
Tumor Tidak ditemukan
TONSIL LARING

Laring Pemeriksaan
TONSIL Hasil Pemeriksaan
Pangkal lidah Dalam batas normal
Pembesaran T1-T1
Epiglotis Hiperemis (+), edema (+)
Kripta Tidak Melebar
Plika ariepiglotika Dalam batas normal
Detritus Tidak Ada
Aritenoid Hiperemis (+), edema (+)

Perlekatan Tidak dapat ditentukan Plika ventrikularis Dalam batas normal

Sikatrik Tidak dapat ditentukan Plika vokalis Hiperemis (+), edema (+)
USULAN PEMERIKSAAN

Observasi endoskopik
Monitor Ph
dari mukosa

13

DIAGNOSIS BANDING

Laryngofaringe Laringitis Laringitis


Lringitis akut
al Reflux kronik Tuberkulosis
Diagnosis Kerja
14

Laryngofaringeal Reflux
Tatalaksana
Non-medikamentosa Medikamentosa Pembedahan

• Hindari makanan dan • Omeprazole 20 mg


minuman 2x1 (P.O)
mengandung kafein,
cokelat, lemak, pedas
• Asupan gizi seimbang
• Edukasi penggunaan
obat
PROGNOSIS
Quo ad vitam • Dubia Ad bonam

16

Quo ad
functionam • Dubia ad bonam

Quo ad
Sanationam
• Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Laryngopharyngeal Reflux

Laryngopharyngeal Reflux (LPR)


adalah sebuah kondisi pada
seseorang yang mengalami
Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) atau penyakit refluks
gastroesophageal, ketika asam
lambung naik ke laringofaring.

LPRD disebabkan oleh arus balik isi


perut dan / atau asam lambung ke
laringo faring.
Laringofaring atau hipofaring
merupakan bagian paling kaudal dari
faring dan tempat di mana
tenggorokan berhubungan dengan
esofagus.

Laringofaring terletak inferior dari


epiglottis dan melebar hingga lokasi di
mana jalur ini bercabang menjadi jalur
pernapasan (laring) dan pencernaan
(esofagus). Pada titik ini, laringofaring
berhubungan langsung/menyatu
dengan esophagus secara posterior.

Esofagus mengalirkan makanan dan


cairan menuju lambung; sedangkan
udara masuk ke laring pada bagian
anterior. Ketika menelan, makanan
akan masuk ke jalurnya sedangkan
aliran udara akan sementara terhenti
Etiologi
Menurunnya tekanan LES karena hiatus hernia, diet (lemak, coklat,
mint, produk susu, dll), tembakau, alkohol, obat-obatan (teofilin,
nitrat, dopamine, narkotik, dll).

Peningkatan tekanan intraabdominal


Pengosongan lambung yang
karena kehamilan, obesitas, makan
tertunda/lambat karena obstruksi,
yang berlebihan, minuman
diet (lemak), tembakau, dan alkohol.
karbonasi.

Motilitas esofagus Penurunan resistensi


Hipersekresi asam
yang abnormal mukosa karena
lambung atau pepsin
Penurunan salivasi karena penyakit radioterapi rongga
karena stress, obat-
neuromuskular, mulut, radioterapi
obatan, alkohol, diet
laringektomi. esofagus, xerostomia.
PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 jenis pertahanan Maka epitel pernapasan yang bersilia
fisiologis yang melindungi pada laring posterior menjadi rentan dan
traktus aerodigestif dari cedera mengakibatkan disfungsi dari silia
refluks: tersebut sehingga terjadi stasis dari
LES (Lower Esophageal
mukus
Spinchter)
Akumulasi dari mukus menyebabkan
fungsi motorik esofageal sensasi post-nasal drip dan
dengan pembersihan asam menstimulasi “throat clearing”
lambung
resistensi jaringan mukosa Iritasi langsung dari zat refluks dapat
esofageal menyebabkan batuk dan tersedak
(laringospasme) karena sensitivitas pada
spingter esofageal atas ujung sensorik laring meningkat akibat
inflamasi lokal

• Kombinasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan: edema pita


suara, ulkus kontak, dan granuloma
• kemudian menghasilkan gejala yang berhubungan dengan LPR: suara
serak, globus faringeus, dan nyeri tenggorokan
Gejala Klinis
 Suara serak  Nyeri tenggorokan
 Batuk  Wheezing
 Globus faringeus  Laringospasme
 Throat clearing  Halitosis
 Disfagia

GERD LPR
Heartburn + -
Esofagitis + Jarang
-(kecuali sangat Selalu laringitis
Laringitis
parah) posterior
Perubahan Suara - +

LES UES
Abnormalitas Spincter

Nokturnal/saat Siang hari/saat berdiri


Refluks
berbaring
Diagnosis
Anamnesis
◦ Signifikansi dan non-spesifikasi relatif dari gejala suara serak terhadap laringitis,
biasanya laringitis bersifat ringan dan sembuh spontan. Bila laringitis persisten,
harus dicari etiologinya: infeksi virus atau bakteri, alergi, trauma pita suara,
postnasal discharge, atau LPR.
◦ Disfonia persisten atau progresif lebih dari 2-3 minggu membutuhkan pemeriksaan
laringofaring untuk menyingkirkan kanker dan kondisi serius lainnya.
◦ Belafsky, et al mengembangkan suatu sistem penilaian diagnostik, yaitu Reflux
Symptom Index (RSI) untuk membantu dokter menilai derajat relatif dari gejala LPR
saat penilaian awal dan setelah pengobatan. Skor RSI > 13 dianggap abnormal
Reflux Symptom Index (RSI)
Belafsky, et al mengembangkan suatu sistem penilaian diagnostik, yaitu Reflux Symptom Index (RSI)
untuk membantu menilai derajat relatif dari gejala LPR saat penilaian awal dan setelah pengobatan. Skor
RSI > 13 dianggap abnormal
Laringoskopi
Reflux Finding Score (RFS)
merupakan delapan skala penilaian
dalam menentukan beratnya
gambaran kelainan laring yang
dilihat dari pemeriksaan
laringoskopi.

 Nilai skala minimal 0 (tidak ada


keluhan) dan nilai maksimal 26 (nilai
terburuk).

Pasien dengan skor RFS >7 atau lebih


tinggi dianggap LPR.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Edukasi pasien dan perubahan gaya hidup
Edukasi pasien dan
◦ Penurunan berat badan
perubahan gaya hidup:
◦ Menghentikan kebiasaan merokok Medikamentosa
Menghentikan kebiasaan
◦ Menghindari alkohol
◦ Membatasi
merokok PPI:
konsumsi coklat, makanan berlemak, buah-buahan asam, minumanPembedahan
Omeprazole, berkarbonasi,
makanan pedas, anggur merah, kafein, dan makan terlalu malam
Esomeprazole, Fundoplikasi, komplet
Menghindari
◦ Mengkonsumsialkohol
obat-obatan secara teratur dan tepat waktu (30-60 menit sebelum makan untuk PPI)
Lansoprazole (Nissen atau Rosetti)
Membatasi konsumsi atau parsial (Toupet atau
Medikamentosa
coklat, makanan berlemak, H2-receptor blocker:
◦ PPI: Omeprazole, Esomeprazole, Lansoprazole
buah-buahan asam,Ranitidine,Ranitidine, Cimetidine Bore)
◦ H2-receptor blocker: Cimetidine
minuman berkarbonasi,
◦ Prokinetic Prokinetic
agents: Tegaserod, Metoclopramide, Domperidone
agents: Laparoskopi
makanan pedas, anggur
◦ Mucosal cytoprotectants: Sucralfat
Tegaserod,
merah, kafein, dan makan Bertujuan untuk
Metoclopramide, mengembalikan
terlalu malam
Pembedahan
Domperidone
◦ Fundoplikasi, komplet (Nissen atau Rosetti) atau parsial (Toupet atau Bore)kompetensi LES dan
 Asupan gizi seimbang
◦ Laparoskopi
Mucosal mengurangi episode
Mengkonsumsi
◦ Bertujuan untuk mengembalikan
obat- kompetensi LES dan mengurangi episode refluks
cytoprotectants: refluks
obatan secara teratur dan
tepat waktu (30-60 menit
Sucralfat
sebelum makan untuk PPI)
Pengobatan • Pengobatan empiris dengan PPI telah
digunakan sebagai alternatif diagnostik.
Empiris Pengobatan empiris terdiri dari PPI dua
kali sehari selama 2 hingga 3 bulan.
Pembedahan
Tujuan terapi pembedahan adalah memperbaiki
penahan/barier pada daerah pertemuan
esofagus dan gaster sehingga dapat mencegah
refluks seluruh isi gaster ke arah esofagus.
Keadaan ini dianjurkan pada pasien yang harus
terus menerus minum obat atau dengan dosis
yang makin lama makin tinggi untuk menekan
asam lambung. Selain itu bertujuan untuk
mengembalikan kompetensi LES dan mengurangi
episode refluks
Daftar pustaka
Ford, Charles N. Evaluation and Management of Laryngopharyngeal Reflux. JAMA 2005; 294(12): 1534-1540.
doi:10.1001/jama.294.12.1534.
Soepardi E.A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Ed.VI. 2007. Jakarta: Balai Penerbut FKUI.
Gray H. Chapter 35: Mediastinum. In: Standring S, ed. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 40th ed.
New York, NY: Churchill Livingstone Elsevier; 2008:939-57.
Rees LE, Pazmany L, Gutowska-Owsiak D, Inman CF, Phillips A, Stokes CR, et al. The Mucosal Immune Response to
Laryngopharyngeal Reflux. American Journal Of Respiratory And Critical Care Medicine. 2008. Vol 177(1): 1187-1193.
Salihefendic N, Zildzic M, Cabric H. of Laryngopharyngeal Reflux Disease. Medarh.2017
Patigaroo SA, Hashmi SF, Hasan SA, Ajmal MR, Mehfooz N. Clinical Manifestations and Role of Proton Pump Inhibitors in
the Management of Laryngopharyngeal Reflux. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg 2011: 63(2):182–189.
Barry DW, Vaezi MF. Laryngopharyngeal Reflux: More Questions than Answers. Cleveland Clinicjournal Of Medicine 2010.
Belafsky PC, Postma GN, Koufman JA. The Validity and Reliability of the Reflux Finding Score (RFS). The Laryngoscope.
2001. Lippincott Williams & Wilkins, Inc., Philadelphia. 111:1313–1317.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai