ALERGI
Asri Pandiangan 1918012105
Lailatut Toriqoh 1918012113
Rima Novisca Jasmadi 1918012075
Wina Nazula Makrufa 1918012131
Preceptor:
dr. Mukhlis Imanto, M. Kes., Sp. THT-KL
Nama : Tn. U
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petugas keamanan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Sukarajin, Gandasari 4/3, Katapang
Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
01 • Bersin-bersin terus menerus sejak 6 tahun
yang lalu
Keluhan Tambahan
02 • Hidung tersumbat
• Rasa gatal pada hidung
• Keluar cairan pada hidung
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poliklinik THT-KL RSUDAM karena bersin-bersin terus menerus setiap
hari sejak 6 tahun yang lalu. Setiap bersin dapat mencapai 3-5 kali. Bersin dirasakan lebih sering
pada pagi hari. Bersin meningkat apabila terpapar debu dan dingin. Bersin didapatkan selama 2-3
hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan keluar cairan pada hidung, hidung tersumbat,
dan rasa gatal pada hidung. Cairan yang keluar dari hidung berupa cairan berwarna bening, encer,
dan banyak, namun tidak berbau. terkadang sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering
merasakan gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung
tangan. Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat bekerja pada
siang hari.
Keluhan tidak disertai dengan nyeri di dahi dan pipi, demam, nyeri pada daerah sekitar
hidung dan pipi terutama bila menunduk, batuk, dan nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien memiliki alergi terhadap debu dan udara yang dingin.
Alergi terhadap makanan, dan obat-obatan, disangkal.
Riwayat Pribadi
• Pasien bekerja sebagai petugas pengamanan, dan untuk berangkat ke
tempat bekerja, pasien menggunakan kendaraan bermotor roda dua.
Pasien tidak menggunakan masker saat bekerja dan mengendarai
kendaraan bermotor.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata Kesan
Konjungtiva tidak normal
anemis, sklera
anikterik Leher
Thoraks Pembesaran
Kesan jantung KGB (-)
dan paru
normal
Abdomen Ekstremit
Kesan dalam as
batas normal Akral
hangat,
edema (-)
PEMERIKSAAN TELINGA
Daun Telinga Kanan Kiri
Bentuk normotia normotia
Warna kulit Sama dengan sekitar Sama dengan sekitar
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Fossa rosenmuler Hiperemis (-),edem (-),massa (-) Hiperemis (-),edem (-),massa (-)
Torus tubarius Hiperemis (-),edem (-),massa (-) Hiperemis (-),edem (-),massa (-)
Sekret (-)
Granula (-)
Pemeriksaan Tidak
Dilakukan
Sinus piriformis
Aritenoid
Plika ventrikularis
Plika vokalis
Rima glottis
Trakea
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. Olfaktorius Tidak dilakukan
N. Optikus Tidak dilakukan
N. Okulomotorius Tidak dilakukan
N. Trochlearis Tidak dilakukan
N. Trigeminus Tidak dilakukan
N. Abdusen Tidak dilakukan
N. Fasialis Tidak dilakukan
N. Vestibulocochlearis Tidak dilakukan
N. Glassofaringeus Tidak dilakukan
N. Vagus Tidak dilakukan
N. Accesorius Tidak dilakukan
N. Hypoglossus Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH
BENING / LEHER
Pemeriksaan Leher
Kelenjar parotis Tidak dilakukan
Kelenjar submandibularis Tidak dilakukan
Kelenjar sublingualis Tidak dilakukan
Kelenjar tiroid Tidak dilakukan
Trigonum anterior Tidak dilakukan
Trigonum posterior Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test Pendengaran
- Test bisik : tidak dilakukan
- Tes Rinne : tidak dilakukan
- Test Weber : tidak dilakukan
- Test Scwabach : tidak dilakukan
- Audiometri : tidak dilakukan
Transiluminasi
- Sinus maksilaris :
- Sinus frontalis : tidak dilakukan
Pemeriksaan Lain :-
RESUME
Pasien datang ke poliklinik THT-KL RSUDAM karena bersin-bersin terus menerus setiap hari sejak 6 tahun yang
lalu. Setiap bersin dapat mencapai 3-5 kali. Bersin dirasakan lebih sering pada pagi hari. Bersin meningkat apabila
terpapar debu dan dingin. Bersin didapatkan selama 2-3 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan
keluarnya cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada
hidung. terkadang sampai dengan hidung tersumbat. terkadang sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga
sering merasakan gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung tangan.
Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat bekerja pada siang hari.
Pada pemeriksaan fisik hidung rinoskopi anterior didapatkan mukosa cavum nasi edema (+) dan pucat (+), sekret
serosa (+), konka nasal inferior dan media pucat (+) dan edem (+).
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
• Rhinitis Alergi intermiten sedang-berat
• Rhinitis Alergi Persisten Ringan
• Rinitis vasomotor
DIAGNOSIS
• Rhinitis Alergi Interimiten Ringan
TATALAKSANA
Non Medikamentosa:
• Menghindari allergen penyebab, dengan menggunakan masker saat
bekerja dan berkendara
Medikamentosa:
• Antihistamin : Cetirizine 1x10 mg PO
• Dekongestan : Pseudoefedrin 4x60 mg PO
01
02
03
Tinjauan Pustaka 04
Rinitis Alergi 05
06
Definisi
Rinitis alergi yaitu penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien yang atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
tersebut.
IgE di sirkulasi darah akan masuk ke Bila mukosa yang sudah tersensitisasi
jaringan dan diikat oleh reseptor Ig E di terpapar dengan alergen yang sama, maka
kedua rantai IgE akan mengikat alergen
permukaan sel mastosit atau basofil
spesifik dan terjadi degranulasi (pecah-nya
(sel mediator) sehingga ke dua sei ini
dinding sel) mastosit dan basofil dengan
menjadi aktif. Proses ini disebut akibat terlepasnya mediator kimia yang
sensitisasi yang menghasilkan sel sudah terbentuk (Preformed Mediators)
mediator yang tersensitisasi terutama histamin.
Selain histamin juga dikeluarkan Newly
Formed Mediators antara lain prostaglandin
D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4),
Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet
Activating Factor (PAF) dan berbagai sitokin
(IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF (Granulocyte
Macrophage Colony Stimulating Factor) dll.
Klasifikasi Rinitis Alergi
Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :
2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala pada penyakit ini timbul intermiten
atau terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun.
Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan
alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah (indoor) dan
alergen diluar rumah (outdoor). Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada
anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria,
gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih ringan diban-
dingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya
lebih sering ditemukan.
Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi
berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001,
yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :
1. Intermiten (kadang- 2. Persisten/menetap
kadang) : bila gejala
bila gejala lebih dari 4
kurang dari 4
hari/minggu atau kurang
hari/minggu dan lebih
dari 4 minggu. dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis
alergi dibagi menjadi:
2. In Vivo
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes
cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau
berseri. Skin Endpoint Titration/SET), SET dilakukan untuk
aiergen inhalan dengan menyuntikkan aiergen dalam
berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya.
Keuntungan SET, selain aiergen penyebab juga derajat alergi
serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.
Tatalaksana
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari
kontak dengan aiergen penyebabnya (avoidance) dan
eliminasi.
2. Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1, yang
bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target
dan merupakan preparat farmakologik yang paling sering
dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis alergi, Pemberian
dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan
dekongestan secara peroral.
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan
hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil diatasi dengan
obat lain.Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal
(beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason
furoat dan triamsinolon).
3. Operatif
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian
konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior
hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgNOS 25% atau triklor asetat.
4. Imunoterapi
Cara pengobatan ini dilakukan pada a, inhalan dengan
gejala yang bera: sudah berlangsung lama serta
pengobatan cara lain tidak memberi hasil yang
memuaskan. Tujuan dari imunoterapi adalah
pembentukkan IgG blc: antibody dan penurunan IgE. Ada
2 imunoterapi yang umum dilakukan intradermal dan
sublingual.
Komplikasi
3. Sinusitis paranasal
Analisis
Kasus
Anamnesis
Pasien diberikan
tatalaksana non-
medikamentosa:
• Menghindari
allergen penyebab,
dengan
menggunakan
masker saat
bekerja dan
berkendara.
Pada Rhinits Alergi okupasi menghindari paparan alergen seperti asap, polusi lalu lintas karena dapat
memperburuk gejala rhinitis.
Pasien dengan rhinitis alergi yang sensitif atau bergejala saat bersentuhan dengan hewan peliharaan seperti
kucing, anjing, dan kuda sebaiknya menghindari hewan tersebut.
Namun, jika tetap ingin memelihara hewan pemeliharaan direkomendasikan menggunakan temperature-
controlled laminar airflow treatment (dapat mengurangi paparan alergen kucing)
Irigasi Saline mengurangi gejala dan jumlah farmakoterapi yang dibutuhkan. Mempertahankan fungsi drainase
dan ventilasi dari hidung dan sinus paranasal. (Grade B). Irigasi saline pada dewasa dan anak-anak dengan rhinitis
alergi dapat ditoleransi, murah, dan mudah untuk digunakan, dan tidak memiliki efek samping dengan penggunaan
yang reguler.
Medikamentosa
SUMBER: