Oleh:
Preceptor:
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah
Mini CEX ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
kepanitraan klinik pada bagian THT-KL RSUD dr. H. Abdoel Moeloek, Bandar
Lampung.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 ANAMNESIS
Anamnesis pada pasien dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 12
Oktober 2018 di Poliklinik THT-KL RSUD Abdul Muluk
Keluhan Utama:
Telinga kiri terasa nyeri sejak 2 minggu yang lalu
Keluhan Tambahan:
Rasa penuh dikedua telinga, telinga berdenging
Status Generalis
Kepala : normocephal, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Leher : pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-)
Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak tampak edema tungkai, perfusi jaringan baik
RHINOSKOPI
KANAN KIRI
ANTERIOR
Lapang Cavum Nasi Lapang
Ada Sekret Ada
Tidak berbau Bau Tidak berbau
Normotrofi Konka Inferior Normotrofi
Sulit dinilai Konka Media Sulit dinilai
Deviasi (-) Septum Nasi Deviasi (-)
Tidak ditemukan Abses, Massa Tidak ditemukan
Rhinoskopi Posterior
Tidak dilakukan
Cavum Oris
CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan
Mukosa Tidak hiperemis
Gingiva Ulkus (-), edema (-)
Gigi Karies dentis (-)
Lidah Bentuk normal, atrofi papil (-)
Palatum Durum Permukaan licin
Palatum Mole Permukaan licin
Uvula Posisi letak tengah
Tumor Tidak ditemukan
Faring
FARING Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring Edema (-), Granular (-)
Mukosa Hiperemis (+)
Uvula Ditengah
Arkus Faring Simetris, Hiperemis (+)
Sekret Tidak Ada
Tonsil
TONSIL Hasil Pemeriksaan
Pembesaran T1-T1
Kripta Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada
Perlekatan Tidak Ada
Sikatrik Tidak Ada
Pemeriksaan Laring
Tidak dilakukan pemeriksaan
2.8 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Non‒ Medikamentosa
Tidak mengorek-ngorek telinga
Menjaga telinga agar tidak kemasukan air pada saat mandi dan hindari
berenang
Hindari ISPA berulang
Asupan gizi seimbang
Obat digunakan sesuai anjuran
Kontrol ulang 3 minggu lagi untuk melihat perkembangan pengobatan
2.9 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Ad bonam
Quo ad Functionam : Ad bonam
Quo ad Sanationam : Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal. Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga
didarahi oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial.
Suatu cabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan
posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang
dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian
dalam umumnya bermuara ke vena jugularis eksterna dan vena mastoid.
Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis
superficial dan vena aurikularis posterior (Adam G.L, 2012; Moore, 2013;
Soepardi, 2012).
Gambar8.MembranTimpaniHiperemis
c. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuk nya sekret eksudat purulen
atau bernanah ditelinga tengah danj uga disel-sel mastoid. Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel
superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen dikavum
timpani menyebab kan membran timpani menonjol atau bulging
kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini,pasien akan tampak sangat
sakit,nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri ditelinga bertambah
hebat.Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat
disertai dengan gangguan pendengaran konduktif.Pada bayi demam
tinggi dapat disertaimuntahdankejang.Stadium supurasi yang
berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
iskemia membran timpani,akibat timbulnya nekrosis mukosa dan
submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang
terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-
vena kecil,sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat,lalu
menimbulkan nekrosis.Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan
berwarna kekuningan atau yellowspot. Keadaan stadium supurasi dapat
ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan
dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Lukainsisi
pada membran timpani akan menutup kembali,sedangkan apabila
terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh
lagi (Djaafar,2012).
Gambar9.Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen
d. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga
sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga
tengah keliang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat
pulsasi (berdenyut).Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya
pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.Setelah nanah
keluar,anak berubah menjadi lebih tenang,suhu tubuh menurun dan
dapat tertidur nyenyak. Jika mebran timpani tetap perforasi dan
pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga
minggu,maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika
kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah
sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media
supuratif kronik (Djaafar,2012).
e. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan
berkurangnya dan berhenti nya otore. Stadium resolusi ditandai oleh
membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani
menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan
akhirnyakering.Pendengaran kembali normal.Stadium ini berlangsung
walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya
tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.Apabila stadium
resolusi gagal terjadi,makaakan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran
timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus
atauhilangtimbul.Otitis mediasupuratifakut dapat menimbulkan gejala
sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret
menetap di kavumtimpani tanpa mengalami perforasi membran
timpani (Djaafar,2012).
3.2.6 Diagnosis
Menurut Kerschner(2007),kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga
hal berikut,yaitu:
3.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
Pengobatanpada stadiu mawal ditujukan untuk mengobat iinfeksi
salurannapas, dengan pemberian antibiotik,dekongestan lokal atau
sistemik,dan antipiretik.Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk
menghindari komplikasi intrakranial dan ekstrakrania yang mungkin
terjadi,mengobati gejala,memperbaiki fungsi tuba Eustachius,menghindari
perforasi membran timpani,dan memperbaiki sistem imun lokal dan
sistemik (Titisari,2005).
Diagnosis meragukan
Usia Diagnosis pasti(certain)
(uncertain)
Kurang dari6bulan Antibiotik Antibiotik
6 bulan sampai Antibiotik Antibiotik jika gejalaberat,
2tahun Observasi jika gejala ringan
2 tahun keatas Antibiotik jika gejalab Observasi
erat,
observasijikagejalaringan
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia
enam bulan sampai dengan dua tahun,dengan gejala ringan saat
pemeriksaan,atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua
tahun.Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti
asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan padamasa
observasi(Kerschner,2007).
Pembedahan
Terdapat beberapa tindakanpembedahan yang dapat menangani
OMArekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis,dan
adenoidektomi(Buchman,2003).
1. Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran
timpani,supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah keliang
telinga luar, Lokasi insisi di kuadran posterior-inferior
Indikasi :
- nyeri berat, demam
- komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,
labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.
- Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang
mengalami kegagalan terhadap
(Kerschner,2007).
2. Timpanosintesis
Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), Indikasi
timpanosintesis :
- terapi antibiotik tidak memuaskan
- terdapat komplikasi supuratif,
- pada bayi baru lahir atau
- pasien yang sistem imun tubuh rendah
.
3.2.8 Komplikasi
Sebelumadanyaantibiotik,OMAdapatmenimbulkankomplikasi,mulaidariab
sessubperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis
komplikasi
tersebutbiasanyadidapatpadaotitismediasupuratifkronik.MengikutShambou
gh (2003) dalam Djaafar (2012), komplikasi OMA terbagi kepada
komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut,
paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses
subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).
3.2.9 Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA.Mencegah
ISPA pada bayi dan anak-anak,menangani ISPA dengan pengobatan
adekuat,menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan,menghindar
kan pajanan terhadap lingkungan merokok,dan lain-lain(Kerschner,2007).
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis Otitis Media Akut Stasium resolusi auris sinistra pada kasus ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa keluhan gejala klinis yang dirasakan
oleh pasien dan pemeriksaan fisik untuk membuktikan gejala dan mencari tanda
yang menunjang keluhan dari pasien. Pada anamnesis, tergambar jelas mengenai
etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis adanya riwayat batuk-pilek
sebelum keluhan telinga muncul menunjukkan penyebab terjadinya infeksi pada
telinga tengah. Infeksi pada hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan
gangguan tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan tekanan negatif pada
telinga tengah, yang dapat bermanifestasi sebagai rasa penuh pada telinga pasien.
Sumbatan tuba yang terus berlanjut menyebabkan hipersekresi sel goblet pada
mukosa telinga tengah. Sekret merupakan media pertumbuhan bakteri yang baik,
sehingga kemudian timbul proses infeksi pada telinga tengah. Rasa nyeri pada
telinga akibat proses inflamasi. Hasil anamnesis menunjukkan proses perjalanan
penyakit yang sesuai dengan perjalanan penyakit pada OMA mulai dari stadium
oklusi tuba, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium
resolusi saat pasien datang berobat ke Poliklinik. Pada pemeriksaan fisik telinga
mengkonfirmasi adanya proses bekas inflamasi akibat infeksi pada telinga tengah.
kiri.Membran timpani tampak tidak intak berwarna pucat suram dengan jaringan
yang mulai mengalami penyembuhan menyisakan sedikit lubang perforasi ,dan
refleks cahaya negatif.
Pada otitis media, gejala yang sering ditemukan bergantung pada stadium
penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama
rasa nyeri didalam telinga,di samping suhu tubuh yang tinggi.Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada anak yang lebih besar atau pada orang
dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh
ditelinga atau rasa kurang mendengar (Djaafar, 2012).
Berdasarkan kepustakaan, makin sering anak tersering infeksi saluran nafas,
makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak
horizontal (Djaafar, 2012).
Terapi Medikammentossa
Ear toilet H2O2 3%
Amoxicilin (50mg/kgBB/hari) dibagi 3 dosis selama 3 minggu
Paracetamol 500mg 3x1
Non‒ Medikamentosa
Tidak mengorek-ngorek telinga
Menjaga telinga agar tidak kemasukan air pada saat mandi dan hindari
berenang
Hindari ISPA berulang
Asupan gizi seimbang
Obat digunakan sesuai anjuran (antibiotik harus dihabiskan)
Kontrol ulang 3 minggu lagi untuk melihat perkembangan pengobatan
Aboet, A., 2006. Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut. Majalah Kedokteran
Nusantara.
Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor.2012. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Buchman, C.A., 2003. Infection of The Ear. In: Lee, K.J., ed. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8 th ed. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R. D., 2012. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R. D., ed. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi
Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kaneshiro, N. K., 2010. Ear Infection – Acute. Adam, Inc. Diunduh dari:
http://health.yahoo.net/adamcontent/ear-infection-acute#definition.
Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18 th ed. USA: Saunders Elsevier.
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley
World Health Organization (WHO)., 2006. Primary Ear and Hearing Care
Training Resource: Advanced Level. WHO Press.
Worrall, G., 2007. Acute Otitis Media. Canada: Canadian Family Physician.