“RINITIS
ALERGI”
Disusun oleh: Veronica Devina Gilbert
Pembimbing : dr. Bambang Suprayanto, M.Si, Sp.THT-KL
PENDAHULUAN
Rinitis alergi merupakan penyakit hipersensitifitas tipe I (Gell & Coomb)
yang diperantarai oleh IgE pada mukosa hidung.
Gejala klinik → bersin-bersin, hidung beringus (rinore), hidung tersumbat
yang disertai gatal pada hidung, mata, palatum sebagai akibat infitrasi sel-
sel inflamasi dan dikeluarkannya mediator kimia seperti histamin,
prostaglandin dan leukotrien.
Di lndonesia prevalensi 40 % anak, 10-30% dewasa.
Prevalensi terbesar pada usia 15-30 tahun.
Prevalensi pada usia sekolah dan produktif meningkat → penurunan
kualitas hidup baik fisik, emosional, gangguan bekerja dan sekolah,
gangguan tidur, sakit kepala, lemah, malas, penurunan kewaspadaan dan
penampilan.
DEFINISI RINITIS ALERGI
“penyakit inflamasi yang disebabkan reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut”
KLASIFIKASI RHINITIS
ALERGI
Berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu:
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)
Berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) tahun 2000:
Intermiten (kadang-kadang) → gejala < 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:
Ringan → tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
Sedang atau berat → terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.
ETIOLOGI
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,
misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang. Universitas Sumatera Utara
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS DAN
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Menghindari allergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi
Simptomatis
Medikamentosa-Antihistamin →
Operatif → tindakan Konkotomi (pemotongan konka inferior)
Imunoterapi → desensitisasi, hiposensitasi & netralisasi
KOMPLIKASI
Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous
glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih
eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan
metaplasia skuamosa.
Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus
para nasal Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam
mukosa → sumbatan ostia → penurunan oksigenasi dan tekanan udara
rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri
terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier
epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa
yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin
parah. .
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. G
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Cawang
KELUHAN UTAMA
Bersin- bersin
KELUHAN TAMBAHAN
Hidung tersumbat
Hidung meler
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien datang ke poli THT RSU UKI dengan keluhan bersin-bersin sejak
kurang lebih 2 minggu sebelum datang ke RS. Keluhan dirasakan semakin
buruk bila berada di ruangan yang kotor dan berdebu, setelah terkena
debu pasien bersin bersin hingga lebih dari 30 kali. Pasien membasuh
hidung nya agar keluhan berkurang. Pasien juga mengeluh gatal pada
hidung nya setiap kali bersin bersin nya kambuh, pasien merasa sering
meler dan cairan yang keluar berwarna bening, terkadang pasien juga
merasa hidung nya suka tersumbat sehingga susah bernapas dan akhirnya
pasien bernapas lewat mulut. Pasien mengaku sudah mengalami keluhan
seperti ini sejak 2 tahun yang lalu. Demam disangkal, mual dan muntah
disangkal, sakit sekitar dahi dan pipi disangkal, keluhan pada telingan dan
tenggorok disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Disangkal
RIWAYAT ALERGI
Disangkal
Transiluminasi Normal
PEMERIKSAAN TENGGOROK
Palatum mole dan Tonsil
Arkus faring
Mukosa Merah muda
Uvula Terletak di tengah
Pembesaran T1/T1
PEMERIKSAAN
LEHER
Kelenjar limfoid Tidak ada pembesaran
Kelainan lain Tidak ada pembesaran
RESUME
Pasien laki-laki usia 23 tahun, datang dengan keluhan bersin bersin + 2
minggu, pasien juga mengeluh hidung tersumbat, gatal pada hidung dan
suka keluar cairan bening dari hidung. Dari pemerikssan fisik didapatkan
cavum nasi kanan dan kiri sempit, mukosa kanan dan kiri terdapat sekret
cair, konka inferior kanan dan kiri Hipertrofi, livid, berbenjol benjol.
DIAGNOSA KERJA
Rinitis alergi intermiten
DIAGNOSA BANDING
Rinitis vasomotor
TATALAKSANA
Medikamentosa:
antihistamin : cetirizine 1x10mg
Non medikamentosa :
Edukasi pasien untuk menghindari alergen
Istirahat cukup
Operatif :
Konkotomi