Anda di halaman 1dari 45

Peran

Physical Exercise
pada
Diabetes Mellitus

OLEH
M DOEWES
Fakultas Kedokteran UNS
Meski exercise merupakan elemen penting
dalam pencegahan dan pengobatan
Diabetes Mellitus Tipe-2 (DMT2),
namun “kebanyakan” para “Diabetesi”
“tidak aktif secara teratur”
Banyak bukti kuat bahwa exercise teratur 
meningkatkan pengendalian glukosa darah 
mencegah/menunda DMT2
PHYSICAL-
ACTIVITY
(AKTIVITAS FISIK)
PHYSICAL ACTIVITY
(Aktivitas Fisik)  Gerakan tubuh
yang diproduksi oleh kontraksi otot 
pengeluaran energi,

EXERCISE (latihan)  Gerakan


terencana, terstruktur, dan
berulang-ulang untuk meningkatkan
atau memelihara satu atau lebih
Komponen Kebugaran Fisik.
Ketika kita berjalan
mengeposkan surat,
maka kita “sedang aktif”,
tetapi sekedar melakukan
perbuatan ini demi suatu tugas
“bukan demi Kebugaran Fisik”
sehigga tidak sesuai dengan
definisi “Exercise/Latihan”
Demikian pula, ketika pekerja
mengangkat benda atau
mengerahkan tenaga
dengan periode kontraksi otot
secara berulang-ulang
(Mis: Petani, Pekerja Bangunan, Penarik Becak,dll)
mereka Aktif namun sekali lagi
tidak benar-benar sedang
melakukan Latihan
Ketidakcukupan definisi
“Exercise/Latihan”
menyebabkan istilah :
”Aktivitas Fisik” lebih banyak dipakai.

Aktivitas Fisik berkaitan dengan


aktivitas tubuh untuk tujuan selain
utk pengembangan Kebugaran Fisik
Ironisnya, riset menunjukkan bahwa
Kebugaran Fisik meningkat karena
“Aktivitas Fisik Reguler”
(sebagaimana halnya karena latihan)

Jadi,individu yg “Aktif secara Fisik”


dapat bugar secara fisik
“tanpa perlu Exercise/Latihan”
BAGAIMANA DENGAN
EXERCISE…?

EXERCISE = INVISIBLE INSULIN…?


.

Rose A J , Richter E A Physiology 2005;20:260-270


INTERAKSI MOLEKULER 
Exercise dan Insulin

Insulin dan kontraksi otot (selama


exercise) diketahui meningkatkan
ambilan glukosa oleh otot skelet,
namun jalur sinyal selular dan molekular
utamanya berbeda dan efek terhadap
ambilan glukosa otot skelet sifatnya aditif
Identifikasi AS160 dan TBC1D1,
sbg target potensial protein kinase pada
“Jalur Penyinalan Insulin”
(mis : Akt/protein kinase B)
maupun
“jalur penyinalan exercise”
(mis: AMP-activated protein kinase)
berperan dalam memperantarai
interaksi diantara mereka
Cartee and Funai (2009) mengkaji
AS160 dan TBC1D1 dalam konteks
“Stimulasi Exercise & Insulin”
pada transpor glukosa otot.

Mereka berkesimpulan bahwa


AS160 & TBC1D1 bisa menyediakan
Nexus/hubungan untuk :
“sinyal responsif-insulin”, dan
“sinyal responsif-exercise”
Translokasi transporter glukosa (GLUT4)
ke permukaan sel otot merupakan
langkah terakhir pada jalur penyinalan
yang diaktivasi oleh “kedua stimulus” tsb.

Ini merupakan proses kompleks yang


melibatkan pemilahan dan pertukaran
vesicula GLUT4 dan fusi vesicula GLUT4
dengan permukaan sel.
.

Sakamoto K , Holman G D Am J Physiol Endocrinol Metab


2008;295:E29-E37

©2008 by American Physiological Society


Sebagian besar manfaat
Physical Exercise
dalam penanganan diabetes
direalisasikan melalui
peningkatan kerja insulin,
yang dicapai dengan :
“Endurance training dan
Resistance training”
Perubahan toleransi terhadap glukosa
dan sensitivitas terhadap insulin
biasanya semakin memburuk
dalam waktu 72 jam sesudah
sesi exercise terakhir;
Istirahat total selama 2 minggu 
terjadi intoleransi glukose,
terdapat bukti intoleransi glukose
telah terjadi 72 jam sejak dimulainya
istirahat total.
oleh karena itu,
Exercise Regular
sangatlah penting
untuk mempertahankan
efek penurunan kadar glukose
dan peningkatan
sensitivitas terhadap insulin.
Aktivitas Fisik yang
Direkomendasikan
untuk Pasien T2DM
Aerobic Exercise Training
Resistance Exercise Training

Kombinasi Aerobic Exercise dan

Resistance Exercise

Flexibility Training
 Aerobic Exercise Training
Frekuensi :
Aerobic exercise harus dilaksanakan
minimal 3 hari/pekan.
Karena peningkatan kerja insulin yang di
induksi exercise sifatnya transient 
pedoman yang direkomendasikan :
lima sesi aktivitas moderat.
Intensitas :
Aerobic exercise setidaknya harus
berintensitas moderat (40%-60% VO2max)
Untuk sebagian besar pasien T2DM,
jalan cepat merupakan
exercise berintensitas moderat.
Manfaat tambahan bisa diperoleh dari
exercise berat (>60% dari VO2max)
Durasi :
Individu dengan T2DM harus melakukan
exercise minimum 150 menit/pekan
dng intensitas moderat atau lebih besar.
Pedoman gabungan dari ACSM/ADA
baru-baru ini merekomendasikan
aktivitas moderat selama 150 menit
(30 menit, 5 hari/pekan) atau
aktivitas fisik berat selama 60 menit
(20 menit selama 3 hari)
Moda :
Bentuk aerobic exercise apapun yang
menggunakan kelompok otot besar 
peningkatan HR terus-menerus, misalnya:
jalan cepat, bersepeda atau berenang
 Resistance Exercise Training
Frekuensi :
Resistance exercise harus dilakukan
setidaknya dua kali tiap pekan dalam
beberapa hari yang tidak berurutan,
tetapi lebih ideal tiga kali sepekan,
Intensitas :
Latihan harus moderat (50% dari 1-RM)
atau berat (75%-80% dari 1-RM)
 mendapat peningkatan kekuatan

 dan kerja insulin yang optimal


Durasi :
Tiap sesi latihan minimal 5-10 exercise
yang melibatkan kelompok otot utama
(tubuh atas, tubuh bawah, dan inti) dan
meliputi penyelesaian 10-15 ulangan.
Progresi terus-menerus hingga beban
(atau resistensi) lebih berat yang dapat
diangkat hanya 8-10 kali.
Minimum satu set, tetapi 3-4 set
direkomendasikan untuk mendapat
peningkatan kekuatan yang optimal.
Moda :
Mesin resistensi dan beban bebas
(dumbbell dan barbell) dapat
menghasilkan peningkatan setara
dalam hal kekuatan dan massa otot
yang disasar.
Beban/resistensi yang lebih berat bisa
untuk optimalisasi kerja insulin dan
pengendalian glukosa darah
Laju progresi :
Untuk menghindari injuri 
Progresi : intensitas, frekuensi, dan durasi
latihan harus bertahap

Peningkatan beban dilakukan terlebih dulu,


diikuti jumlah set dan diakhiri dengan
peningkatan frekuensi latihan.

Progresi hingga sesi tiga kali tiap/pekan


selama enam bulan yang terdiri dari :
tiga set dengan 8-10 repetisi yang dilakukan
75% - 80% dari 1-RM dalam 8-10 exercise bisa
menjadi tujuan yang optimal
 Kombinasi Aerobic Exercise
dan Resistance Exercise
Kombinasi latihan tiga kali/pekan
lebih bermanfaat bagi pengendalian
glukosa darah dibanding aerobic exercise saja
atau resistance exercise saja.
 Flexibility Training :
Latihan kelenturan bisa menjadi bagian
dari program exercise, terutama pada
lansia dengan risiko mudah jatuh.

Flexibility exercise (stretching) sering


direkomendasikan sebagai cara untuk
meningkatkan ROM sendi, terutama bila
di kombinasi dengan resistance training 
lebih mudah melakukan aktivitas yang
memerlukan ROM lebih besar
“EXERCISE" THE BEST WAY
to PREVENT & TREAT TDM2
 Aerobic Exercise Training
Resistance Exercise Training
“Latihan aerobik”
dapat juga meningkatkan
“kesehatan otak”

Anda mungkin juga menyukai