Anda di halaman 1dari 3

3.

    Akar Kelembak
   
Kelembak (Rheum officinale Baill.) sering dikenal dengan nama Rhubarb.
Tanaman ini berasal dari daratan Tengah China kemudian menyebar ke Eropa
dan daerah sub tropikl lainnya (Kuhl & DeBoer, 2008). Herba besar, tegak,
bertahunan dengan tinggi lebih dari 2,5 m; rizoma dan akarnya tebal,
bercabang, hampir berdaging,  kuning muda. Daun sebagian di roset yang
radikal,  sebagian membentuk susunan spiral di batang tegak, helaian daun
bundar, pangkal daun menjantung, cuping menjari mendalam, cuping bundar
telur-lonjong atau melanset. Perbungaan malai, bebas, berambut
Bunga  biseksual,  daun  tenda  merah,  kadang-kadang  merah  muda  atau
keputih-putihan. Buah segitiga, coklat, lebih panjang dari pada mahkota
bunga, bersayap 3.
Kelembak  mempunyai  kandungan antranoid,   khusunya   glikosida
antrakinon seperti rhein (semosida A dan B), aloe-emodin, physcion. Juga
mengandung asam oksalat, tanin yaitu gallotanin, katekin dan prosianidin.
Sedangkan kandungannya yang lain adalah pektin, asam fenolat (Newall et al,
1996; Bradley, 1992; Chirikdjan et al, 1983). 
Kelembak (Rheum officinale Bail.) mengandung senyawa golongan
antrakinon yaitu rein dan turunannya yang berefek sebagai laksansia (Wichtl,
1994). Dalam hal ini terjadi efek yang memacu pengeluaran feses sehingga
mempercepat pengosongan di usus yang berakibat mengurangi waktu
absorbsi di usus. Rheinosida bersifat sebagai pencahar (mengatasi
konstipasi). Karena itu penggunaannya sebagai pencahar akan efektif sekitar
6 jam dan terkadang bisa menjadi tidak aktif dalam waktu 24 jam setelah
pemakaian oral.
Akar kelembak mengandung aloe-imodin, rhein, emodin dan physcion
(Zhao N, et al., 2014), anthrones dan glikosida, stilbenes, sakarida, tanin dan
sebagainya (Sheng, et al., 2011). Dalam beberapa tahun terakhir ditemukan
komponen baru seperti sulfemodin8-O-b-D-glukosida, revandchinone-1,
revandchinone-2, revandchinone-3, revandchinone-4, 6-methylrhein dan 6-
methyl aloe-emodin (Ahmad, et al., 2013). Akar dan daun kelembak
mengandung flavonoida, di samping itu akarnya juga mengandung glikosida
dan saponin, sedangkan daunnya juga mengandung polifenol.
          Akar kelembak memiliki kandungan senyawa aktif antara lain
antrakinon, sennosida A-F dan rheinosida A-D yang bekerja secara langsung
pada mukosa usus dengan meningkatkan peristaltik kolon (Sumali W, 2008 ;
DepKes .RI,2000). Kandungan Antrakuinon mengakibatkan penurunan waktu
transit dan reabsorpsi dari kolon (Michael H, 2010). Dengan demikian Akar
kelembak berefek sebagai laksatif. Akar R. officinale mengandung senyawa
atrakinon yang bersifat laksansia (unsur pencahar) tetapi juga mengandung
tannin yang bersifat sLbagai pengelat.
Akar kelembak yang diekstraksi dengan etanol akan kaya dengan
antrakinon sebab senyawa ini relatif tidak terlalu polar (Harbone 2006)
sehingga sesuai untuk dlprogramkan sebagai bahan baku unfuk sediaan yang
berefek laksansia. Sebaliknya jika, diekstraksi dengan air panas akan
menghasilkan ekstrak dengan kadar tanin tinggi karena baik tanin
terkondensasi maupun tanin terhidrolisis merupakan senyawa yang bersifat
polar (Harbone 2006) sehingga lebih sesuai untuk sediaan anti diare.
 
 

Daftar Pustaka:
Ahmad, S. B., Parrah, J., Mir, M. u. R. & Tiwari, B., 2013. Rhubarb: The
Wondrous Drug. A Review. International Journal of Pharmacy and Biological
Sciences, 3(3), pp. 228-233.
 
Harbone, J.B. (2006). Metode fitokimia (penuntun cara modem menganalisa
tumbuhan) edisi ke4.lnstitut Teknologi Bandung. Bandung: 1-38.
 
 
Kuhl, J. C. & DeBoer, V. L., 2008. Genetic Diversity of Rhubarb Cultivars. Journal
of the American Society for Horticultural Science, Juli, 133(4), pp. 587-592.
 
Magrina, Angri. 2014. Pembuatan Ekstrak Kering Ramuan Anti Hiperlipidemia
dari Infusa Campuran Akar Kelembak, Daun Jati Belanda, Daun Kemuning,
Herba Meniran, Rimpang Kunyit dan Rimpang Temulawak dengan Pengering
Laktosa(Skripsi).
Dari : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenlitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=6
9884&is_local=1. Diakses tanggal 29 November 2020.
 
Sheng, F. X. et al., 2011. Progress in research of chemical constituents and
pharmacological actions of Rhubarb. Chinese Journal of New Drugs, pp. 1534-
1538.
 
Zhao N, et al., 2014. Metabolomics analysis revealing multiple compounds
changed in rhubarb after processing. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi., Mei, 39(9),
pp. 1607-1613.
 

Anda mungkin juga menyukai