Manajemen Pembimbing : dr. Syahar Banu, M.Si.Med. Sp. B
Oleh : Tarisi 012096030 Identitas Jurnal
Judul : Compartment Syndrome in Children: Diagnosis and
Management
Penulis: Pooya Hosseinzadeh, MD, dan Vishwas R. Talwalkar, MD
Penerbit: The American Journal of Orthopedics
Tahun terbit: 2016
ABSTRAK
Kompartemen sindrom (CS) dapat muncul berbeda
pada pasien anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Meningkatnya kebutuhan agen analgesik adalah tanda awal perkembangan CS pada anak- anak. Anak-anak dengan fraktur humerus, lengan bawah pada cedera siku dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk CS.
Fleksi siku >90° pada fraktur humeri supracondylar
dan fraktur lengan tertutup meningkatkan resiko CS. PENDAHULUAN
Sindrom kompartemen (CS) adalah salah satu
kedaruratan ortopedi. Mengidentifikasi pasien berisiko tinggi, membuat diagnosis yang cepat, dan memulai pengobatan yang efektif adalah langkah- langkah penting untuk menghindari hasil yang buruk. Ketidakmampuan seorang dokter untuk berkomunikasi dengan anak anak dapat mengganggu mendiagnosis CS secara tepat waktu. Hanya 44% dari kasus dewasa dan pediatrik CS di obati oleh dokter, sedangkan sekitar 75% kasus di ortopedi lainnya diobati secara malpraktik FAKTOR RISIKO UNTUK KOMPARTEMEN SYNDROME POST TRAUMA FRAKTUR SUPRAKONDILAR
CS Humerus adalah komplikasi yang digambarkan dari
cedera ini. CS berkembang dalam 0,1% hingga 0,3% anak- anak dengan fraktur supracondylar humeri.
flexi siku>90° dan cedera vaskular yang bersamaan
membuat anak-anak tersebut memiliki risiko untuk CS. Terdapat 9 kasus CS di kompartemen volar lengan bawah setelah fraktur humeral suprakondilar tipe ekstensi dan 8 dari pasien memiliki fleksi siku >90° setelah reduksi tertutup. (Mubarak dan Carroll)
Pada 29 anak dengan fraktur humeri supracondylar, Battaglia dkk
menemukan tekanan kompartemen tertinggi di kompartemen volar bagian dalam, terutama di dekat situs fraktur, serta peningkatan tekanan yang signifikan dengan posisi siku yang tertekuk melampaui 90°. 2 kasus CS di antara 9 pasien dengan extremitas atas dengan perfusi jelek
dan tanpa nadi (pulseless) sedangkan tidak ada kasus CS di antara 24
extremitas atas pasien dengan pulseless namun perfusinya baik.
11 kasus CS pada pasien dengan fraktur supracondylar humerus low
energy dan pulsa radial positif. Pasien yang mengembangkan CS disajikan
dengan pembengkakan parah, dan penundaan perawatan rata-rata mereka
adalah 22 jam (kisaran 6-64 jam).
Peneliti merekomendasikan pemantauan pra-operasi secara ketat pada pasien dengan pembengkakan lengan parah. Kejadian CS setelah fraktur humeri suprakondilar sebagian besar terlihat pada kompartemen volar lengan bawah, tetapi juga dilaporkan dalam kompartemen lengan anterior,dan kompartemen lengan posterior. FRAKTUR LENGAH BAWAH
Haasbeek dan Cole melaporkan SC pada 5 (11%) dari 46 anak dengan
fraktur terbuka lengan bawah. Yuan dkk melaporkan adanya CS di 3 dari 50 pasien fraktur terbuka lengan bawah dan 3 dari 30 fraktur tertutup yang ditangani dengan reduksi tertutup (ORIF) dan paku intramedullar.
Mereka menemukan bahwa resiko untuk CS pada pasien dengan waktu
operasi yg lebih lama, memiliki faktor resiko untuk terjadinya CS. Mereka tidak menemukan adanya kasus CS pada 205 pasien dengan patah tulang lengan bawah yang di tangani dengan ORIF dan casting. Data yang dilaporkan mengindikasikan resiko CS pada anak dengan fraktur lengan bawah terbuka dan fraktur yang ditangani dengan OREF dan pake intermedular, terutama yang dilakukan 24 jam setelah injury, dan tindakan penutupan yang lama saat operasi. Peneliti merekomendasikan monitoring pada semua pasien anak dengan fraktur lengan bawah yang ditangani secara operativ. FRAKTUR FEMORALIS
Meskipun CS setelah fraktur femoral bukan merupakan
hal yang umum, kejadian CS telah dilaporkan setelah casting spica 90/90 pada fraktur femoral pada anak. Mubarak dkk melaporkan 9 anak yang mengembangkan CS setelah pengobatan fraktur femoral di casting spica 90/90. Teknik tersebut dilakukan pada 7 dari 9 kasus yang dilaporkan yang melibatkan penggunaan casting kaki dan traksi. Peneliti merekomendasikan metode alternative dengan mengaplikasikan spica cast , namun hal ini tidak dibahas di artikel ini. SINDROM KOMPARTEMEN YANG DISEBABKAN AKIBAT PENYAKIT NON TRAUMATIC DAN PENYEBAB LAIN CS Neonatal sangat jarang dan diagnosisnya sering terlewatkan. CS Neonatal disebabkan karena kombinasi tekanan darah yang rendah pada neonatal dan trauma lahir Ragland dkk melaporkan 24 kasus neonatal CS; hanya pada 1 kasus yang didiagnosis dalam 24 jam. Mereka mendeskripsikan “lesi kulit sentinel” di lengan bawah pada pasien dengan gejala CS. Diagnosis yang terlambat menyebabkan kontraktur lengan dan gangguan pertumbuhan yang melibatkan ekstremitas. Pada hal ini, hanya 1 pasien yang dilakukan fasciotomi dalam 24 jam dan menghasilkan hasil fungsional yang baik. Kewaspadaan adalah kunci untuk diagnosis dini dan pengobatan patologinya. DIAGNOSIS
Menilai dengan 5P (pain, parastesia, pallor, paralisis
dan pulselessness) Namun menilai 5P pada anak akan sulit karena anak akan sulit untuk berkomunikasi dengan efektif dan serig cemas terhadap orang lain (red; dokter) Sehingga Bae dkk membuaat rekomendasi penilaian CS anak dengan menilai aspek 3A (peningkatan kebutuhan analgesic, anxietas, agitasi). PENGOBATAN
Sekali CS didiagnosis, fasciotomi emergensi dan dekomresi
perlu dilakukan. Dokter bedah yang merencanakan fasciotomy sebaiknya waspada terhadap etiologi CS.
Pengobatan dengan mengurangi faktor pembekuan dapat
menyebabkan perdarahan, fiksasi fraktur dan reparasi vascular dapat diindikasikan untuk fasciotomi atau dekompresi.