Anda di halaman 1dari 30

Donald Rinaldi

Penggalian kubur
(ekshumasi)
 Merupakan tindakan medis
 Dilakukan atas dasar undang-undang
 Dalam rangka pembuktian suatu
tindak pidana, termasuk pelanggaran
HAM
 Sering merupakan satu-satunya bukti
ilmiah mengenai suatu tindak pidana
Kapan diperlukan
ekshumasi ?
 Korban belum pernah
diperiksa dokter
 Korban TP Pulang
Paksa
 Korban TP cuma
diperiksa luar.
 Pencarian bukti-bukti
baru, second
autopsy.
Kasus pelanggaran HAM
 Ekshumasi dilakukan sesuai hukum
 Prosedur pemeriksaan sesuai
Protokol Minnesota
 Dilakukan secara ilmiah
 Oleh pakarnya dari institusi yang
netral, dan impartial
Beberapa prinsip
ekshumasi
 Semakin dini dilakukan semakin
baik
 Pemeriksaan yang terbaik adalah
pemeriksaan pertama dan satu-
satunya
 Pengamanan benda bukti dilakukan
semaksimal mungkin sejak dari fase
penggalian: melibatkan ahli
Tujuan ekshumasi
 Identifikasi jumlah korban
 Identifikasi korban
 Identifikasi jenis kekerasan dan
perlukaan, dalam kaitannya dengan
senjata penyebab
 Penyebab dan mekanisme kematian
 Rekonstruksi kejadian
 Saat kematian
Keterlibatan ahli

 Ekshumasi mutlak
harus melibatkan
dokter, khususnya
SpF
 Keterlibatan dokter
sejak dari saat
penggalian
 Pemeriksaan secara
kedokteran forensik
Dasar hukum ekshumasi
 KUHAP: ps 120, 133, 134, 135
 UU No 2 /2002 ttg Kepolisian: pasal
14(1g)

Untuk pelanggaran HAM:


UU No. 26 / 2000 ttg Pengadilan HAM
1. Penyelidik: Komnas HAM (ps. 18)
2. Penyidik: Jaksa Agung (ps. 21)
Kasus pelanggaran HAM
berat
 Lex specialis derogat lex generalis:
yang berlaku UU No. 39/1999 ttg
HAM dan UU No. 26/2000 ttg
pengadilan HAM

 Dalam hal hukum acara yang tidak


diatur dalam UU tsb, diberlakukan
Hukum Acara Pidana.
Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan
perlu melakukan
PENGGALIAN MAYAT,
dilaksanakan menurut
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal
133(2) dan 134(1)
undang-undang ini
MENOLAK GALI KUBUR ....
 PASAL 222 KUHP :
barangsiapa dg sengaja mencegah,
menghalang – halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan dipidana penjara
selama – lamanya sembilan bulan
atau denda sebanyak – banyaknya
empat ribu lima ratus
Peminta ekshumasi
 Tindak pidana
biasa: penyidik
POLRI

 Pelanggaran HAM:
penyelidik Komnas
HAM, penyidik
Jaksa Agung
TIM PEMERIKSA
 Dokter spesialis forensik (SpF)
 Ahli antropologi forensik
 Ahli serologi forensik
 Ahli DNA forensik
 Ahli-ahli forensik lainnya: ahli
odontologi forensik, toksikologi
forensik, balistik, kimia forensik,
fisika forensik, dsb.
PROSEDUR EKSHUMASI
 Identifikasi kasus dan lokasi penguburan
oleh penyidik
 Surat permintaan pemeriksaan
kedokteran forensik oleh penyidik yang
berwenang
 Pembentukan tim pemeriksa
 Penentuan strategi penggalian,
pemeriksaan dan penguburan kembali
Identifikasi kasus dan lokasi
penguburan oleh penyidik
Penggalian di lokasi
 Penggalian dalam sektor-sektor
 Penggalian awal oleh tenaga non ahli
 Begitu tulang / peti terlihat, penggalian
oleh ahli: sekop kecil, kuas, sikat
 Dokumentasi posisi temuan
 Evakuasi satu persatu dikumpulkan
dalam wadah per individu
Penggalian di lokasi

Penggalian awal oleh


tenaga non ahli
Tulang / peti terlihat penggalian
oleh ahli
DOKUMENTASI TEMUAN
Pencarian benda disamping
mayat
 Dalam kaitan
dengan saat
kematian: koran,
pakaian, rokok
 Dalam kaitan
dengan senjata:
proyektil
 Dalam kaitan
dengan pelaku:
rambut, kancing
Pemeriksaan kedokteran
forensik
 Pembersihan
kerangka
 Rekonstruksi tulang
belulang
 Deskripsi umum
 Identifikasi personal
 Pencarian
kekerasan dan
penyebab kematian
Temuan lain yang
mungkin
 Rekonstruksi
kejadian
 Senjata penyebab:
anak peluru, senjata
tajam
 Luka antemortem
atau postmortem
 Saat kematian
 Ciri pelaku
Identifikasi korban
 Ras  Ciri khusus: pincang,
bekas patah tulang,
 Jenis kelamin bongkok
 Umur  Wanita: parturitas
 Tinggi badan
 Golongan darah Pemastian identitas:
1. Gigi
 Gigi
2. DNA
Bukti adanya kekerasan
 Kekerasan pada jaringan lunak ???
 Kekerasan pada tulang
 Ronsen: tulang dan proyektil
 Ante atau post mortem
 Yang mana luka yang mematikan ?
Benda di sekitar mayat
 Koran
 Pakaian dan dokumen
 Kancing baju, rambut
 Proyektil, fragmen proyektil, pelet,
senjata, serat
 Kuku dan kerokan kuku
Hambatan pemeriksaan
 Benda bukti rusak karena waktu
 Benda bukti rusak saat penggalian
 Pencampuran benda bukti saat
penggalian
 Keahlian pemeriksa
 Fasilitas dan sarana kurang
 Waktu pemeriksaan yang terbatas
Pasca pemeriksaan
 Perawatan jenazah
 Ritual adat/ agama
 Penguburan
kembali
 Penarikan
kesimpulan
 Pembuatan VER
PENUTUP
 Ekshumasi pada dugaan pelanggaran
HAM harus dilakukan:
1. Sesuai perundangan yang berlaku
2. Mengikuti protokol Minnesota
3. Melibatkan SpF, pakar forensik lainnya
4. Dilakukan secara terencana dengan
tujuan yang jelas oleh pihak yang
netral-impartial
Terima kasih
atas
perhatiannya

Don Rey

Anda mungkin juga menyukai