◦ Dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan cairan akibat faktor patologis (diare
dan perdarahan) atau peningkatan kebutuhan cairan tubuh (demam, suhu
lingkungan yang tinggi, aktivitas ekstrim).
◦ Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah yang masuk, dan
kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya elektrolit
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
◦ Asupan cairan yang buruk, cairan keluar berlebihan, peningkatan insensible water loss
(IWL), atau kombinasi hal tersebut dapat menjadi penyebab deplesi volume
intravaskuler.
◦ Beberapa faktor patologis penyebab dehidrasi yang sering:
◦ Gastroenteritis
◦ Stomatitis dan faringitis
◦ Ketoasidosis diabetes (KAD)
◦ Demam
◦ heat stroke, tirotoksikosis, obstruksi saluran cerna, brosis sistik, diabetes insipidus, dan
luka bakar.
TIPE DEHIDRASI
1. Dehidrasi isotonik (isonatremik)
o Tipe ini merupakan yang paling sering (80%)
o Kehilangan air sebanding dengan jumlah natrium yang hilang, dan biasanya tidak
mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke dalam ruang intraseluler.
o Kadar Na+ pada kondisi dehidrasi isotonik berkisar antara 135-145 mmol/L dengan
osmolalitas serum berkisar antara 275-295 mOsm/L. Terapi umum dengan cairan kristaloid
yang bersifat isotonik, seperti:
- NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dalam NaCl 0,225% (untuk pediatrik)
- RL (Ringer’s Lactate) atau NaCl 0,9% (untuk dewasa)
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik)
o Natrium hilang yang lebih banyak daripada air.
o Kadar natrium serum (<135 mmol/L) dan osmolalitas serum (<275 mOsml/L).
o Terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi dehidrasi hipotonik ini adalah: NaCl 0,9% +
dextrose 5% dalam NaCl 0,225% untuk seluruh pemenuhan kekurangan cairan (untuk pediatrik).
- Fase I : 20 mL/kg BB RL atau NaCl 0,9%;
- Fase II : Koreksi defisit natrium (untuk dewasa)
TIPE DEHIDRASI
3. Dehidrasi hipertonik
o Kehilangan air lebih besar dibandingkan kehilangan elektrolit Na+.
o Kadar Na+ pada kondisi dehidrasi hipertonik >145 mmol/L dengan osmolalitas serum
>295 mOsm/L. Terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi dehidrasi hipertonik ini
adalah:
- Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% atau
- Dextrose 5% dalam ½ kekuatan RL (untuk pediatrik)
- Fase I: 20 mL/kgBB RL atau NaCl 0,9%;
- Fase II: Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% diberikan ≥48 jam agar tidak terjadi edema
otak dan kematian (untuk dewasa)
o Kelebihan Na+: (X-140) x BB x 0,6 (mg); defisit cairan: {(X-140) x BB x 0,6}: 140 (L);
kecepatan koreksi maksimal 2 mEq/L/jam.
DERAJAT DEHIDRASI
TANDA KLINIS
TATALAKSANA
◦ Prinsip: mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan
elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik kembali tercapai.
◦ Tentukan derajat dehidrasi segera mulai terapi pengganti cairan
◦ Prinsip metode pengganti cairan :
◦ Pengganti cairan oral
◦ Intravenous re-hydration
◦ Hipodermoclysis
TATALAKSANA : Dehidrasi derajat ringan-sedang
Faktor :
Usia, diabetes, imunosupresi , penyakit saluran kemih dan riwayat prosedur
invasive.
Faktor pencetus yang umum : prosedur invasive seperti tindakan bedah,
manipulasi saluran kemih, saluran empedu atau ginekologi.
- Syok septik ditandai dengan :
Sistemik (tanda inflamasi)
Suhu < 36oC or > 38oC
HR > 90 x/menit
Leukosit < 4000 atau> 12000
Adanya infeksi
Hipotensi
Hipoperfusi jaringan
- Diagnosis :
Ada bukti klinis infeksi , hipotensi persisten, bukti hipoperfusi organ, seperti asidosis
laktat, penurunan output urin (Oliguri), atau perubahan status mental.
Penatalaksanaan Syok Septik
◦ Penanganan syok septik antara lain:
◦ Pemberian antibiotik, umumnya dengan golongan spektrum luas
◦ Perbaiki dan mempertahankan hemodinamik dengan terapi
berikut:
◦ Terapi cairan: Meskipun syok septik tergolong dalam syok hiperdinamik
(terjadi hipovolemi relatif akibat vasodilatasi dan hipovolemi absolut akibat
kebocoran kapiler), cairan yang direkomendasikan tetap cairan kristaloid.
◦ Vasopressor: Norepinephrine
◦ Inotropik: Dobutamine
◦ Oksigen
Syok Anafilaksis
o Gangguan sistem sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan
yang disebabkan oleh reaksi alergi hebat terhadap protein asing, baik yang berasal dari obat-
obatan, toksin serangga ataupun makanan.
o Syok disebabkan: reaksi antigen-antibodi (antigen IgE). Antigen menyebabkan pelepasan
mediator kimiawi endogen, seperti histamin, serotonin, yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas endotelial vaskuler disertai bronkospasme.
o Bisa menyebabkan kematian dalam hitungan detik - menit jika tidak segera ditangani.
o Gejala klinis : pruritus, urtikaria, angioedema, palpitasi, dyspnea, dan syok.
Syok Anafilaksis
◦ Diagnosis:
◦Riwayat penyakit
◦ Pemeriksaan Fisik :
Kulit : eritema, udem, urtikaria
Kardio Vaskular : takikardia, hipotensi
Respirasi : rhinitis, obstruksi laring, spasme bronkus
GIT : mual, muntah, diare, keram perut
Lainnya : ansietas, kesadaran menurun
Penatalaksanaan dan Management Syok Anafilaktik
o Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis
o Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau sengatan hewan longgarkan
1-2 menit tiap 10 menit.
o Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki lebih tinggi)
o Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC (subcutaneous); anak 0,01 mg/kgBB SC (larutan 1:1000).
o Fungsi adrenaline: meningkatkan kontraktilitas miokard, vasokonstriksi vaskuler, meningkatkan tekanan
darah dan bronkodilatasi
o Pasang infus RL
o Kortikosteroid: dexamethasone 0,2 mg/ kgBB IV (intravena).
o Bila terjadi bronkospasme dapat diberi aminophyline 5-6 mg/ kgBB IV bolus secara perlahan, dilanjutkan
dengan infus 0,4-0,9 mg/ kgBB/ menit.
Syok Neurogenik
◦ Definisi
Syok neurogenik didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya
perfusi dan oksigenasi jaringan yang disebabkan oleh kegagalan sistem saraf dalam mempertahankan
tonus vasomotor perifer.
◦ Etiologi
Disebabkan oleh : trauma cedera tulang belakang atau efek dari epidural atau anestesi spinal.
Hal ini menyebabkan hilangnya tonus simpatis perifer (vasodilatasi, venous return berkurang, CO
berkurang) dengan penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan hipotensi.
◦ Gejala klinis : hipotensi disertai bradikardia,gangguan neurologis (paralisis, reflex ekstremitas hilang )
Diagnosis
◦ Riwayat Penyakit
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Kulit hangat
◦ Defisit neurologis
◦ Hipotensi persistent
◦ Bradikardi
◦ apakah adanya trauma yang menyertai
Penatalaksanaan
◦ Pastikan Jalan Nafas adequate
◦ Resusitasi cairan secara adekuat
◦ Vasopresor
◦ Dopamine
◦ Alpha agonist
TERIMA KASIH