Anda di halaman 1dari 32

KGD LBM 5

Nuril Frida
Mengapa pasien somnolen dan
tampak pucat?
• Karena menurunnya perfusi perifer
diakibatkan oleh kompensasi dari jumlah
plasma yang hilang
Syok
• Sistem sirkulasi
• Hipotensi terjadi sebagai akibat dari banyak darah yang
keluar(terjadi hipovolume).Gejala hipotensi ini dapat terjadi dengan
drastis.
• Karena ada cedera respon terhadap berkurangnya volume darah
yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk
menjaga output jantung tetap normal. Hal ini disebabkan karena
cardiac output ditentukan oleh detak jantung (HR) dan stroke
volume.
• Pelepasan ketolamin-ketokolamin endogen meningkatkan tahanan
pembuluh darah perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah
diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), akan tetapi
sedikit membantu perfusi organ.
• Pada keadaan syok perdarahan yang masih dini,
mekanisme kompensasi hanya sedikit mengatur
pengembalian darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah di dalam system vena, hal
mana tidak mampu memperbaiki tekanan vena
sistemik.
• Akral dingin  Respon dini terhadap kehilangan
darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh
adalah vasokonstriksi progresif dari kulit, otot san
sirkulasi visceral (dalam rongga perut) untuk
menjamin arus darah ke ginjal, jantung dan otak.
Jenis trauma toraks yang mempengaruhi Breathing:
 Tension Pneumotoraks
 Terjadi bila ada mekanisme ventil : udara masuk kedalam rongga toraks tapi tidak dapat keluar lagi  paru kolaps total dan
mediastinum terdorong kearah kontra lateral
 Paru yg kolaps total  penderita bernapas dg 1 paru secara mendadak, tubuh belum sempat mengadakan kompensasi  
kadar oksigen pada jaringan dan organ vital
 Penyebab lain: komplikasi pd penggunaan ventilasi mekanik/ventilator dg ventilasi tekanan positif, komplikasi pemasangan
kateter subklavia, cara penutupan luka tembus toraks yang salah dll
 Harus diingat : diagnosis  ditegakkan berdasarkan gejala klinis, bukan radiologis

 GEJALA Tension Pneumotoraks


Nyeri dada
Sesak
Distress nafas
Tachikardi
Hipotensi
Deviasi trachea
Hilangnya suara nafas pada 1 sisi
Distensi vena leher (bila penderita tidak syok hipovolemik)
 TINDAKAN CEPAT :
 Menusuk dada pada sela iga kedua pd garis pertengahan klavikula pada sisi dada yg mengalami kelainan dg jarum besar (12-
14F)
 Tindakan ini merubah tension pneumotoraks  pneumotoraks sederhana. Tindakan ini hendaknya disusul oleh
terapi definitif berupa pemasangan toraks drain/selang dada
– Open Pneumotoraks
• Terdapatnya defek pada dinding dada yang mengakibatkan adanya
hubungan antara rongga dada dengan udara luar. Bila defek besarnya lebih
dari 2/3 diameter trachea  udara akan cenderung mengalir melalui
defek tsb karena tahannya lebih kecil dibandingkan dengan melewati
trachea  paru tidak akan mengembang dan ventilasi akan terganggu
• Tindakan awal: menutup defek dg kasa steril yg diplester hanya pd 3
sisinya saja  diharapkan saat inpirasi kasa penutup akan terhisap &
menutup luka & saat ekspirasi kasa penutup luka akan terbuka dan udara
didalam rongga toraks akan terdorong keluar
• Tindakan definitif : memasang drain toraks serta menutup defek tersebut
– Flail Chest
• Terjadi bila ada patah tulang iga lebih dari 2 pd level yg sama ( patah
tulang iga 4,5,6,7 kiri depan & belakang)  segmen dinding dada pd
bagian diantara yg patah tsb terlepas dr tulang iga yg lain, hanya difiksasi
oleh kulit.
• Pada saat inspirasi (dinding dada mengembang), tekanan udara didalam
berlawanan dg dinding dada yg mengembang tsb
• Pada keadaan ekspirasi, tjd keadaan yg berlawanan, dinding dada
mengempis, tek. udara dlm rongga , segmen dinding dada yg patah akan
terdorong keluar
• Gerakan paradoksal (ekspirasi paru keatas) akan mengganggu ventilasi
paru  paru terdesak dan mediastinum terdorong Yg memperberat
keadaan ini: cedera ikutan pd parenchim paru (kontusio / memar paru),
krn pd dasarnya gaya yg dpt mematahkan tulang iga shg timbulnya flail
chest adalah gaya yg besar dan langsung pada dinding dada
• Tindakan awal: memberi oksigenasi yg baik dengan ventilasi, pemberian
analgetika yg cukup memadai
• Hemotoraks massif
 Perdarahan pd cedera toraks yg cepat dalam jumlah banyak yang
terkumpul pada rongga dada, mengakibatkan kolapsnya paru serta
menekan mediastinum yang akan memperburuk keadaan hipoksia dan
syok yg timbul akibat perdarahan sebelumnya
 Gejala klinis mirip pd tension pneumotoraks, hanya pada perkusi disisi
paru yang abnormal akan redup, penderita tampak anemis dan syok
 Tindakan: pemasangan drain toraks dan diawasi dengan ketat
 Diagnose : penderita syok, anemis disertai suara nafas yang menghilang
dan perkusi pekak pada sisi dada yang mengalami cedera
 Terapi awal: penggantian volume darah yg dilakukan bersamaan dg
dekompresi rongga pleura
 Terapi definitif: dengan torakotomi bila jumlah darah yang keluar terus
menerus sebanyak minimal 200 cc per jam dalam waktu 2 sampai 4 jam
Tamponade jantung
 Sering disebabkan oleh luka tembus. Walaupun demikian cedera tumpul juga
dapat menyebabkan pericardium terisi darah, baik jantung, pembuluh darah besar
maupun pembuluh darah pericardium.
 Pulsus paradoksus : keadaan fisiologis dimana terjadi penurunana dari tekanan
darah sisitolik selama inspirasi spontan. Bila penurunan >10mmhg maka
merupakan tanda temponade jantung.
 Tanda kusmaul : nafas cepat dan dalam (akibat peningkatan tekanan vena pada
saat inspirasi biasa)
Trais BECK :
 a. Peningkatan tekanan vena
 b. Penurunan tekanan arteri
 c. Suara jantung menjauh
 Penatalaksanaan : Perikardiosintesis : penusukan pada subxyfoid (dibawah
proc.xypoideus). darah yang keluar seringnya hanya 15-20 ml namun sudah bias
memperbaiki hemodinamik.
 Jika belum berhasil dilakukan Perikardiotomi.
• TRAUMA ABDOMEN

1. Trauma tembus (trauma perut dengan


penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi
kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-
belt) (FKUI, 1995).
• Meningkatnya tekanan intra abdominal yang
mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti
benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga. (Kompresi)
• Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding
abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang
dinding thoraks. (Crushing)
• Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak
dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan
pedikel vaskuler.
• Trauma kepala tertutup (Komusio serebri/Gegar otak, Kontusio
serebri /Memar otak, Perdarahan sub dural, Perdarahan
Intraserebral )

• Trauma kepala terbuka


• Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan
laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang
tengkorak menusuk otak
• Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus
akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-
3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas
os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan
dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh
retak tulang dasar tengkorak.
• Bising Usus Melemah

• Ampula recti tidak kolaps


– Ampulla recti merupakan
tempat untuk mengatur
keluarnya feses.
– Normalnya tidak kollaps
– Apabila kollaps  ileus
obstruktif
• RT : Darah (+), Feses (+)
Feses -> DBN
Darah ->
PRIMARY SURVEY
• Airway dengan kontrol servikal
• Penilaian
– Mengenal patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
– Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pengelolaan airway
– Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi
– Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid

• Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal


• Pasang airway definitif sesuai indikasi
• Fiksasi leher
• Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila
ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
• Evaluasi
Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
• Penilaian
– Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line
immobilisasi
– Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
– Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi
trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda
cedera lainnya.
– Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
– Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
– Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreathing mask 11-12 liter/menit)
– Ventilasi dengan Bag Valve Mask
– Menghilangkan tension pneumothorax
– Menutup open pneumothorax
– Memasang pulse oxymeter
• Evaluasi
Circulation dengan kontrol perdarahan
• Penilaian
– Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
– Mengetahui sumber perdarahan internal
– Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak diketemukannya pulsasi dari
arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.
– Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
– Periksa tekanan darah
• Pengelolaan
– Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
– Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah.
– Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin,
kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis
Gas Darah (BGA).
– Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
– Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien fraktur pelvis yang
mengancam nyawa.
– Cegah hipotermia
• Evaluasi
• Disability
– Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
– Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya
dan awasi tanda-tanda lateralisasi
– Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi
dan circulation.
• Exposure/Environment
– Buka pakaian penderita
– Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan
tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
Tatalaksana
Pemeriksaan Penunjang
• Trauma abdomen  lihat hemodinamiknya,
stabil?
• Stabil  boleh dilakukan pemeriksaan apa saja
(CT-scan)
• Tdk stabil  USG FAST (Focused Assessment
Sonography in Trauma)
• Untuk menentukan adanya trauma
intraabdomen, diletakan pada :
• Pericardiac, perihepatic, perisplenic, pelvic  jika
didapatkan lesi anecoic perdarahan
intraabdomen

Anda mungkin juga menyukai