Anda di halaman 1dari 22

 Forseps adalah tindakan

obstetric yang bertujuan


untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan
menarik bagian terbawah
janin (kepala)dengan
cunam .
 Ekstraksi forcep adalah
suatu persalinan buatan
yaitu janin dilahirkan
dengan cunam yang
dipasang di kepala
 traksi
 forseps dapat tidak berguna untuk
rotasi,terutama untuk posisi oksiput transversal
dan posterior.
 forseps simpsons digunakan untuk melahirkan
janin dengan kepala yang mengalami molding
yang sering terjadi pada ibu nulipara.
 forseps Tucker-McLane sering digunakan untuk
janin yang kepalanya bulat,yang lebih sering
terlihatpada
 indikasi ibu :meliputi penyakit jantung
masalah atau cedera paru
infeksi intra partum
kondisi neurologis tertentu
kelelahan atau persalinan kala dua
memanjang.
 Indikasi janin : gawat janin
 indikasi waktu: persalinan kala dua
memanjang
 Terdapat setidaknya enam kondisi yang harus dipenuhi
untuk keberhasilan penggunaan forseps :
 Serviks harus terdilatasi lengkap
 Membran harus sudah mengalami ruptur
 Kepala harus sudah masuk.pembentukan caput succedaneum
yang luas dan molding terkadang membuat penentuan station
sulit.dengan kesulitan penentuan station,penting untuk
menyadari bahwa apa yang dianggap prosedur forseps-rendah
sebenarnya mungkin merupakan operasi midforseps yang lebih
sulit .
 Janin dalam presentasi verteks,atau presentasi wajah dengan
dagu anterior.
 Posisi kepala janin harus diketahui dengan pasti
 Tidak boleh ada kecurigaan disproporsi sefalopelvik
 Persiapan pelahiran dengan forseps
 analgesia regional atau anestesia umum lebih dipilih
untuk prosedur forseps rendah atau midpelvik.
 kandung kemih harus dikosongkan .
 Posisi pasti kepala janin harus diketahui agar
penempatan forseps pada kepala tepat.dengan
kepala rendah dalam panggul,posisi ditentukan
dengan pemeriksaan sutura sagitalis dan fontanel.
 jika kepala berada pada statiom yang lebih
tinggi,penentuan absolut dapat dilakukan dengan
mencari telinga posterior.
 Saat kepala berada diatas perineum, sutura
sagitalis iasanya menempati diameter obliq
atau transversal pelvis. Pada keadaan
tersebut forseps seharusnya berada diposisi
kepala.
 Posisi oksiput kiri anterior

• Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin yang berada di sebelah kiri posterior.
1

• Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri memasang cunam/forceps kiri setinggi telinga kiri janin.
2

• Sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang ditahan oleh asisten atau dibiarkan saja dan hendaknya berada pada
kedudukannya tanpa paksaan.
3
• Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan sendok cunam/forceps kanan yang dipegang dengan
tangan kanan dimasukkan vagina dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut dan segera digeser ke depan untuk
ditempatkan setinggi telinga depan janin, sehingga sendok cunam/forceps kanan berada pada posisi yang tepat
4 berhadapan dengan sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang sebelumnya.

• Setelah kedua sendok cunam/forceps dikunci, maka posisi masing-masing sendok cunam/forceps berada di depan dan
di belakang (pada diameter oblique pelvik).
5
1. Pemasangan sendok cunam/forceps
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi
dengan arah yang berbeda.

2. Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah


telinga posterior dan sendok cunam/forceps
kanan harus dipasang lebih awal .

3. Penguncian hanya dapat dilakukan setelah


tangkai sendok cunam kanan disilangkan dan
ditempatkan di atas tangkai sendok kiri.
• Jenis cunam/forceps obstetrik yang tepat
digunakan adalah cunam/forceps Tucker Mc
1 Lane atau cunam/forceps Kielland.

• Pemasangan tidak berbeda, sendok cunam/forceps pertama yang


dipasang adalah sendok cunam/forceps yang akan ditempatkan
2 setinggi telinga posterior dan sendok cunam/forceps kedua
dipasang setinggi telinga depan (setelah digeser ke depan).

• Dengan pemasangan di atas, satu sendok


cunam/forceps akan berada di depan
3 sakrum dan satu sendok lagi di belakang
simfisis pubis.
Rotasi manual

Persalinan cunam/forceps rendah pada posisi


oksipitalis posterior persisten; Gambar ”panah”
menunjukkan titik saat kepala mengalami
fleksi setelah bregma melewati arcus pubis;
Pada saat ini harus dicegah terjadinya ruptur
perinei yang luas dengan episiotomi luas
 Jika rotasi manual tidak dapat diselsaikan dengan mudaah, penempatan
bilah dikepala pada posisi posterior dan pelahiran dari posisi oksiput
posterior mungkin merupakan prosedur yang paling aman (Gambar 23-
15). Pada banyak kasus, penyebab posisi oksiput posterior presisten dan
sulitnya dilakukan rotasi adalah pelvis antropoid, struktur yang
menghalangi rotasi dan menjadi predisposisi kelahiran posterior. Jika
oksiput dalam posisi posterior, traksi horisontal seharusnya dilakukan
sampai dasar hidung berada dibawah simfisis. Pegangan sebaiknya
diangkat perlahan sampai oksiput keluar bertahap melewati margo
anterior perinium. Kemudian, forseps diarahkan dengan gerakan
kebawah, dan hidung, ajah dan dagu berhasil keluar dari vulva.
 Perlahiran posisi oksiput posterior menyebakan distensi yang lebih besar
pada vulva, dan mungkin diperlukan episiotomi yang besar. Bayi yang
dilahirkan dari posisi oksiput posterior memiliki insiden untuk Erb palsy
dan facial nerve palsy yang lebih tinggi, yaitu masing-masing 1 dan 2
persen , daripada bayi yang lahir dari posisi oksiput anterior.
 Rotasi forceps pada posisi oksiput oblik posterior
 Oksiput oblik dapat dirotasi 45 drajat menjadi posisi
posterior atau 135 drajat menjadi posisi anterior
(Gambar 23-16). Jika rotasi dilakukan dengan forseps
Turker-Mclane atau Simpson, kepala harus dalam
posisi fleksi, tetapi tidak harus jika menggunakan
forseps Kielland, karena kedua forseps tersebut
memiliki lengkungan pelvik yag kurang menonjol.
Pelahiran yang diusahakan menggunakan alat
cenderung menyebabkan robekan sulkus vagina dan
laserasi dinding. Untuk menghindari trauma tersebut,
penting untuk melepaskan dan memasukkan alat
sesuai penjelasan dibawah ini
 Forseps Kielland memiliki kunci geser dan hampir tidak emiliki
lengkung pelvis. Pada setiap pegagan terdapat tombol kecil yang
menandakan arah oksiput. Kielland menjelaskan dua metode
dlam cara mendapatkan bilah anterior:
 dengan metode wandering atau peluncuran, bilah anterior
dimasukkan kedalam sisi pelvis diatas ajah atau dahi. Kemudian
bilah dilengkungkan diatas dahi atau wajah diposisi anterior,
dengan pegangan bilah dipegang dekat bokong ibu sisi
berlawanan selama dilakukan manuver. Bilah kedua dimasukkan
ke posterior dan cabang dikunci.
 Dengan penempatan langsung atau klasik, bilah anterior
dimasukkan pertama-tama dengan lengkung sefalik diarahkan ke
atas, melengkung di baah simfisi. Setelah didorong cukup jauh ke
dalam rongga uterus bawah, bilah diputar pada aksisnya sebesar
180 drajat untuk menyesuaikan kurvatura sefalik terhadap kepala.
 Pada presentasi dagu ajah anterior, forseps
dapat digunakan untuk melakukan pelahiran
pervagina. Traksi kebawah diberikan sampai
dagu tampak dibawah simfisis. Kemudian,
dengan gerakan keats wajah secara perlahan
dikeluarkan,dengan hidung,mata,dahi, dan
oksiput tampak berurutan di margo anterior
perineum (Gambar 23-17) forseps sebiknya tidak
dilakukan pada presentasi dagu posterior karena
perlairan per vagina tidak mungkin dilakukan.
 Morbiditas ibu
 Pertama, dan secara keseluruhan morbiditas ibu
akibat perlahiran dengan forseps terindikasi
paling tepat dibandingkan dengan morbiditas
akibat pelahiran ceasar.
 Kedua, diantara perempuan yang menjalani
pelahiran dengan forseps semakin tinggi station,
dan/atau semakin besarr drajat rotasi, maka
cenderung semakin sering morbiditas
terbentuknya laserasi dan terjadinya kehilangan
darah.
 Laserasi dan episiotomi
 Lebih lanjut station dan drajat rotasi yang menggunakan alat
berhubungan dengan morbiditas.
 cidera perianal drajat sedang dan berat dengan perlahiran operatif
terinduksi, peggunaan forseps versus ekstrator vakum, perlunya
episitomi dan pelahiran selain station pintu bawah panggul.
 Bersamaan dengan keseluruhan usaha untuk mengurangi episiotomi
rutin, Enker dkk (1997) melaporkan suatu penurunan nyata angka
episiotomi dengan kedua forseps tersebut 96 menjadi 30% begitu juga
dengan vakum 89-39% pada pelahitran tahun 1984-1994. Selama priode
ini, terdapat penurunan untuk laserasi drajat-empat, tetapi tidak ada
perubahan pada laserasi drajat-tiga. Dalam tinjauan pada lebih dari
34.000 pelahiran pervagina oleh Goldberg dkk (2002), angka episiotomi
menurun dari 70% pada tahun 1983 menjadi 19% pada ttahun 2000.
Namun, perlahiran dengan forseps dikaitkan dengan angka episiotomi
yang lebih tinggi, begitu juga dengan laserasi drajat-tiga dan empat
dibandingkan dengan pelahiran spontan.
 Efek jangka pendek pelahiran dengan forseps
dan vakum,
 retensi urin pasca partum dan disfungsi
kandung kemih
 Efek jangka panjang,Episiotomi atau laserasi
yang luas, terutama pada sfingter ani, lebih
sering menyebabkan inkontinensia daripada
pelahiran per vagina spontan saja.
 Disfungsi sfingter anus
 Morbiditas Febris
 Infeksi uterus pascapartum dan selulitis pelvis lebih sering terjadi,
dan sering kali lebih berat pada perempuan setelah pelahiran
caesar dibandingkan dengan pelahiran operatif per vagina.
 Morbiditas Perinatal
 Morbiditas langsung terhadap janin oleh forseps biasanya akibat
trauma. Facial nerve palsy juga dapat terjadi. Cedera pleksus
brakialis terjadi lebih sering diantara bayi yang dilahirkan dengan
forseps atau vakum daripada yang dilahirkan spontan. Pelahiran
dengan forseps dan vakum dikaitkan dengan perdarahan
intrakranial lebih sering terjadi daripada pelahiran spontan.
Insiden perdarahan intrakranial paling tinggi terjadi pada bayi
yang dilahirkan dengan forseps, vakum, atau caesar setelah
persalinan dimulai

Anda mungkin juga menyukai