Anda di halaman 1dari 9

PRESENTASI TENTANG

EKSPLORASI METODE LANGSUNG DI


PERMUKAAN

KELOMPOK 1.
Anggota Kelompok :
1). Abdul Kharem……
2). Junto……………………
3). Wikan Kristanto….
 Metode Eksplorasi Langsung
 Metode eksplorasi langsung mempunyai
pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan
dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi
permukaan/bawah permukaan dari endapan yang
dicari. Kegiatan eksplorasi langsung memungkinkan
dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis,
pengukuran dan sampling terhadap objek yang di
eksplorasi. Interpretasi yang dilakukan dapat
berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil
pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini
dapat diterapkan pada sepanjang kegiatan eksplorasi
(tahap awal sampai detail).
 Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
 A. Penyelidikan singkapan (out crop)
 Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
 1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah
sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang
menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh
batuan Metoda Langsung Permukaan nampak sebagai singkapan
segar.

(Gambar penyelidikan singkapan susur sungai)


 B. Tracing float
 Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan
(potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi.
Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir).
Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-
sungai (lihat Gambar).

(Sketsa proses terbentuknya float)


 Tracing (penjejakan = perunutan) float ini pada dasarnya
merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-
potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada
sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan
yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu
tempat di bagian hulu dari sungai tersebut.
 Pada Gambar dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau
tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk
semua cabang (anak) sungai.

(Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing with panning)
 Trenching (pembuatan paritan)
 Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu
cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian
sumber (badan) bijih/endapan.
 Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji
dilakukan dengan cara menggali tanah penutup
dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang
diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,
kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik
perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai
lokasi sampling.
 Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi
umum sebagai berikut :
 Terbatas pada overburden yang tipis,
 Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia
atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
 Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

(Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan batubara.)


 Test pit (sumur uji)
 Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian
endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah
vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan
kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan
(series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan
dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

 Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-


endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-
endapan berlapis.

 Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk


mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan,
variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar). Biasanya
sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus
keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan
mineralisasi berupa urat (vein).
[Sketsa pembuatan sumur uji (Chaussier et al., 1987)]

 Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
 ketinggian muka airtanah,
 kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
 kekuatan dinding lubang, dan
 kekerasan batuan dasar.

Anda mungkin juga menyukai