Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, ke IGD RS dalam
keadaan tidak sadar, dilakukan pemeriksaan fisik terlihat pada kulit dan matanya kuning, riwayat penyakit peminum alkohol. Pada pemeriksaan lab, hasilnya : Hb 13,9 g/dL (normal 13 – 17 g/dL) Leukosit 9.000/mm3 (normal 4.000 – 10.000/mm3) Trombosit 102.000/mm3 (normal 150.000 – 400.000/mm3) Hematokrit 41% (normal 37% - 42%) Eritrosit 3,8 (normal 4 – 4,5 juta/mm3) Pem. Ureum 98 mg/dL (normal 20 – 40 mg/dL) Kreatinin 1,0 mg/dL (normal < 1,1 mg/dL) SGOT 66 IU/L (normal < 40 IU/L) SGPT 79 IU/L (normal < 40 IU/L) Normal atau tidak? Pemeriksaan cukup baik atau tidak? Pemeriksaan tambahan yang menunjang diagnosis? Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun, ke IGD RS dalam keadaan tidak sadar, dilakukan pemeriksaan fisik terlihat pada kulit dan matanya kuning, riwayat penyakit peminum alkohol. Pada pemeriksaan lab, hasilnya : Hb 13,9 g/dL (normal 13 – 17 g/dL) Leukosit 9.000/mm3 (normal 4.000 – 10.000/mm3) Trombosit 102.000/mm3 (normal 150.000 – 400.000/mm3) Hematokrit 41% (normal 37% - 42%) Eritrosit 3,8 (normal 4 – 4,5 juta/mm3) Pem. Ureum 98 mg/dL (normal 20 – 40 mg/dL) Kreatinin 1,0 mg/dL (normal < 1,1 mg/dL) SGOT 66 IU/L (normal < 40 IU/L) SGPT 79 IU/L (normal < 40 IU/L) Ciri fisik : pasien terlihat dari kulit dan matanya berwarna kuning kelebihan bilirubin dalam darah 1. Trombosit yang rendah, besarnya 102.000/mm3 (normal 150.000 – 400.000/mm3). Trombosit adalah salah satu jenis sel darah yang berfungsi untuk pembekuan darah. Jika hati rusak, maka menyebabkan produk yang dihasilkan liver akan menurun, misalnya hormon trombopoetin. Sehingga trombosit pasien menjadi rendah. 2. Eritrosit yang rendah, besarnya 3,8 juta/mm3 (normal 4 – 4,5 juta/mm3). Eritropoetin merupakan hormon yang dapat merangsang pembentukan eritrosit. Eritropoetin dihasilkan sebagian besar di ginjal dan sebagian kecil di hati. Eritrosit yang rendah diduga karena fungsi liver pasien terganggu yang menyebabkan produk yang dihasilkan liver menurun yaitu eritropoetin. 3. Pemeriksaan ureum 98 mg/dL (normal 20 – 40 mg/dL). Ureum yang tinggi pada pasien diduga karena pasien tidak puasa, diperkuat dengan keterangan bahwa pasien datang ke IGD. Sehingga tidak ada persiapan dari pasien. Ureum dipengaruhi oleh makanan. 4. SGOT 66 IU/L (normal < 40 IU/L) dan SGPT 79 IU/L (normal < 40 IU/L). Hasil SGPT pasien sebesar 79 IU/L hampir mendekati 2 kali batas normal, sedangkan SGOT pasien sebesar 66 IU/L. kedua hasil tersebut sedikit naik dari nilai normal. Peningkatan ALT dan AST diduga terdapat kerusakan jaringan hati. Darihasil lab tersebut pemeriksaanya cukup baik, tetapi diperlukan pemeriksaan tambahan yang menunjang diagnosis yaitu : 1) USG 2) Pemeriksaan bilirubin total 3) GGT Diet dengan zat – zat gizi yang adekuat dianjurkan untuk mengurangi beban metabolik pada hati. Ingesti alkohol harus dihentikan. Pasien dianjurkan beristirahat. Diperlukan penatalaksanaan terhadap komplikasi gagal hati. Dari hasil pemeriksaan lab tersebut pasien diduga mengidap hepatitis alkohol (stadium 2 sirosis alkohol). Jika terjadi terus – menerus akan menyebabkan sirosis (stadium akhir sirosis alkohol). Seorang pria 63 tahun , di rawat di ICU , hasil pemeriksaan analisa gas darahnya sebagai berikut : a. HCO3 = 30 mmol/L b. PCO2 = 42 mmHg Apa interpretasi sdr? HCO3- = 30 mmol/L ( N= 24 mmol/L) PCO2 = 42 mmhg (N= 40 mmHg)
pH = [HCO3]/[CO2] = alkalosis
HCO3- tinggi metabolik
Kesimpulan : metabolik alkalosis dengan
kompensasi PPT Dr. Sussylawati Sp PK. 2015. Patofisiologi sistem hepatobilier. Poltekkes bandung : Bandung J. Crowin, Elizabeth. 2001. Patofisiologi. EGC : Jakarta