Anda di halaman 1dari 20

PENANGANAN

SEPSIS
DEFINISI
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa
akibat disregulasi respons tubuh terhadap infeksi. Sedangkan
syok septik adalah bagian dari sepsis dimana terjadi
abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler yang dapat
meningkatkan mortalitas. 1

Sepsis dan syok septik adalah keadaan yang masih


menjadi masalah di dunia, di mana satu dari empat orang yang
dalam keadaan sepsis akan meninggal. Identifikasi keadaan
sepsis dini dan penatalaksanaan yang cepat dapat memperbaiki
prognosis pasien.2

O
Menurut jurnal Sepsis dan Tata Laksana
Berdasar Guideline Terbaru
(Sepsis and Treatment based on The Newest
Guideline)

Irvan, Febyan, Suparto


PENANGANAN /
PENATALAKSANAAN SEPSIS
O SCCM (Critical Care Medicine dan Intensive Care
Medicine)
penanganan sepsis dan syok septik adalah
resusitasi awal, vasopressor/ inotropik, dukungan
hemodinamik, pemberian antibiotik awal, kontrol
sumber infeksi, diagnosis (kultur dan pemeriksaan
radiologi), tata laksana suportif (ventilasi, dialisis,
transfusi) dan pencegahan infeksi
Lanjutan...
O Early Goal-Directed Therapy (EGDT) yang
dikembangkan oleh Rivers et al pada tahun 2001
merupakan komponen penting dalam protokol
sebelumnya.
Selama 6 jam di ruang IGD, pasien dengan
terapi EGDT mendapatkan terapi cairan, transfusi
darah, dan inotropik lebih banyak dibandingkan
grup kontrol. Kemudian, selama 6 – 72 jam di ruang
ICU setelah mendapatkan terapi EGDT,
MENURUT JURNAL
PENATALAKSANAAN SEPSIS DAN
SYOK SEPTIK OPTIMALISASI
FASTHUGSBID
PENANGANAN SEPSIS

1. RESUSITASI CAIRAN
Resusitasi cairan awal yang efektif sangat
penting untuk stabilisasi pasien. Protokol Early
Goal Directed Therapy (EGDT) yang
dipublikasikan olehRivers, dimana antara lain
menggunakan target CVP dan ScVO2, ternyata
gagal menunjukkan penurunan mortalitas pada tiga
studi RCT multi senter besar yang telah dilakukan
secara berturutan
2. FEEDING ( MAKANAN )
a. Kebutuhan Nutrisi
Penilaian kebutuhan nutrisi dimulai dari mengetahui
status nutris melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pengukuran anthropometri. Riwayat penurunan berat badan,
anoreksia, keluhan gastrointestinal (muntah, diare) dan
pemeriksaan fisik tanda dari malnutrisi perlu diperhatikan.
Sepsis menyebabkan edema sehingga terjadi bias dalam
pengukuran anthropometri. Skrining digunakan untuk
mendeteksi adanya undernutrition sebelumnya dan risiko
terjadi undernutrition. Nutritional Risk Screening (NRS 2002),
Nutrition Risk in Critically ill (NUTRIC) score merupakan
alat bantu skrining untuk menilai status nutrisi dan severitas
dari penyakit.
b. Rute Pemberian
Saat ini panduan klinis tentang terapi nutrisi
merekomendasikan pemberian nutrisi enteral
dibandingkan nutrisi parenteral bila sistem

gastrointestinal intak dan fungsional.


c. Nutrisi Enteral
Enteral feeding dimulai dalam 24-48 jam pertama
segera setelah resusitasi dan pasien dalam hemodinamik
stabil. Pemberian nutrisi enteral ditunda bila terdapat
kondisi berikut: Obstruksi usus, perdarahan saluran cerna,
infark mesenterik, atau abdominal compartment
syndrome, high output fistula. Tidak adanya bising usus
atau tanda motilitas usus (flatus atau BAB) bukan
merupakan alasan untuk tidak menginisiasi nutrisi enteral.
d. Imunonutrisi
Imunonutrisi adalah pemberian nutrient yang
dianggap memiliki efek meningkatkan respons imun.
Peran imunonutrisi dalam meningkatkan outcome pasien
kritis belum dapat dibuktikan. Beberapa bukti pada
pasien pasca bedah, imunonutrisi meningkatkan
resistensi terhadap infeksi, menurunkan durasi dan
severitas dari inflamasi.
3. THROMBOEMBOLISM
PROPHYLACTIC
Ada 2 metode profilaksis venous thromboembolism
ada pasien-pasien yang dirawat di ICU, yaitu :
a. METODE MEKANIKAL TROMBOPROFILAKSIS
Bila terdapat kontra indikasi pemberian farmakologi
profilaksis, maka dapat diberikan mekanikal
thromboprophylaxis dengan menggunakan Graduated
Compression Stocking (GCS) atau Intermittent
Pneumatic Compression (IPC).
b. METODE FARMAKOLOGI
TROMBOPROFILAKSIS
Obat-obatan yang digunakan untuk
tromboprofilaksis adalah Unfractionated Heparin (UFH)
, Low Molecular Weight Heparin ( LMWH),
fondaparinux .
Pada pasien yang tidak ada kontraindikasi pemberian
farmakologi profilaksis, maka :
- 1st line : enoxaparin 40 mg SQ Q 12H
- 2nd line : Low dose UFH 7500 unit SQ Q8H
Pada pasien denagn Cr Cl < 30 ml/ mnt :
- 1st line : Low Dose UFH 5000 unit SQ Q8H
- 2nd line : enoxaparin 30 mg SQ Q24H
4. HEAD OF BED ELEVATION
Pasien sepsis yang terpasang ventilasi mekanis
untuk dipertahankan dengan posisi kepala tempat tidur
dinaikkan antara 30 dan 45 derajat untuk membatasi risiko
aspirasi dan untuk mencegah kemunculan VAP
(rekomendasi kuat, kualitas bukti rendah).

Posisi semi-recumbent telah diketahui menurunkan


kejadian VAP. Asupan enteral meningkatkan risiko
1

terjadinya VAP. 50% pasien yang mendapatkan asupan


makanan secara enteral dalam posisi telentang mengalami
VAP, dibandingkan dengan 9% dari mereka yang
mendapatkan asupan makanan dalam posisi semi-
recumbent.
5. ULCER PREVENTION
1. Merekomendasikan bahwa profilaksis stress
ulcer diberikan kepada pasien dengan sepsis atau
syok septik yang memiliki faktor risiko untuk
perdarahan saluran cerna (rekomendasi kuat,
kualitas bukti rendah).
2. Menganjurkan untuk menggunakan proton pump
inhibitor (PPI) atau histamin-2 receptor antagonist
(H2RA) jika ada indikasi untuk pro-filaksis stress ulcer
(rekomendasi lemah, kualitas bukti rendah)
3. Merekomendasikan untuk tidak melakukan profilaksis
stress ulcer pada pasien tanpa faktor risiko perdarahan GI
(BPS).
6. GLUCOSE CONTROL
Hiperglikemia sering dijumpai pada pasien sepsis
baik itu merupakan respons metabolik akibat sepsis,
pemberian obat vasopresor, nutrisi maupun steroid.
a. INSULIN
Preparat yang paling ampuh dan sering dipakai
dalam pengendalian gula darah adalah Insulin. Berbagai
jenis insulin telah dikenal berdasarkan efek
fisiologisnya yaitu insulin basal, insulin prandial.
b. PANDUAN PENGENDALIAN KADAR GULA
DARAH DI ICU
Ada beberapa panduan yang sudah dipublikasi
mengenai waktu dimulai pemberian insulin, target yang
hendak dicapai dan tindakan bila terjadi hipoglikemia.
(Tabel 2)
Panduan yang ada merekomendasikan pemberian
insulin intravena dalam pengendalian kadar gula darah
di ICU. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemakaian insulin intravena yaitu insulin bolus
mempunyai efek singkat terhadap kadar gula darah,
Karena waktu paruh insulin bolus hanya 4 menit. Infusi
insulin merupakan metode yang paling optimal dalam
pemberian insulin.
c. Transisi Insulin dari Intravena ke Subkutan
Transisi pemberian insulin dimulai bila pasien
atau akan pindah ke ruang perawatan .Dosis yang
diberikan adalah 75-80% dari total infus harian yang
dibagi secara proporsional untuk insulin basal dan
insulin prandial.
d. REKOMENDASI PENGENDALIAN KADAR
GULA DARAH
Pengendalian kadar gula darah pasien sepsis
berat yang dirawat di ICU dilakukan dengan
pemberian insulin bila hasil 2 kali pemeriksaan kadar
gula darah berturut turut >180 mg/dL. Pemberian
insulin harus mentargetkan batas atas kadar gula darah
≤ 180 mg/dL daripada target atas ≤ 110 mg/dL (grade
1A).
Pemantauan kadar gula darah dilakukan setiap
1-2 jam sampai kadar gula darah dan dosis pemberian
infusi insulin stabil, dan selanjutnya pemantauan
dilakukan tiap 4 jam bila kadar gula darah telah stabil
(grade 1C).

Anda mungkin juga menyukai